JAKARTA--MICOM: Lembaga Swadaya
Masyarakat Green Peace menyerahkan laporan bahaya pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir kepada Kementerian Riset dan Teknologi, Senin
(5/3).
"Kami ke Kemristek untuk menyerahkan laporan berjudul 'Belajar Dari Fukushima' supaya bisa jadi pertimbangan pihak Kemristek dalam susunan kebijakan pengembangan energi di Indonesia," kata Juru Kampanye Iklim dan Energi Green Peace Arif Fiyanto seusai aksi di depan Gedung Kemristek Jakarta.
Arif berharap melalui laporan tersebut pemerintah yang berencana membangun PLTN di Bangka Belitung teringat akan kejadian yang melanda Jepang pada Maret 2011. Saat itu, reaktor di PLTN Fukushima bocor dan terjadi kelebihan panas akibat gempa serta tsunami yang melanda kawasan.
Green Peace mengusulkan kepada Kemristek ketimbang memberikan dana bagi promosi pembangunan PLTN, lebih baik dana dialihkan bagi bidang penelitian pengembangan energi terbarukan lain yang lebih aman.
"Isi laporan lebih menyoroti kepada dampak-dampak kemanusiaan di Fukushima sebagaimana ratusan ribu orang harus hidup di barak pengungsian hingga saat ini. Puluhan ribu lainnya terusir dari tempat tinggal mereka karena paparan radiasi radioaktif yang menetap selama ribuan tahun," jelas Arif.
Arif menilai Indonesia dan Jepang memiliki kesamaan dalam letak geografis yang berada di kawasan rentan bencana alam terutama gempa bumi dan tsunami.
"Jadi bagaimana negara semaju Jepang saja bisa kewalahan menghadapi bencana itu dan kita bisa bayangkan apa yang terjadi jika pemerintah di Indonesia tetap berencana bangun PLTN," tegas Arif. (Ant/OL-9)
"Kami ke Kemristek untuk menyerahkan laporan berjudul 'Belajar Dari Fukushima' supaya bisa jadi pertimbangan pihak Kemristek dalam susunan kebijakan pengembangan energi di Indonesia," kata Juru Kampanye Iklim dan Energi Green Peace Arif Fiyanto seusai aksi di depan Gedung Kemristek Jakarta.
Arif berharap melalui laporan tersebut pemerintah yang berencana membangun PLTN di Bangka Belitung teringat akan kejadian yang melanda Jepang pada Maret 2011. Saat itu, reaktor di PLTN Fukushima bocor dan terjadi kelebihan panas akibat gempa serta tsunami yang melanda kawasan.
Green Peace mengusulkan kepada Kemristek ketimbang memberikan dana bagi promosi pembangunan PLTN, lebih baik dana dialihkan bagi bidang penelitian pengembangan energi terbarukan lain yang lebih aman.
"Isi laporan lebih menyoroti kepada dampak-dampak kemanusiaan di Fukushima sebagaimana ratusan ribu orang harus hidup di barak pengungsian hingga saat ini. Puluhan ribu lainnya terusir dari tempat tinggal mereka karena paparan radiasi radioaktif yang menetap selama ribuan tahun," jelas Arif.
Arif menilai Indonesia dan Jepang memiliki kesamaan dalam letak geografis yang berada di kawasan rentan bencana alam terutama gempa bumi dan tsunami.
"Jadi bagaimana negara semaju Jepang saja bisa kewalahan menghadapi bencana itu dan kita bisa bayangkan apa yang terjadi jika pemerintah di Indonesia tetap berencana bangun PLTN," tegas Arif. (Ant/OL-9)
• MediaIndonesia
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.