blog-indonesia.com

Rabu, 27 Desember 2023

Akhirnya RI Punya BBM Bensin Campuran Tebu

 Perdana! 
https://akcdn.detik.net.id/visual/2023/07/24/bbm-pertamax-green-ron-95-pt-pertamina-persero-di-spbu-pertamina-mt-haryono-jakarta-selatan-senin-2472023-4_169.jpeg?w=400&q=90BBM Pertamax Green (RON 95) PT Pertamina (Persero) di SPBU Pertamina MT Haryono, Jakarta Selatan, Senin (24/7/2023). (CNBC Indonesia/Firda Dwi Muliawati) 💡

I
ndonesia secara perdana meluncurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan campuran Bahan Bakar Nabati (BBN) bioetanol berbasis tetesan tebu (molase) pada akhir Juli 2023 lalu, tepatnya Senin (24/7/2023).

Bensin yang dicampur dengan bioetanol tersebut diberi nama Pertamax Green 95 yang dijual oleh PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina. Bensin yang merupakan campuran BBM jenis Pertamax (RON 92) dengan bioetanol sebesar 5% (E5) tersebut menghasilkan BBM yang dinilai lebih ramah lingkungan dengan nilai oktan (RON) setara 95.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan, peluncuran BBM dengan campuran bioetanol tersebut merupakan langkah awal Pertamina menjual BBM yang lebih ramah lingkungan.

Artinya, sejak diluncurkan 24 Juli 2023 lalu, Pertamina resmi menjual Pertamax Green 95 secara komersial. Namun untuk tahap awal perusahaan baru menjualnya di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di dua kota, yakni Jakarta dan Surabaya.

"Dengan grand launching hari ini, kita sudah mulai jualan hari ini," ucapnya saat acara peluncuran BBM Pertamax Green 95 di SPBU MT Haryono, Jakarta, Senin (24/07/2023).

"Ini produk baik dan diunggulkan untuk pencapaian Net Zero Emissions," ujarnya.

Riva menyebutkan produksi bioetanol dari tebu yang saat ini dilakukan sesuai dengan upaya pemerintah untuk mencapai swasembada gula seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden No. 40 tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN)/ Biofuel.

 Pasokan Bioetanol 

Riva juga sempat menjelaskan, untuk pasokan bioetanol, Pertamina Patra Niaga telah bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara III (PTPN) bersama dengan PT Energi Agro Utama (Enero), anak usaha dari PT Sinergi Gula Nusantara (SGN).

Adapun, produksi bioetanol yang tersedia saat ini menyentuh 30 ribu kilo liter (kl) per tahun. Meskipun ada rencana penambahan campuran bioetanol menjadi 10% pada tahun 2026 mendatang, menurutnya akan tercukupi dari produksi yang ada saat ini mencapai 30 ribu kl per tahun.

"10% ini masih cukup kok dari yang 30 ribu itu tadi," jelas Riva kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Rabu (6/12/2023).

Adapun, ke depannya Riva mengatakan bahwa pihaknya akan terus bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara III (PTPN) untuk memproduksi bioetanol.

"Sambil nanti kita pengembangan pabrik-pabrik etanol bersama dengan PTPN," tambahnya.

Dia juga mengungkapkan bahwa pihaknya tidak menutup kerja sama dengan berbagai perusahaan swasta lainnya untuk mengembangkan bioetanol dalam negeri.

"Mungkin nanti perusahaan-perusahaan swasta yang nanti akan bekerja sama dengan Pertamina," tandasnya.

 Harga 

Pada saat peluncurannya, Riva menyebut, harga BBM Pertamax Green 95 dibanderol Rp 13.500 per liter. Dia mengatakan, ini merupakan harga keekonomiannya alias non subsidi.

"Harga itu Rp 13.500, itu sudah keekonomian di mana seperti tadi Pak Ego (Komisaris Utama Pertamina Patra Niaga) sampaikan, harga ini merupakan harga antara RON 92 dan RON 98," tuturnya.

Namun saat ini, per Selasa (26/12/2023), BBM dengan campuran E5 tersebut dibanderol dengan harga Rp 14.900 per liter, berlaku di Jakarta dan Surabaya. Pasalnya, ini juga mengikuti pergerakan harga minyak dunia.

 Makin Diminati Warga 

Riva mengatakan masyarakat Indonesia semakin sadar akan pentingnya penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih ramah lingkungan.

Pertumbuhan konsumsi Pertamax Green 95 ini menunjukkan adanya shifting atau perpindahan konsumen dari yang mengonsumsi BBM biasa seperti Pertamax (RON 92) ke Pertamax Green 95 yang lebih "hijau".

"Ini merupakan hal yang perlu kita syukuri karena ini juga menandakan bahwa adanya shifting dan juga adanya mindset di masyarakat yang mulai peduli dengan bahan bakar yang memang lebih ramah lingkungan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (5/12/2023).

"Memang konsumen yang mengkonsumsi Pertamax Green 95 ini merupakan switching dari konsumen Pertamax 92 yang memang mulai mengakui dan juga mulai berpikir untuk switching ke energi yang lebih baik, dan tentu saja juga bisa memberikan dampak driving experience yang lebih baik," bebernya.

Riva menyebutkan bahwa saat ini penjualan Pertamax Green 95 tercatat telah mencapai 5.000 liter per hari atau sekitar 150.000 liter atau 150 kilo liter (kl) per bulan.

Jumlah ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun depan. Diperkirakan, pada 2024 penjualan Pertamax Green akan naik 2-3 kali lipat dari penjualan saat ini.

 SPBU Penyedia Pertamax Green 95 

Saat ini, Pertamax Green 95 sudah dijual di 17 SPBU di wilayah Surabaya dan Jakarta. Rincinya, ada 5 SPBU di Jakarta yang menjual Pertamax Green 95 yakni SPBU MT Haryono, Fatmawati 1, Fatmawati 2, Lenteng Agung, dan Kebayoran Lama.

Sedangkan, terdapat 12 SPBU di Surabaya yang menjual Pertamax Green 95 yakni di Jemursari, Soetomo, Mulyosari, Merr, Ketintang, Karang Asem, Mastrip, Citra Raya Boulevard, Juanda, Buduran, dan dua SPBU lainnya.

Dengan begitu, Riva menyebut, perluasan penjualan Pertamax Green 95 akan dilakukan secara bertahap. Dia mengungkapkan pada tahun 2024 mendatang, produk Pertamax Green 95 akan diperluas di wilayah Jakarta dan Jawa Timur.

"Untuk Pertamax Green 95 ini, ini nanti di tahun 2024, ini kita akan perluas di Jakarta dan sekitarnya, dan juga Jawa Timur dan sekitarnya," ujar Riva kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Rabu (6/12/2023).

Kemudian, Riva mengatakan ke depannya pada tahun 2025 hingga awal tahun 2026, produk Pertamax Green 95 diharapkan akan tersebar di seluruh Jawa.

 Bisa Tekan Impor BBM 

Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development INDEF, Abra Talattov mengungkapkan bahwa penggunaan bioetanol sebagai campuran BBM bisa mengurangi jumlah impor BBM di dalam negeri.

Apalagi, saat ini Indonesia masih ketergantungan dengan impor BBM untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Tidak hanya itu, pemanfaatan bioetanol merupakan wujud Indonesia mulai melakukan transisi menuju energi yang lebih bersih.

"Dengan adanya inovasi bioetanol ini, sebetulnya ini menjadi salah satu terobosan untuk bisa mendiversifikasi sumber energi kita, khususnya dari sumber energi terbarukan," ucap Abra kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Jumat (8/12/2023).

Ditambah, Abra menyebut, Indonesia terus menerus mengalami kenaikan jumlah impor BBM. Dalam catatannya, sejak Januari 2023 hingga Agustus 2023 volume impor BBM sudah naik, sebut saja, Pertamax (RON 92) sudah mencapai kenaikan 4,5%.

  💡 CNBC  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More