blog-indonesia.com

Sabtu, 21 Agustus 2010

Kurangi Risiko Gempa, Indonesia Sudah Saatnya Punya Emergency Plan

Jakarta - Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki potensi gempa bumi tertinggi. Oleh karena itu diperlukan mitigasi untuk mengurangi risiko gempa.

"Harus ada perubahan paradigma. Kita tak lagi hanya memikirkan pasca bencana, namun mitigasi untuk mengurangi risiko gempa. Ke depan, kemungkinan kota besar di Indonesia memiliki emergency plan, terutama pada bangunan yang sudah berdiri,” ujar Staf Khusus Presiden Bidang Penanggulangan Bencana, Andi Arief.

Hal itu dia katakan dalam acara bertajuk "Paparan Peta Bahaya Gempa Indonesia dan Pentingnya bagi Pemerintah dan Dunia Usaha" di Hotel Borobudur, Jl Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (16/8/2010).

Andi mengatakan, untuk mengurangi korban jiwa dan pembengkakan biaya, mitigasi memiliki fungsi yang sangat penting. "Sebanyak Rp 150 triliun dari APBN keluar untuk pembiayaan pasca bencana sejak peristiwa Aceh,”imbuhnya.

Indonesia, lanjut Andi, tidak hanya belum memiliki pusat kegempaan, tapi juga belum memiliki peta mikrozonasi. Negara-negara yang menggunakan peta mikrozonasi sudah pernah mengalami gempa yang merusak misalnya Turki bahkan Filipina.

"Ini ternyata banyak membantu persiapan dan pasca bencana,” tambah dia.

Sementara itu Direktur Eksekutif Artha Graha Peduli Heka Hertanto mengatakan
keberadaan Peta Seismik Hazard yang dapat diakses dan diketahui setiap saat oleh semua pihak merupakan hal penting. Bagi penentu kebijakan di daerah yang rawan bencana alam gempa bumi, Peta Seismik Hazard dapat membantu dalam perumusan kebijakan perencanaan pembangunan daerah.

"Karena itu diharapkan masukan dari para penentu kebijakan didaerah rawan
bencana akan semakin menyempurnakan peta seismik ini," kata Heka.

Lebih lanjut Heka menjelaskan, bagi dunia usaha Peta Seismik ini sangat berguna bagi perancang teknik dan membantu perencanaan kegiatan usaha. Karena peta tersebut dapat memberikan informasi mengenai potensi bencana alam di suatu daerah.

"Dengan informasi tersebut, maka para ahli teknik rancang bangun dapat mencari alternatif bahan bangunan atau teknologi bangunan yang dapat menyesuaikan dengan kondisi kegempaan di daerah masing-masing," imbuhnya.(mpr/ape)


detikNews

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More