blog-indonesia.com

Selasa, 04 Desember 2012

Pertamina Rambah Bisnis Bijih Plastik  

http://statik.tempo.co/data/2012/11/21/id_152123/152123_275.jpgJakarta � PT Pertamina (Persero) akan bekerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk membentuk perusahaan patungan di bidang produksi polypropylene (bijih plastik). Pabrik yang akan berlokasi di unit pengolahan VI Pertamina di Balongan, Jawa Barat, ini akan memiliki kapasitas produksi 250 ribu ton per tahun.

"Investasi pabrik ini sekitar US$ 200 juta, dengan komposisi kepemilikan 51 persen dimiliki Pertamina dan 49 persen Chandra Asri," kata Direktur Pengolahan Pertamina Chrisna Damayanto seusai penandatanganan nota kesepahaman pengembangan, pembangunan, kepemilikan, dan pengoperasian pabrik di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin, 3 Desember 2012.

Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra mengatakan, pendirian anak usaha patungan ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan industri dalam negeri terhadap impor bijih plastik. Saat ini, Indonesia mengimpor rata-rata 500-600 ribu ton bijih plastik per tahun. "Sekitar 50 persen kebutuhan polypropylene masih diimpor, jadi potensi pasar masih besar," kata SVP Corporate Secretary and Investor Relations, Chandra Asri Suryandi, ketika ditemui di tempat yang sama.

Chrisna mengatakan, kedua belah pihak sepakat bahwa harga jual bijih plastik akan menggunakan harga acuan internasional. Namun dia menjamin harga ini akan lebih murah daripada harga produk impor karena tidak dikenai bea masuk dan ongkos angkut internasional. Pabrik baru ini rencananya mulai dibangun pada 2013 dan mulai berproduksi pada 2015.

Ke depan, Pertamina menyatakan akan lebih agresif dalam mengembangkan sektor petrokimia. Hingga 2017, Pertamina berencana berinvestasi sebesar US$ 5 miliar di bidang petrokimia. "Kami agresif mau membangun petrokimia karena margin besar bukan di bisnis kilang, tapi di petrokimia ," kata Chrisna.

Erwin mengatakan, saat ini harga beli bijih plastik mencapai US$ 1.200 per ton, sedangkan harga jualnya US$ 1.500 per ton. "Ada nilai tambah US$ 300 per ton," kata Erwin. Chrisna mengatakan, dari jumlah tersebut, biaya operasional hanya sekitar 20 persen dari nilai tambah.

Chrisna menjelaskan, saat ini bisnis petrokimia Pertamina bisa menyumbang pendapatan Rp 10-11 triliun. Ke depan, untuk mengembangkan lini bisnis petrokimia, Pertamina akan membentuk perusahaan patungan lainnya dengan mitra yang sudah bergerak dalam sektor ini. "Rencananya 1-2 tahun ke depan kami buat nota kesepahaman dulu," kata dia


0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More