blog-indonesia.com

Sabtu, 27 Agustus 2011

Fasilitas Jalur Mudik Online Lemah

INILAH.COM, Jakarta - Kementerian Perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Darat mengumumkan telah melansir layanan monitoring trafik jalur mudik yang bisa digunakan masyarakat.

Tertarik fasilitas (http://www.rttmc-hubdat.web.id/), pengamat telematika Abimanyu Wachjoewidajat melakukan pengujian pada fasilitas RTTMC tersebut. “Hasil pengujian mengecewakan,” ujarnya pada INILAH.COM baru baru ini.

Terdapat banyak hal yang membuat pria yang akrab disapa Abah ini kecewa. Pertama, situs fasilitas tersebut sangat berat untuk dibuka dan ketika terbuka, ternyata banyak obyek yang tak relevan dengan trafik yang ditampilkan disana.

“Hal ini jelas membebani server. Ambil contoh, berita yang tampil tak langsung terkait ‘Road Traffic’ melainkan pada berita umum,” ujarnya. Kedua, saat masuk fungsi monitoring jalan (video streaming), akses juga sangat berat dan lama untuk terbuka.

Berdasarkan pantauan Abah, ternyata akses selalu menggunakan URL yang sama. “Hal ini membuktikan layanan Info Mudik hanya menggunakan beberapa server bukan secara clustering atau paralel atau grid atau banyak teknologi lain yang bisa digunakan secara multi server (beberapa server),” paparnya.

Cara pemrograman yang diterapkan jelas menggunakan metoda lama dalam melayani massive usage computing. “Cara ini selain memberatkan server juga merugikan masyarakat karena sulit membuka info trafik,” tandasnya.

Ketiga, banyak gambar yang ternyata dari video awal hingga akhir gambarnya tak bergerak. Hal ini menimbulkan pertanyaan dan keraguan apakah benar teknologi yang digunakan adalah streaming ataukah sekadar video transfer.

Banyak yang mengira video streaming merupakan video transfer yang pada kenyataanya sangat berbeda dalam karakter dan fungsi. Keempat, info ini jelas dibutuhkan para pemudik. Artinya, mereka akan mengakses situs ini menggunakan ponsel.

Ternyata, saat dicoba dari ponsel (dengan OS Android), tak ada menu info trafik apapun, “Semuanya kosong, tak ada pilihan jalan seperti halnya bila situs tersebut diakses dari PC”. Seolah menunjukkan layanan ini belum siap secara detail, lanjutnya.

Kelima, semua gambar yang ada tak menampilkan jam perekaman di mana hal ini sangat bermanfaat bagi publik untuk mempertimbangkan informasi yang ditampilkan berdasarkan jam.

Misalnya, jika kamera di suatu titik mengalami masalah pada pukul 10.00, maka ketika diakses pada pukul 12.00 sekalipun, informasi yang tampil tetap dari pukul 10.00. “Sedangkan perbedaan dua jam dalam trafik bisa berlainan”.

Namun, karena gambar tak menunjukan jam, maka pengakses akan mengira jalan yang lancar itu merupakan keadaan di pukul 12.00 yang sebenarnya data pada pukul 10.00. “Tentunya, hal ini malah menjebak pemudik pada kemacetan tanpa bisa mempertimbangkan jalan alternatif,” katanya.

Keenam, tak terbayangkan di saat belum ada pemudik saja, layanan ini sudah berat diakses, bagaimana kelak saat diperlukan mendekati lebaran dan saat arus balik, ungkapnya. Abah menilai, fasilitas baru ini pasti menghabiskan uang negara dengan jumlah tak sedikit.

“Patut disayangkan, layanan yang seharusnya bisa membantu publik sepertinya akan menjadi sia-sia karena tak bisa dimanfaatkan publik di saat dibutuhkan,” ujarnya. Menurutnya, layanan semacam ini seharusnya dibuat dan diuji jauh hari sebelum hari H sehingga lebih dapat diuji coba dengan lebih intensif, lebih dimaksimalkan dan lebih berdaya guna.

Abah menilai, saat banyak pemudik yang ingin mengakses fasilitas ini dipastikan hanya kurang dari 10% yang bisa mengaksesnya, sedangkan yang lainnya harus menunggu. “Mengingat sisa waktu yang tinggal sedikit, saya pesimis hal ini bisa diperbaiki”. [mdr]


Inilah

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More