CN235 MPA TUDM (PTDI)
PT Dirgantara Indonesia telah menuntaskan pengerjaan pesawat CN235-220 Military Transport milik Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) yang dikonversi menjadi CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA).
PTDI juga telah mengirimkan pesawat tersebut ke Malaysia, tulis Humas PTDI melalui pernyataan di media sosial.
Disebutkan, sebelumnya industri pesawat yang berada di Bandung, Jawa Barat ini telah menyelesaikan pekerjaan konversi yang sama terhadap dua unit CN235 TUDM lainnya.
Kedua pesawat tersebut telah dikirimkan pada bulan Juni dan Oktober 2022.
PTDI menyampaikan apresiasinya kepada TUDM karena telah dipercaya untuk mendukung kebutuhan operasi dan perawatan pesawat TUDM.
PTDI berkomitmen untuk memberikan dukungan keberlanjutan guna menjaga tingkat kesiapan operasi pesawat TUDM.
Airspace Review pada 3 Oktober 2020 memberitakan, TUDM telah memberikan kontrak kepada PTDI untuk mengonversi tiga unit CN235-220 menjadi CN235-220 MPA.
Pesawat pertama CN235-220 milik TUDM tiba di fasilitas produksi PTDI pada 8 September 2020 untuk memulai proses konversi yang telah tertunda akibat pandemi COVID-19.
Kemudian pada Jumat, 2 Oktober 2020, telah ditandatangani Berita Acara Serah Terima pesawat kedua CN235-220 yang akan menjalani konversi menjadi MPA.
Sementara pesawat ketiga CN235-220 dijadwalkan akan tiba di PTDI pada Januari 2021.
PTDI bekerja sama dengan Integrated Surveillance and Defense, Inc (ISD) yang berkantor pusat di Wilsonville, Oregon, Amerika Serikat dalam menyediakan dan mengintegrasikan Mission Management Systems (MMS) untuk tiga unit CN235-220 milik TUDM.
PTDI mengatakan, perangkat MMS yang akan dipasangkan pada ketiga pesawat CN235 tersebut di antaranya FLIR (Forward Looking Infrared), yaitu kamera yang dilengkapi dengan inframerah untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target. Perangkat ini mampu merekam situasi di sekitar wilayah terbang untuk evaluasi misi.
Kemudian ada Belly Radome yaitu radar dome di bagian perut pesawat untuk menyimpan 360° Search Radar. Radar ini dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 mil laut.
Ada juga Automatic Identification System (AIS), yaitu sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi kapal dan untuk mengetahui posisi objek yang mencurigakan. -KMZ-
PT Dirgantara Indonesia telah menuntaskan pengerjaan pesawat CN235-220 Military Transport milik Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) yang dikonversi menjadi CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA).
PTDI juga telah mengirimkan pesawat tersebut ke Malaysia, tulis Humas PTDI melalui pernyataan di media sosial.
Disebutkan, sebelumnya industri pesawat yang berada di Bandung, Jawa Barat ini telah menyelesaikan pekerjaan konversi yang sama terhadap dua unit CN235 TUDM lainnya.
Kedua pesawat tersebut telah dikirimkan pada bulan Juni dan Oktober 2022.
PTDI menyampaikan apresiasinya kepada TUDM karena telah dipercaya untuk mendukung kebutuhan operasi dan perawatan pesawat TUDM.
PTDI berkomitmen untuk memberikan dukungan keberlanjutan guna menjaga tingkat kesiapan operasi pesawat TUDM.
Airspace Review pada 3 Oktober 2020 memberitakan, TUDM telah memberikan kontrak kepada PTDI untuk mengonversi tiga unit CN235-220 menjadi CN235-220 MPA.
Pesawat pertama CN235-220 milik TUDM tiba di fasilitas produksi PTDI pada 8 September 2020 untuk memulai proses konversi yang telah tertunda akibat pandemi COVID-19.
Kemudian pada Jumat, 2 Oktober 2020, telah ditandatangani Berita Acara Serah Terima pesawat kedua CN235-220 yang akan menjalani konversi menjadi MPA.
Sementara pesawat ketiga CN235-220 dijadwalkan akan tiba di PTDI pada Januari 2021.
PTDI bekerja sama dengan Integrated Surveillance and Defense, Inc (ISD) yang berkantor pusat di Wilsonville, Oregon, Amerika Serikat dalam menyediakan dan mengintegrasikan Mission Management Systems (MMS) untuk tiga unit CN235-220 milik TUDM.
PTDI mengatakan, perangkat MMS yang akan dipasangkan pada ketiga pesawat CN235 tersebut di antaranya FLIR (Forward Looking Infrared), yaitu kamera yang dilengkapi dengan inframerah untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target. Perangkat ini mampu merekam situasi di sekitar wilayah terbang untuk evaluasi misi.
Kemudian ada Belly Radome yaitu radar dome di bagian perut pesawat untuk menyimpan 360° Search Radar. Radar ini dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 mil laut.
Ada juga Automatic Identification System (AIS), yaitu sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi kapal dan untuk mengetahui posisi objek yang mencurigakan. -KMZ-
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.