Kembangkan Roket Sonda Dua Tingkat Target Roket Sonda Lapan [Lapan] ★
Salah satu kerja sama yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) sebagai Indonesia Space Agency di antaranya dengan China.
Kerja sama tersebut di antaranya berbentuk G to G Agreement antara pemerintah Indonesia dan pemerintah China mengenai eksplorasi dan penggunaan damai luar angkasa.
Perjanjian ini telah diratifikasi oleh kedua negara, dengan Indonesia melalui Perpres No. 22 Tahun 2019 pada 26 April 2019.
"Pada perjanjian ini, Indonesia bekerjasama dengan China untuk kerja alih teknologi roket sonda bertingkat dua TK-32 LPN melalui transfer knowledge dan know-how," tutur Kepala LAPAN Thomas Djamaludin dalam diskusi virtual Indonesian Space Agency Pasca Pembentukan BRIN, Senin (17/5/2021).
Roket sonda adalah jenis roket untuk keperluan riset. Jenis roket ini biasa digunakan untuk membawa instrumen penelitian ke ketinggian 48-145 km di atas permukaan Bumi atau ruang antara ketinggian maksimum balon udara dan satelit.
Roket dua tingkat ini di antaranya bermanfaat untuk melaksanakan kegiatan pengukuran karakteristik atmosfer dan kegiatan lainnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan program kerjasama pengembangan roket sonda bertingkat TK-32 LPN dibagi atas 5 tahapan yang dimulai sejak 2019 sampai 2023.
Pada 2020, roket sonda sedianya memasuki tahap preliminary design. Karena pandemi, proses yang terhambat lalu disiasati dengan melakukan pengembangan fasilitas perakitan dan pengujian.
Roket ini sendiri rencananya diluncurkan 2024. Kepala Pusat Teknologi Roket Lilis Mariani mengatakan roket dua tingkat tersebut akan bermanfaat untuk melaksanakan kegiatan pengukuran karakteristik atmosfer dan berbagai kegiatan riset.
"Pada 2020 sebenarnya kita memasuki tahap preliminary design. Namun karena ada COVID-19 jadi agak terhambat tapi tetap kita mengadakan pengembangan pengembangan fasilitas dari lab assembling dan testing," tutur Lilis dalam seminar virtual Teknologi Penerbangan dan Antariksa untuk Indonesia Maju beberapa waktu lalu seperti dikutip dari kantor berita Antara.
LAPAN memiliki agenda periode 2021-2025 untuk mengembangkan roket dua tingkat dengan ketinggian 300 kilometer.
Sementara pada 2040, diharapkan Indonesia memiliki roket pengorbit satelit yang dapat membawa satelit 100 kilogram, dan roket itu diluncurkan dari bandara antariksa milik Indonesia yang akan dibangun di Pulau Biak, Papua.
Selain kerja sama pengembangan roket, pihak Indonesia juga meningkatkan kapasitas SDM lewat beasiswa, training, dan pelatihan termasuk lewat Regional Centre for Space Science and Technology Education in Asia and the Pacific (RCSSTEAP) China.
Sementara pihak China mengimplementasikan kerjasama ini melalui China Great Wall Industry Corporation (CGWIC) dengan mengoperasikan kapal instrumentasi MV Yuanwang di perairan Indonesia.
Pengoperasian kapal tersebut bertujuan untuk melakukan telemetry, tracking, and control (TT&C) untuk mendukung peluncuran roket untuk mengorbitkan konstelasi satelit navigasi COMPASS/BEIDOU.
Dalam jalur peluncuran, kapal TT&C tersebut melewati perairan Indonesia di antaranya Laut Sulawesi, Laut Maluku, dan Laut Banda. Selain dengan China, LAPAN juga menjalin kerja sama dengan India, Amerika Serikat, Prancis, dan Jepang
Salah satu kerja sama yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) sebagai Indonesia Space Agency di antaranya dengan China.
Kerja sama tersebut di antaranya berbentuk G to G Agreement antara pemerintah Indonesia dan pemerintah China mengenai eksplorasi dan penggunaan damai luar angkasa.
Perjanjian ini telah diratifikasi oleh kedua negara, dengan Indonesia melalui Perpres No. 22 Tahun 2019 pada 26 April 2019.
"Pada perjanjian ini, Indonesia bekerjasama dengan China untuk kerja alih teknologi roket sonda bertingkat dua TK-32 LPN melalui transfer knowledge dan know-how," tutur Kepala LAPAN Thomas Djamaludin dalam diskusi virtual Indonesian Space Agency Pasca Pembentukan BRIN, Senin (17/5/2021).
Roket sonda adalah jenis roket untuk keperluan riset. Jenis roket ini biasa digunakan untuk membawa instrumen penelitian ke ketinggian 48-145 km di atas permukaan Bumi atau ruang antara ketinggian maksimum balon udara dan satelit.
Roket dua tingkat ini di antaranya bermanfaat untuk melaksanakan kegiatan pengukuran karakteristik atmosfer dan kegiatan lainnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan program kerjasama pengembangan roket sonda bertingkat TK-32 LPN dibagi atas 5 tahapan yang dimulai sejak 2019 sampai 2023.
Pada 2020, roket sonda sedianya memasuki tahap preliminary design. Karena pandemi, proses yang terhambat lalu disiasati dengan melakukan pengembangan fasilitas perakitan dan pengujian.
Roket ini sendiri rencananya diluncurkan 2024. Kepala Pusat Teknologi Roket Lilis Mariani mengatakan roket dua tingkat tersebut akan bermanfaat untuk melaksanakan kegiatan pengukuran karakteristik atmosfer dan berbagai kegiatan riset.
"Pada 2020 sebenarnya kita memasuki tahap preliminary design. Namun karena ada COVID-19 jadi agak terhambat tapi tetap kita mengadakan pengembangan pengembangan fasilitas dari lab assembling dan testing," tutur Lilis dalam seminar virtual Teknologi Penerbangan dan Antariksa untuk Indonesia Maju beberapa waktu lalu seperti dikutip dari kantor berita Antara.
LAPAN memiliki agenda periode 2021-2025 untuk mengembangkan roket dua tingkat dengan ketinggian 300 kilometer.
Sementara pada 2040, diharapkan Indonesia memiliki roket pengorbit satelit yang dapat membawa satelit 100 kilogram, dan roket itu diluncurkan dari bandara antariksa milik Indonesia yang akan dibangun di Pulau Biak, Papua.
Selain kerja sama pengembangan roket, pihak Indonesia juga meningkatkan kapasitas SDM lewat beasiswa, training, dan pelatihan termasuk lewat Regional Centre for Space Science and Technology Education in Asia and the Pacific (RCSSTEAP) China.
Sementara pihak China mengimplementasikan kerjasama ini melalui China Great Wall Industry Corporation (CGWIC) dengan mengoperasikan kapal instrumentasi MV Yuanwang di perairan Indonesia.
Pengoperasian kapal tersebut bertujuan untuk melakukan telemetry, tracking, and control (TT&C) untuk mendukung peluncuran roket untuk mengorbitkan konstelasi satelit navigasi COMPASS/BEIDOU.
Dalam jalur peluncuran, kapal TT&C tersebut melewati perairan Indonesia di antaranya Laut Sulawesi, Laut Maluku, dan Laut Banda. Selain dengan China, LAPAN juga menjalin kerja sama dengan India, Amerika Serikat, Prancis, dan Jepang
♞ detik
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.