✈ N219 [PTDI]
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) masih akan menguji roda pendaratan purwarupa pesawat N219.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) masih akan menguji roda pendaratan prototipe pesawat udara N219.
Sehingga, pesawat yang digarap bersama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) ini belum akan terbang pada puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-21.
Untuk landing gear (roda pendaratan) masih uji dummy di laboratorium uji drop test di LAPAN. Masih perlu waktu untuk sertifikasi landing gear nya, kata Kepala Program N219 Lapan Agus Ariwibowo kepada Antara di Jakarta, Senin.
Teknologi roda pendaratan, menurut dia, merupakan teknologi baru bagi Indonesia, dan ini merupakan teknologi kunci bagi industri pesawat terbang. Karena itu, pihaknya harus melakukan uji coba sebelum melakukan uji roda pendaratan yang asli.
Ia menjelaskan dari sisi desain struktur sama, namun yang menjadi perbedaan antara prototipe dan yang asli adalah kualifikasi bahan yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut berpengaruh terhadap umur dan kekuatan optimal roda pendaratan menerima beban maksimal.
"Semua proses uji (prototipe) yang sekarang dilakukan dalam rangka persiapan uji sertifikasi MLG (main landing gear/roda pendaratan utama) yang asli," kata Agus.
Saat ini, menurut dia, MLG yang asli sedang dibuat oleh konsorsium industri swasta di Bandung dan Tangerang.
Pihak swasta tersebut melakukan investasi pembuatan tool dan jig untuk memproses bahan baku yang disuplai PTDI untuk menjadi roda pendaratan utama yang sesuai dengan kualifikasi teknis BUMN industri dirgantara tersebut.
Pihak konsorsium ini, lanjutnya, masih melakukan uji coba melakukan proses pembentukan, forging terhadap material prototipe MLG sebelum yang asli diproses.
"Semoga dalam dua hingga tiga bulan ke depan ada hasil positif sehingga landing gear perdana produk asli Indonesia bisa masuk ke tahap testing di drop test untuk menjalani proses awal sertifikasi," ujar dia.
Sebelumnya, dalam konferensi pers Hakteknas, Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Appe mengatakan bahwa pesawat N219 belum dapat diterbangkan karena harus melewati uji sertifikasi terlebih dulu.
Menurut dia, masih ada dua uji sertifikasi yang harus dijalankan pesawat berkapasitas 19 penumpang tersebut. "Uji wings (sayap) dan sekarang dikerjakan PT DI, serta uji landing gear yang dikerjakan Lapan.
Pesawat multifungsi bermesin dua yang dirancang PT DI untuk dioperasikan di daerah-daerah terpencil ini, menurut dia, sudah dipesan 200 unit oleh berbagai pihak dari dalam dan luar negeri.
Harapannya pesawat ini kembali dapat menjadi penanda Kebangkitan Teknologi Nasional setelah pada 10 Agustus 1995 pesawat N250 Gatotkaca mengudara perdana di langit Kota Bandung.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) masih akan menguji roda pendaratan purwarupa pesawat N219.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) masih akan menguji roda pendaratan prototipe pesawat udara N219.
Sehingga, pesawat yang digarap bersama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) ini belum akan terbang pada puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-21.
Untuk landing gear (roda pendaratan) masih uji dummy di laboratorium uji drop test di LAPAN. Masih perlu waktu untuk sertifikasi landing gear nya, kata Kepala Program N219 Lapan Agus Ariwibowo kepada Antara di Jakarta, Senin.
Teknologi roda pendaratan, menurut dia, merupakan teknologi baru bagi Indonesia, dan ini merupakan teknologi kunci bagi industri pesawat terbang. Karena itu, pihaknya harus melakukan uji coba sebelum melakukan uji roda pendaratan yang asli.
Ia menjelaskan dari sisi desain struktur sama, namun yang menjadi perbedaan antara prototipe dan yang asli adalah kualifikasi bahan yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut berpengaruh terhadap umur dan kekuatan optimal roda pendaratan menerima beban maksimal.
"Semua proses uji (prototipe) yang sekarang dilakukan dalam rangka persiapan uji sertifikasi MLG (main landing gear/roda pendaratan utama) yang asli," kata Agus.
Saat ini, menurut dia, MLG yang asli sedang dibuat oleh konsorsium industri swasta di Bandung dan Tangerang.
Pihak swasta tersebut melakukan investasi pembuatan tool dan jig untuk memproses bahan baku yang disuplai PTDI untuk menjadi roda pendaratan utama yang sesuai dengan kualifikasi teknis BUMN industri dirgantara tersebut.
Pihak konsorsium ini, lanjutnya, masih melakukan uji coba melakukan proses pembentukan, forging terhadap material prototipe MLG sebelum yang asli diproses.
"Semoga dalam dua hingga tiga bulan ke depan ada hasil positif sehingga landing gear perdana produk asli Indonesia bisa masuk ke tahap testing di drop test untuk menjalani proses awal sertifikasi," ujar dia.
Sebelumnya, dalam konferensi pers Hakteknas, Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jumain Appe mengatakan bahwa pesawat N219 belum dapat diterbangkan karena harus melewati uji sertifikasi terlebih dulu.
Menurut dia, masih ada dua uji sertifikasi yang harus dijalankan pesawat berkapasitas 19 penumpang tersebut. "Uji wings (sayap) dan sekarang dikerjakan PT DI, serta uji landing gear yang dikerjakan Lapan.
Pesawat multifungsi bermesin dua yang dirancang PT DI untuk dioperasikan di daerah-daerah terpencil ini, menurut dia, sudah dipesan 200 unit oleh berbagai pihak dari dalam dan luar negeri.
Harapannya pesawat ini kembali dapat menjadi penanda Kebangkitan Teknologi Nasional setelah pada 10 Agustus 1995 pesawat N250 Gatotkaca mengudara perdana di langit Kota Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.