blog-indonesia.com

Jumat, 08 Oktober 2021

Pemerintah Berencana Terapkan Bioavtur di Maskapai Domestik

  Sudah ada permen Pesawat CN 235 yang telah diujicoba gunakan Bioavtur Pertamina [PTDI]

Indonesia berhasil melakukan uji terbang pesawat CN235-220 FTB milik PT Dirgantara Indonesia dengan menggunakan avtur yang dicampur dengan minyak inti sawit (bioavtur) sebesar 2,4% kemarin, Rabu (06/10/2021).

Bioavtur ini merupakan produksi avtur dari minyak inti sawit refined bleached degummed palm kernel oil (RBDPKO) dengan menggunakan katalis "merah putih" buatan ITB dicampur dengan kerosene (co-processing) di Kilang Cilacap Pertamina.

Hasil pencampuran 2,4% bioavtur ini dinamakan Jet Avtur 2,4 (J2.4). Khusus J2.4 artinya campuran RBDPKO di kilang co-processing ini mencapai 2,4%.

Sama halnya dengan Bahan Bakar Nabati (BBN) lain seperti biodiesel yang kini sudah komersil, bioavtur juga ditargetkan akan dikomersialkan dan diterapkan pada maskapai di dalam negeri.

Hal tersebut disampaikan oleh Novie Riyanto, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Dia mengatakan, pemerintah akan komit dalam mendorong pemanfaatan bioavtur ini. Menurutnya, sebagai regulator pihaknya akan melakukan koordinasi dengan operator, sehingga program ini bisa berjalan.

"Hal-hal safety jadi concern kami. Seperti kita lihat hari ini sampai J2.4 itu prosesnya panjang, melakukan uji coba sampai bisa digunakan seperti ini," ungkapnya dalam konferensi pers "Seremoni Keberhasilan Uji Terbang Pesawat CN235-220 FTB Menggunakan Campuran Bahan Bakar Bioavtur 2,4% (J2.4)", Rabu (06/10/2021).

Uji coba yang dilakukan, imbuhnya, dilakukan melalui rute Bandung - Jakarta. Satu pesawat menggunakan J2.4 dan satunya menggunakan avtur biasa. Nantinya akan dibandingkan apakah ada anomali pada mesinnya.

"Ini terus dilakukan ke depan, kita akan dorong terus dan kalau ini sudah membaik, tentu saja akan komersialisasi besar-besaran, akan diproduksi Pertamina. Dan seluruh penerbangan Indonesia akan gunakan J2.4 ini," paparnya.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, roadmap penggunaan biodiesel, bioetanol, dan bioavtur sudah diatur di dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM No.12 tahun 2015.

Di dalam aturan tersebut disebutkan bahwa pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) pada avtur ditargetkan mencapai persentase 3% pada 2020, dan pada 2025 ditingkatkan lagi menjadi 5%. Namun saat ini pemanfaatannya baru 2,4%.

Dadan mengakui memang terjadi keterlambatan pemanfaatan bioavtur dari target awal yang ditentukan tersebut.

"Memang agak sedikit terlambat, kita sudah 2,4% akan selesaikan ini dulu," ungkapnya dalam forum yang sama.

Dia mengatakan, yang akan diselesaikan selanjutnya adalah adalah aspek teknis dan secara bertahap akan dilakukan kajian proses pengembangan keekonomian dari bioavtur.

"Lalu dari sisi kebijakan, insya Allah gak lama karena Permen sudah ada, spek ada, SNI sudah terbit, dan sisi keteknikan sudah melewati separuh jalan," kata Dadan.

Menurutnya, dalam pengembangan bioavtur ini, isu keekonomian akan menjadi tantangan tersendiri karena akan melibatkan banyak pihak.

"Bagian agak lama mungkin nanti keekonomian, bisa masuk keekonomian gak selalu lebih murah dari avtur, keekonomian itu kita lihat seberapa lebih mahal, dampak ke yang lain. Banyak pihak yang terlibat, kita akan progres suatu saat akan lihat seperti yang biodiesel," jelasnya.

Dadan menjelaskan, pengembangan bioavtur nantinya akan senada dengan pengembangan biodiesel yang akan meningkat persentasenya secara bertahap. Seperti diketahui, biodiesel saat ini sudah mencapai 30% atau B30.

  ★
CNBC  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More