blog-indonesia.com

Jumat, 02 Juni 2023

BRIN Kembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Bersama Industri

Lewat Pendanaan Pengusaha Pemula Berbasis Riset (PPRBR)(BRIN)

Sebagai satu-satunya lembaga pemerintah yang menaungi riset, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memiliki visi untuk membentuk ekosistem riset Indonesia bagi masyarakat dan industri. BRIN membuat berbagai program skema pendanaan yang dapat ditempuh oleh industri dengan bekerja sama dengan periset BRIN. Seperti yang telah dilakukan oleh PT Elevasi Teknologi Aeronautika (INAERO) bersama dengan periset dari Pusat Riset Teknologi Terbang (PRTP) - BRIN mengikuti Program Pengusaha Pemula berbasis Riset (PPRBR) di tahun 2022.

Kepala Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN, Fadilah Hasim menyebutkan bahwa program kerja sama tersebut bertujuan untuk mengembangkan Pesawat udara Nir Awak (PUNA). "PUNA yang sedang dikembangkan ini memiliki kemampuan peluncuran dan pendaratan secara vertikal. Salah satu kegiatan pengujian sistem PUNA tersebut, yakni sistem autopilot nantinya akan diuji di laboratorium DO-178C yang terdapat di PRTP-BRIN," ujarnya pada Selasa (31/05) saat dihubungi tim Humas BRIN.

Lebih lanjut, Fadilah menjelaskan bahwa PUNA yang dikembangkan melalui skema pendanaan PPRBR ini menggunakan basis AEROpro B type. AEROpro B type merupakan salah satu produk PUNA berjenis fixed wing dari INAERO. Material yang digunakan adalah fiber karbon komposit.

"Saat melakukan misi terbang, cara meluncurkan PUNA ini menggunakan tali pelontar, sehingga memerlukan lahan dengan luasan tertentu. Demikian pula untuk pendaratannya. Misi terbang peluncuran dan pendaratan dikendalikan dengan remote kontrol secara manual. Saat mencapai ketinggian terbang yg telah ditentukan, PUNA ini akan beralih ke mode autonomus, dimana sistem autopilot akan mengambil alih kendali penerbangan dari pilot, agar PUNA mengikuti misi terbang yang telah ditentukan," terang Fadilah lebih lanjut.

Mengacu pada AEROpro B type tersebut, Inaero bersama dengan PRTP-BRIN mengembangkan PUNA tersebut menjadi AEROpro BX type. Tipe ini dikembangkan agar memiliki kemampuan lepas landas dan pendaratan secara vertikal (VTOL). AEROpro BX ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pemetaan presisi skala luas, dimana pesawat ini diproyeksikan sanggup mengcover area seluas 300 - 500 ha sekali terbang. Selain itu, dengan mengganti payload menjadi kamera infra merah (FLIR) maka AEROpro BX juga dapat digunakan sebagai platform untuk melakukan pemantauan skala terbatas.

Dibanding model lain Fadilah menyebutkan bahwa AEROpro BX ini memiliki flexibilitas untuk melakukan lepas landas dan pendaratan dari mana saja, tanpa perlu memerlukan landasan, sehingga dapat digunakan untuk misi misi pemetaan atau pemantauan di daerah-daerah yang tidak memiliki landasan/lapangan sebagai tempat lepas landas dan pendaratan.

"Meski begitu tipe AEROpro BX bukan tanpa kelemahan. Tipe ini memiliki daya tahan terbang yang lebih rendah dibandingkan versi non-VTOL untuk konfigurasi kapasitas baterai yang sama. Di samping itu, kapasitas angkut payload juga lebih kecil dibandingkan dengan yang versi non-VTOL, dikarenakan versi VTOL itu memmbawa beban tambahan berupa komponen VTOL yaitu engine, propeller, frame penyangga engine," ujar Fadilah.

Fadilah melanjutkan, di tahun 2023 ini ia mengharapkan sistem Autopilot yang telah dikembangkan untuk PUNA AEROpro BX type tersebut dapat diuji di laboratorium DO-178C dengan tujuan untuk memverifikasi dan memvalidasi persyaratan dari sistem autopilot yang telah didefinisikan di tahun 2022. "Jika sesuai dengan rencana awal, diharapkan PUNA AEROpro BX type ini dapat memasuki tahapan pengujian akhir di tahun 2024 dan dapat mulai dipasarkan di tahun 2025," pungkasnya.

BRIN sendiri telah memiliki Laboratorium DO-178C yang dapat dimanfaatkan untuk verifikasi dan validasi perangkat lunak flight control law yang terpasang di dalam system autopilot UAV. "Dengan melakukan verifikasi dan validasi di darat, menjadikan kita memiliki keyakinan bahwa system autopilot yang dikembangkan ini telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satu jenis persyaratan yang wajib dipenuhi adalah yang berkaitan dengan keamanan dari sistem autopilot ini saat beroperasi. Jika sistem autopilot ini diuji secara menyeluruh di darat, dan yakin bahwa akan aman saat nanti diuji terbang, maka barulah sistem autopilot ini dapat dipasang di UAV untuk dilakukan uji terbang lanjutan guna memverifikasi dan memvalidasi hasil pengujian di lab DO-178C," terang Fadilah.

Kerja sama dengan pihak industri menjadi salah satu langkah BRIN untuk membangun ekosistem riset yang baik di Indonesia. "Selain PPRBR, kerjasama antara INAERO dengan PRTP-BRIN juga berkembang menjadi kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan yg berkaitan, seperti halnya pada bulan April 2023 berkegiatan di workshop INAERO merakit produk custom drone dari material foam, yang siap digunakan untuk misi-misi pemetaan presisi," tutup Fadilah. (akb)

  🛩
BRIN  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More