blog-indonesia.com

Senin, 27 Mei 2024

Dosen UGM Kembangkan Pesawat Tanpa Awak

 Raih Gelar Guru Besar 
https://asset.kompas.com/crops/Wl8WE7ZyVGTUg-u5JX4lMWOkM20=/0x43:1200x843/750x500/data/photo/2024/05/21/664c8d1c10e20.jpgPengukuhan dosen UGM (UGM)

D
osen Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan dua buah pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Inovasi yang dipamerkan di Balairung UGM, Selasa (21/5) itu dinamakan pesawat UAV Palapa S1 dan Palapa S2.

Pesawat Palapa S1 butuh waktu pengembangan selama 2,5 tahun dengan kemampuan terbang 6 jam tanpa henti. Kemudian Pesawat Palapa S2 memiliki kemampuan daya terbang selama 10 jam.

Kedua pesawat ini merupakan hasil karya Dosen Fakultas Teknik Mesin UGM, Prof. Gesang Nugroho yang tengah dikukuhkan sebagai guru besar. Setelah 12 tahun mengembangkan pesawat tanpa awak, Gesang juga telah berhasil meraih dua paten terkait pencetakan komposit dengan batuan tekanan balon yang diberi nama Bladder Compression Moulding (BCM).

Dua pesawat yang memiliki panjang 2 meter dan 3,3 meter ini sudah dilengkapi sistem autopilot dan kemampuan jelajah terbang sesuai titik koordinat yang dipasangkan.

"Selama terbang akan mampu mengambil foto dan video yang akan dikirim pada ground control station. Bedanya Palapa S-1 mampu terbang 6 jam nonstop, palapa S-2 bisa terbang 10 jam nonstop," katanya dalam laman UGM, Rabu (22/5/2024).

Palapa S1 memiliki kemampuan daya terbang hingga 300 km namun komunikasi foto dan video terputus bisa terputus. Sedangkan Palapa S2 menggunakan telemetri satelit dengan kemampuan daya jangkauan tak terbatas. Namun pesawat yang kedua ini belum selesai dikembangkan.

"Belum selesai, nantinya akan dilengkapi sistem autopilot dan sistem komunikasinya menggunakan telemetri satelit sehingga tak terbatas jangkauannya. Saat ini baru tahap fase membuat bodinya," jelasnya.

 Lebih Ekonomis 

Gesang menuturkan bahwa pesawat tanpa awak yang dikembangkannya harganya jauh lebih murah dibanding dengan pesawat UAV dari luar. Pemeliharaan dan perawatan pesawat pun bisa dilakukan di dalam negeri.

"Harganya jauh lebih ekonomis, pesawat sekelas ini dijual di Indonesia bisa sampai Rp 3 miliar. Untuk pesawat kita harganya bisa di bawah Rp 1 miliar," ungkapnya.

Pada pidato pengukuhan yang berjudul Membangun Industri Pesawat Tanpa Awak Indonesia, Gesang menyampaikan bahwa teknologi Pesawat Tanpa Awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) saat ini semakin maju dan berkembang. UAV tidak hanya merupakan perangkat teknologi canggih, tetapi juga merupakan sebuah gebrakan revolusioner yang mengubah perspektif kita terhadap dunia.

Ia mengimbau agar masyarakat dan pemerintah mau menggunakan produk hasil riset dalam negeri Apabila kerja sama sudah berjalan dengan baik, maka konsep Invention, Application and Utilization (IAU) sehingga industri manufaktur akan terus berkembang di Tanah Air. (nir/nwy)

  ★ detik  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More