🛩 Melalui Kolaborasi Pembuatan Pesawat di PT Dirgantara Indonesia (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)
Dua puluh tujuh tahun lalu, Hanggar Main Assembly Line IPTN Bandara Husein Sastranegara, Bandung, menjadi saksi penerbangan pertama pesawat N-250, Gatotkaca, yang merupakan pesawat asli karya anak bangsa, Bacharuddin Jusuf Habibie.
Tepat 10 Agustus 1995, pesawat N-250 Gatotkaca terbang perdana dengan gagahnya, menepis nada pesimistis media asing yang memprediksi pesawat ini akan jatuh. Gatotkaca menjadi pesawat pertama di kelas subsonic speed dengan teknologi fly by wire atau seluruh geraknya dikendalikan dengan komputerisasi, yang dapat mengudara tanpa masalah.
Momentum itu, digadang-gadang menjadi tonggak sejarah kejayaan kedirgantaraan Indonesia. Pesawat penumpang sipil N-250 yang dapat menampung 50 hingga 70 penumpang di dalamnya, diproyeksikan dapat memenangkan pangsa pasar pesawat kelas baling-baling.
Namun sayang, mimpi tersebut berantakan kala krisis moneter menerjang Indonesia sejak 1997. Hal ini berimbas pada industri penerbangan tak lagi dapat dukungan keuangan negara. Sebab untuk keluar dari krisis, Indonesia harus mengesampingkan proyek ini sebagai bagian dari penyelamatan ekonomi.
Meski impian itu pupus hingga IPTN bubar, yang kemudian berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI), tetapi hanggar Main Assembly Line di kompleks Bandara Husein Sastranegara, Bandung, kini masih kokoh berdiri, menyimpan mimpi kejayaan industri dirgantara nasional. Kala mengunjunginya pada Oktober 2019, cat pada struktur besi hanggar itu sudah banyak mengelupas. Pun kaca ruangan di sisi kiri gedung tampak kusam, seperti sudah lama tak dipakai. Gedung itu, meski megah, hanya terlihat seperti hanggar pesawat tua biasa.
Tapi siapa sangka, hanggar itu menjadi saksi bisu bahwa mimpi kejayaan kedirgantaraan tanah air dirawat. Pada Oktober 2019 pula, hanggar Main Assembly Line menyaksikan pesawat militer CN235-220 produksi PTDI diekspor ke Nepal.
Direktur Produksi PTDI, Batara Silaban, menyampaikan bahwa sejak 1976 berdiri hingga saat ini, pihaknya sudah mengirim 466 pesawat kepada lebih dari 50 pelanggan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam memproduksi pesawat itu, terdapat peran 3.700 pekerja PTDI, di mana hampir 40 persen di antaranya adalah engineer. Dia menilai, SDM kedirgantaraan yang dimiliki itu merupakan aset negara yang dapat diandalkan di masa mendatang.
"Ini memang sumber daya manusia yang tentunya akan bisa memberikan kontribusi bagi industri kedirgantaraan," ucapnya dalam sesi Special Session pada Indonesia Development Forum 2022, Selasa, 22 November 2022.
Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045
Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045 (Dok Bappenas)
Beragam jenis pesawat terbang, kini telah berhasil diproduksi PTDI. Ada 2 jenis pesawat yang mampu dibuat oleh pabrikan asal Bandung itu, yakni pesawat fixed wing atau pesawat bersayap tetap dan pesawat rotary wing atau pesawat dengan sayap putar.
Adapun pesawat fixed wing yang diproduksi PTDI, antara lain N219 Nurtanio, NC212 family, CN235 family, dan CN295. Pesawat itu dibuat untuk memenuhi kebutuhan maskapai penerbangan sipil, operator militer, dan kebutuhan misi khusus.
Sementara pesawat rotary wing yang berhasil dibuat PTDI, yaitu helikopter AS550, helikopter A565, helikopter Superpuma Family dan Helikopter Bell 412EP. Produk helikopter ini diproduksi sesuai perjanjian dengan Airbus Helicopter dan Bell Helicopter Textron.
Untuk meningkatkan kapasitas industri kedirgantaraan dalam negeri, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas, bersama Program Diaspora dan Migrasi (PMD) GIZ dan ITB menerbitkan Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045.
Peta jalan tersebut diharapkan menjadi rujukan bagi pemangku kepentingan industri kedirgantaraan dalam mendukung integrasi industri lokal, komersialisasi penelitian, desain dan pengembangan, pemenuhan standar kualitas, pertumbuhan pemain lokal baru dan industri pendukung, serta perluasan kapasitas berpartisipasi dalam rantai pasok global.
Dalam peta jalan ekosistem industri kedirgantaraan Indonesia 2022-2045 ini, ada 2 pilar yang ditetapkan, antara lain pilar produk dirgantara, sertajasa dirgantara dan ekosistem pendukung. Untuk pilar produk dirgantara, terdiri dari pengembangan industri pesawat terbang serta komponen dan rantai pasok. Sedang pilar jasa dirgantara dan ekosistem pendukung, terdiri dari maintenance, repair, overhaul dan purnajual, serta jasa penerbangan dan kebandarudaraan.
Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widiyasanti, menjelaskan bahwa ketika industri pesawat terbang didorong untuk berkembang, nantinya industri terkait akan tergerak. Tentu hal itu bakal menciptakan efek ganda positif bagi perekonomian Indonesia.
"Salah satu kunci kita mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangan panjang hanya bisa dengan peningkatan produktivitas. Tanpa peningkatan produktivitas, Indonesia tidak bisa tumbuh tinggi secara berkelanjutan untuk jangka panjang," bebernya.
Belajar dari Amerika Serikat, menurut paparannya, industri kedirgantaraan merupakan industri dengan tingkat rata-rata upah terbesar kedua setelah sektor IT. Untuk meningkatkan pendapatan per kapita berkelanjutan, pengembangan industri kedirgantaraan bisa menjadi solusi. "Kalau kita ingin meningkatkan pendapatan per kapita berkelanjutan, karena nantinya industri kedirgantaraan ini akan mendorong strategi peningkatan produktivitas sektor ekonomi melalui proses industrialisasi," ungkap Amalia.
Pesawat N219 Amphibi (PTDI)
Hal ini begitu penting, menilik Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045 disusun untuk mencapai visi Indonesia Emas di 2045, di mana salah satunya mewujudkan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang lebih baik dan merata dengan kualitas manusia yang lebih tinggi.
Selain itu, peta jalan tersebut diyakini juga dapat melepaskan Indonesia dari middle income trap atau jebakan pendapatan negara kelas menengah, ke kelas atas. Pengembangan industri penerbangan dinilai efektif untuk mencapai tujuan ini.
"Satu hal yang tadi disampaikan Bapak Menteri (Bappenas, Suharso Monoarfa), bahwa dari tahapan industrialisasi di Indonesia, yang paling kanan (paling baik) adalah human capital intensive industry, di mana human capital intensive industry inilah industri yang bisa memberikan nilai tambah terbesar di antara industri lainnya," katanya.
Pada sesi Special Session pada Indonesia Development Forum 2022, Amalia memaparkan, dalam menjalankan Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045, dibutuhkan skema pembiayaan baru agar tak cuma mengandalkan APBN. Belajar dari kasus pesawat N250, di mana pengembangannya terhenti karena pendanaannya mengandalkan Pemerintah.
"Untuk menjalankan Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan pasti kita membutuhkan financing. Karena pengembangan ini diharapkan tidak sepenuhnya bergantung pada anggaran Pemerintah, tetapi bagaimana kita memobilisasi model bisnis baru untuk kita bisa sama-sama mendorong, mengembangkan, dan mewujudkan Indonesia menjadi salah satu produsen pesawat terkemuka di dunia," tegas Amalia.
Sementara itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menjelaskan, apabila Indonesia ingin meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara progresif, maka Pemerintah harus melakukan kolaborasi, mulai dari Pebisnis hingga akademisi yang terkait dengan ekosistem industri penerbangan.
Maka dalam Indonesia Development Forum 2022, selain menerbitkan Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045, Kementerian PPN/Bappenas juga menginisiasi penandatanganan nota kesepahaman PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk pengembangan pusat rancang bangun pesawat.
"Pada tahun 2022 ini, IDF mengambil tema 'The 2045 Development Agenda: New Industrialization Paradigm for Indonesia’s Economic Transformation'. Dan seperti yang kita ketahui, yang kita inginkan dan kumpulkan dari semua yang hadir di sini, adalah bagaimana kita bisa melakukan transformasi ekonomi dalam rangka mewujudkan visi Indonesia 2045," imbuh Suharso.
Apabila nantinya peta jalan ini sukses diimplementasikan dengan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, bisa jadi mimpi yang tersimpan di Hanggar Main Assembly Line IPTN sejak 27 tahun lalu, dapat terwujud 50 tahun kemudian, di tahun 2045.***
Dua puluh tujuh tahun lalu, Hanggar Main Assembly Line IPTN Bandara Husein Sastranegara, Bandung, menjadi saksi penerbangan pertama pesawat N-250, Gatotkaca, yang merupakan pesawat asli karya anak bangsa, Bacharuddin Jusuf Habibie.
Tepat 10 Agustus 1995, pesawat N-250 Gatotkaca terbang perdana dengan gagahnya, menepis nada pesimistis media asing yang memprediksi pesawat ini akan jatuh. Gatotkaca menjadi pesawat pertama di kelas subsonic speed dengan teknologi fly by wire atau seluruh geraknya dikendalikan dengan komputerisasi, yang dapat mengudara tanpa masalah.
Momentum itu, digadang-gadang menjadi tonggak sejarah kejayaan kedirgantaraan Indonesia. Pesawat penumpang sipil N-250 yang dapat menampung 50 hingga 70 penumpang di dalamnya, diproyeksikan dapat memenangkan pangsa pasar pesawat kelas baling-baling.
Namun sayang, mimpi tersebut berantakan kala krisis moneter menerjang Indonesia sejak 1997. Hal ini berimbas pada industri penerbangan tak lagi dapat dukungan keuangan negara. Sebab untuk keluar dari krisis, Indonesia harus mengesampingkan proyek ini sebagai bagian dari penyelamatan ekonomi.
Meski impian itu pupus hingga IPTN bubar, yang kemudian berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI), tetapi hanggar Main Assembly Line di kompleks Bandara Husein Sastranegara, Bandung, kini masih kokoh berdiri, menyimpan mimpi kejayaan industri dirgantara nasional. Kala mengunjunginya pada Oktober 2019, cat pada struktur besi hanggar itu sudah banyak mengelupas. Pun kaca ruangan di sisi kiri gedung tampak kusam, seperti sudah lama tak dipakai. Gedung itu, meski megah, hanya terlihat seperti hanggar pesawat tua biasa.
Tapi siapa sangka, hanggar itu menjadi saksi bisu bahwa mimpi kejayaan kedirgantaraan tanah air dirawat. Pada Oktober 2019 pula, hanggar Main Assembly Line menyaksikan pesawat militer CN235-220 produksi PTDI diekspor ke Nepal.
Direktur Produksi PTDI, Batara Silaban, menyampaikan bahwa sejak 1976 berdiri hingga saat ini, pihaknya sudah mengirim 466 pesawat kepada lebih dari 50 pelanggan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam memproduksi pesawat itu, terdapat peran 3.700 pekerja PTDI, di mana hampir 40 persen di antaranya adalah engineer. Dia menilai, SDM kedirgantaraan yang dimiliki itu merupakan aset negara yang dapat diandalkan di masa mendatang.
"Ini memang sumber daya manusia yang tentunya akan bisa memberikan kontribusi bagi industri kedirgantaraan," ucapnya dalam sesi Special Session pada Indonesia Development Forum 2022, Selasa, 22 November 2022.
Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045
Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045 (Dok Bappenas)
Beragam jenis pesawat terbang, kini telah berhasil diproduksi PTDI. Ada 2 jenis pesawat yang mampu dibuat oleh pabrikan asal Bandung itu, yakni pesawat fixed wing atau pesawat bersayap tetap dan pesawat rotary wing atau pesawat dengan sayap putar.
Adapun pesawat fixed wing yang diproduksi PTDI, antara lain N219 Nurtanio, NC212 family, CN235 family, dan CN295. Pesawat itu dibuat untuk memenuhi kebutuhan maskapai penerbangan sipil, operator militer, dan kebutuhan misi khusus.
Sementara pesawat rotary wing yang berhasil dibuat PTDI, yaitu helikopter AS550, helikopter A565, helikopter Superpuma Family dan Helikopter Bell 412EP. Produk helikopter ini diproduksi sesuai perjanjian dengan Airbus Helicopter dan Bell Helicopter Textron.
Untuk meningkatkan kapasitas industri kedirgantaraan dalam negeri, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas, bersama Program Diaspora dan Migrasi (PMD) GIZ dan ITB menerbitkan Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045.
Peta jalan tersebut diharapkan menjadi rujukan bagi pemangku kepentingan industri kedirgantaraan dalam mendukung integrasi industri lokal, komersialisasi penelitian, desain dan pengembangan, pemenuhan standar kualitas, pertumbuhan pemain lokal baru dan industri pendukung, serta perluasan kapasitas berpartisipasi dalam rantai pasok global.
Dalam peta jalan ekosistem industri kedirgantaraan Indonesia 2022-2045 ini, ada 2 pilar yang ditetapkan, antara lain pilar produk dirgantara, sertajasa dirgantara dan ekosistem pendukung. Untuk pilar produk dirgantara, terdiri dari pengembangan industri pesawat terbang serta komponen dan rantai pasok. Sedang pilar jasa dirgantara dan ekosistem pendukung, terdiri dari maintenance, repair, overhaul dan purnajual, serta jasa penerbangan dan kebandarudaraan.
Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widiyasanti, menjelaskan bahwa ketika industri pesawat terbang didorong untuk berkembang, nantinya industri terkait akan tergerak. Tentu hal itu bakal menciptakan efek ganda positif bagi perekonomian Indonesia.
"Salah satu kunci kita mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangan panjang hanya bisa dengan peningkatan produktivitas. Tanpa peningkatan produktivitas, Indonesia tidak bisa tumbuh tinggi secara berkelanjutan untuk jangka panjang," bebernya.
Belajar dari Amerika Serikat, menurut paparannya, industri kedirgantaraan merupakan industri dengan tingkat rata-rata upah terbesar kedua setelah sektor IT. Untuk meningkatkan pendapatan per kapita berkelanjutan, pengembangan industri kedirgantaraan bisa menjadi solusi. "Kalau kita ingin meningkatkan pendapatan per kapita berkelanjutan, karena nantinya industri kedirgantaraan ini akan mendorong strategi peningkatan produktivitas sektor ekonomi melalui proses industrialisasi," ungkap Amalia.
Pesawat N219 Amphibi (PTDI)
Hal ini begitu penting, menilik Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045 disusun untuk mencapai visi Indonesia Emas di 2045, di mana salah satunya mewujudkan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang lebih baik dan merata dengan kualitas manusia yang lebih tinggi.
Selain itu, peta jalan tersebut diyakini juga dapat melepaskan Indonesia dari middle income trap atau jebakan pendapatan negara kelas menengah, ke kelas atas. Pengembangan industri penerbangan dinilai efektif untuk mencapai tujuan ini.
"Satu hal yang tadi disampaikan Bapak Menteri (Bappenas, Suharso Monoarfa), bahwa dari tahapan industrialisasi di Indonesia, yang paling kanan (paling baik) adalah human capital intensive industry, di mana human capital intensive industry inilah industri yang bisa memberikan nilai tambah terbesar di antara industri lainnya," katanya.
Pada sesi Special Session pada Indonesia Development Forum 2022, Amalia memaparkan, dalam menjalankan Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045, dibutuhkan skema pembiayaan baru agar tak cuma mengandalkan APBN. Belajar dari kasus pesawat N250, di mana pengembangannya terhenti karena pendanaannya mengandalkan Pemerintah.
"Untuk menjalankan Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan pasti kita membutuhkan financing. Karena pengembangan ini diharapkan tidak sepenuhnya bergantung pada anggaran Pemerintah, tetapi bagaimana kita memobilisasi model bisnis baru untuk kita bisa sama-sama mendorong, mengembangkan, dan mewujudkan Indonesia menjadi salah satu produsen pesawat terkemuka di dunia," tegas Amalia.
Sementara itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menjelaskan, apabila Indonesia ingin meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara progresif, maka Pemerintah harus melakukan kolaborasi, mulai dari Pebisnis hingga akademisi yang terkait dengan ekosistem industri penerbangan.
Maka dalam Indonesia Development Forum 2022, selain menerbitkan Peta Jalan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2022-2045, Kementerian PPN/Bappenas juga menginisiasi penandatanganan nota kesepahaman PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk pengembangan pusat rancang bangun pesawat.
"Pada tahun 2022 ini, IDF mengambil tema 'The 2045 Development Agenda: New Industrialization Paradigm for Indonesia’s Economic Transformation'. Dan seperti yang kita ketahui, yang kita inginkan dan kumpulkan dari semua yang hadir di sini, adalah bagaimana kita bisa melakukan transformasi ekonomi dalam rangka mewujudkan visi Indonesia 2045," imbuh Suharso.
Apabila nantinya peta jalan ini sukses diimplementasikan dengan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, bisa jadi mimpi yang tersimpan di Hanggar Main Assembly Line IPTN sejak 27 tahun lalu, dapat terwujud 50 tahun kemudian, di tahun 2045.***
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.