blog-indonesia.com

Kamis, 28 Januari 2010

PUNA

BPPT-01A Wulung

JAKARTA - Teknologi penerbangan Indonesia selangkah lebih maju. Setelah meriset selama delapan tahun, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akhirnya berhasil menciptakan pesawat terbang tanpa awak. Kreasi asli putra Indonesia itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan operasi militer maupun sipil.

Litbang BPPT berhasil membuat prototipe PUNA (Pesawat Udara Nir-Awak) dengan tiga varian. Yaitu, varian Pelatuk, Gagak, dan Wulung dengan kelebihan masing-masing. ’’Sampai sekarang sudah ada sepuluh unit,’’ ujar Head of Air Platform Division BPPT Ir Akhmad Rifai di Jakarta (30/11/08).

Akhmad menjelaskan, PUNA merupakan cikal bakal pesawat intai asli rakitan putra Indonesia. Pesawat ini bisa digunakan untuk pemantauan dari udara, seperti pemetaan, pemantauan kebakaran hutan, mitigasi bencana, pencarian korban, hingga pengintaian musuh.

BPPT-02A Pelatuk

PUNA juga bisa digunakan untuk kasus-kasus darurat. ’’Misalnya, ada kasus kehilangan pesawat atau kapal. Maka, pesawat tanpa awak yang dapat dipasangi kamera ini sangat berguna dalam pencarian,’’ katanya.

BPPT fokus pada penyempurnaan sistem autonomous (waypoint) dan kemampuan manuver terbangnya. Beberapa pesawat yang siap mengudara, antara lain, BPPT-01A Wulung, BPPT-01B Gagak, dan BPPT-02A Pelatuk.

Tipe PUNA adalah :
close range
, digunakan untuk survailance dengan jangkauan 5-10 km.
medium range
dengan jangkauan sekitar 30 km.
long range
untuk jangkauan 200 km

PUNA merupakan pesawat otonomos dilengkapi kamera pengintai dan tidak dikontrol melalui remote.PUNA memiliki panjang badan empat meter dan panjang sayap tujuh meter dengan jangkau ketinggian yang cukup di atas udara.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman mengatakan, BPPT sudah melakukan penelitian dan berhasil mengembangkan PUNA sebagai pesawat pengintai dari udara terhadap apa yang sedang terjadi di darat dan laut.

Ia mengatakan, PUNA nantinya akan digunakan oleh militer dan aparat kepolisian Indonesia dalam melakukan penyusupan terhadap aktivitas di daerah rawan konflik.

Pesawat PUNA juga dilengkapi kamera mini untuk memotret kejadian di lapangan dan melaporkan kepada pihak terkait sebagai barang bukti.

Selain itu, BPPT juga mengembangkan dua pesawat pengintai mini tipe lain yakni pesawat Sriti seberat 10 kilogram (kg) dan pesawat pengintai yang dinamai Alap-Alap dengan berat 25 kg, untuk memantau perairan laut Indonesia.

ANTARANews

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More