blog-indonesia.com

Senin, 17 November 2025

Menhan RI Sjafrie Bersama Wartawan Selama 7 jam

A 400M A-4001 TNI AU, tiba di Indonesia (@spotting)

Pada Minggu (16/11/2025) pagi sekitar pukul 05.30, Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin menyapa para pemimpin redaksi dan wartawan senior di ruang tamu Landasan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Ia tersenyum dalam balutan jaket hitam dan menyapa wartawan satu demi satu.

Wakil Panglima TNI Jenderal Tandyo Budi Revita dan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Letjen M Saleh Mustafa, yang memakai seragam militer, ikut mendampingi.

Di landasan, dihiasi udara segar matahari pagi, tidak jauh dari ruang tamu, telah menunggu pesawat terbaru, berbaling-baling, mirip Hercules C130, pesawat angkut militer TNI AU yang selama ini menjadi andalan. Dia adalah Airbus A400M.

Pesawat berbadan gemuk ini akan terbang perdana menuju Lanud Iskandar Muda di Aceh. Jarak tempuh sekitar 2,5 jam.

"Ini pesawat Airbus, military," jelas Sjafrie dalam penerbangan.

Suara pesawat bising sehingga Sjafrie harus dibantu dua pengeras suara.

Ini merupakan momen kebersamaan Menhan RI Sjafrie bersama wartawan selama 7 jam.

  Pilot langsung dari Airbus 
Butuh waktu bagi pilot Indonesia untuk menerbangkannya langsung, kendati sudah ada pilot TNI yang dilatih.

Ruang dalam pesawat, yang begitu tinggi dan memungkinkan untuk di-setting dua lantai, di-custom menjadi pesawat VIP militer.

Kursi VVIP, tempat Menhan Sjafrie duduk, dilengkapi meja di depannya.

Hercules C130, yang bisa mengangkut 92 penerjun untuk deploy pasukan, adalah buatan Amerika Serikat.

Pembelian Airbus A400M sebagai pesawat angkut militer mengubah arah: Airbus, yang bisa mengangkut 100-an penerjun, buatan Eropa. Kiblat berpindah.

Indonesia juga memperkuat armada pesawat tempur. Bukan dari Amerika Serikat, melainkan dari Perancis, Turki, dan China.

Dari Perancis, Indonesia akan membeli Dassault Rafale (42 unit, akan tiba bertahap awal 2026), dari China pesawat tempur J-10C, dan pesawat siluman dari Turki, KAAN. Indonesia sedang memperbanyak teman.

  Ditelpon Presiden Prabowo  
Ketika Sjafrie sedang asyik berbincang-bincang dengan wartawan di Lanud Iskandar Muda, Aceh, ajudan mendekat. Ia menyerahkan handphone. Sjafrie menerima panggilan, menekan speaker. Semua yang hadir mendengar percakapan.

Di seberang sana, terdengar suara Presiden Prabowo. "Siap, Pak. Dilaksanakan," begitu Sjafrie berkali-kali menjawab.

Sjafrie tetap duduk di kursinya, santai, sambil sesekali tersenyum.

Percakapan, lebih tepatnya mendengar instruksi Prabowo, berlangsung sekitar lima menit.

Dari suara telepon terdengar, Prabowo menjelaskan ke Sjafrie bagaimana posisi Indonesia menghadapi isu-isu strategis seperti Laut China Selatan, Taiwan, dan Papua.

Isu-isu tersebut mencakup masalah keamanan dalam negeri Indonesia seperti Papua, isu sengketa perbatasan di Laut China Selatan, dan isu kemerdekaan Taiwan, sesuatu yang sangat sensitif terkait hubungan Indonesia dengan China.

Indonesia, seperti terdengar dari arahan Prabowo, ingin menghormati masalah dalam negeri semua negara sahabat, termasuk China --sikap yang diharapkan dari negara lain terhadap bagaimana Indonesia mengelola isu Papua.

Dari perspektif defensif aktif, China adalah mitra strategis Indonesia -- di Selat Malaka, Laut China Selatan, maupun geopolitik global.

Mengapa Indonesia mengurangi fokus ketergantungan kepada Amerika Serikat?

Sjafrie tidak menjelaskan secara detail.

Ia hanya mengungkapkan, dalam suatu pertemuan, delegasi AS menawarkan pembelian pesawat tempur.

"Ah, hargamu terlalu mahal," kata Sjafrie, sambil tertawa.

Maksudnya, harga peralatan militer AS sangat mahal, memaksa Indonesia mencari mitra strategis lain.

Yang lebih strategis, itu juga memaksa Indonesia untuk melihat dinamika global dengan cara yang berbeda.

Tidak lagi berporos ke satu pusat, melainkan berpencar.

  Soal Masa Depan Bangsa Indonesia 
Di tengah tantangan geografis yang luas dan kompleks, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto merancang strategi pertahanan yang bukan hanya soal kekuatan militer, tapi juga soal masa depan bangsa.

Ambisi besar untuk menjaga kedaulatan dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sjafrie membuka tabir strategi pertahanan Indonesia yang tengah bergeliat. "Ini bukan sekadar soal membeli alat perang," ujar Sjafrie. "Tapi soal membangun kekuatan yang mampu menjaga kedaulatan dan mendukung ekonomi kita."

Pesawat yang mampu mengangkut lebih banyak pasukan dan perlengkapan dibandingkan Hercules C130 ini menjadi simbol perubahan arah alutsista Indonesia, yang kini mengandalkan mitra dari Eropa, China, dan Turki.

  Tantangan Geografis dan Blank Spot yang Mengancam 
Indonesia, dengan luas wilayah daratan dan laut yang mencapai 13,5 juta km2, menghadapi tantangan pengawasan yang sangat besar. Selat Malaka, salah satu chokepoint terpenting dunia, menjadi jalur vital yang harus dijaga ketat.

Namun, masih banyak area yang menjadi "blank spot" radar, tempat di mana pesawat atau kapal asing bisa melintas tanpa terdeteksi.

Sjafrie mengungkapkan, dalam sebuah pertemuan dengan delegasi Amerika Serikat, bahkan mereka mengakui sulitnya melewati wilayah Indonesia tanpa terdeteksi.

"Kalau kuat, kita bisa menjaga kedaulatan ekonomi kita," tegas Sjafrie, menegaskan filosofi "defence supporting economy" yang menjadi dasar strategi Prabowo.

  Modernisasi Militer untuk Melindungi Kekayaan Bangsa 
Strategi defensif aktif yang diusung bukan untuk menyerang, melainkan untuk melindungi.

Indonesia berinvestasi besar-besaran dalam alutsista, dari pesawat tempur Rafale asal Perancis, pesawat siluman Turki KAAN, hingga pesawat tempur J-10C dari China.

Selain itu, pembangunan kapal selam tanpa awak dan drone produksi dalam negeri menjadi bagian dari upaya mengisi celah pengawasan dan memperkuat pertahanan laut dan udara.

Sjafrie juga menyoroti pentingnya mencegah penyelundupan sumber daya alam, seperti timah di Bangka dan nikel di Morowali, yang selama ini merugikan negara triliunan rupiah setiap tahunnya.

  Kehidupan Prajurit di Garis Terdepan 
Di Mane, Pidie, Aceh, kehidupan prajurit Yonif TP 857/GG menjadi gambaran nyata dari visi pertahanan ini.

Dengan jumlah senjata yang masih terbatas dan aktivitas swasembada pangan yang dijalankan, prajurit tidak hanya bertugas menjaga wilayah, tapi juga membangun ketahanan pangan lokal.

Sjafrie yang teliti memeriksa setiap detail, dari jumlah potong tempe hingga kualitas minyak goreng di dapur, menunjukkan komitmen untuk memastikan kesejahteraan prajurit dan integritas anggaran.

  Menuju 514 Batalion untuk Menjaga Setiap Kabupaten 
Visi besar Prabowo dan Sjafrie adalah membangun 514 batalion TNI yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

Dengan target pembangunan 150 batalion setiap tahun, dalam lima tahun ke depan, seluruh wilayah akan memiliki kekuatan pertahanan yang siap menjaga dan mendukung swasembada nasional.

"Ini bukan untuk ofensif, tapi untuk menjaga kedaulatan kita," kata Sjafrie.

  ✈️ 
Tribunnews  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More