Kini dalam Tahap Memproduksi Motherboard
Proses quality control PCBA motherboard Laptop Merah Putih di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No.KM.35, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024. (TEMPO/Ricky Juliansyah) 💻
Program laptop Merah Putih terus bergulir pengembangannya sejak dicanangkan pemerintah pada 2021 lalu. Tahapannya kini dalam proses membuat motherboard dengan komponen buatan dalam negeri. “Ini motherboard laptop pertama yang diproduksi di Indonesia,” kata Adi Indrayanto, koordinator tim pengembangan laptop Merah Putih di Institut Teknologi Bandung kepada Tempo, Selasa malam, 23 Januari 2024.
Motherboard laptop Merah Putih itu dibuat sebuah perusahaan di Depok, Jawa Barat. Dimulai dari lembaran Printed Circuit Board atau PCB yang kosong kemudian diproses oleh mesin dan dirakit komponennya, lalu ada pengujian oleh tenaga teknis.
Desain motherboard, kata Adi, masih berasal dari luar negeri, yaitu Cina, tapi komponennya dirakit di Indonesia. “Selama ini nggak pernah motherboard dibuat di sini karena biasanya impor utuh,” ujar dosen di Kelompok Keahlian Elektronika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu.
Pada tahun ini tim Laptop Merah Putih ini akan belajar merancang motherboard. Dokumen yang dipelajari sudah ribuan halaman. Dukungan tekniknya berasal dari perusahaan teknologi multinasional yang tersebar di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, India, Cina, dan Taiwan. “Kita ketinggalan banget,” kata dia.
Tim mengajukan riset dan pengembangan komponen buatan dalam negeri untuk casing, molding, adaptor untuk pengisian daya atau charger, baterai, dan motherboard Laptop Merah Putih ini pada 2022 lalu. Riset dan pengembangan untuk pembuatan casing laptop masih berjalan. “Untuk bisa bikin laptop di Indonesia itu prosesnya panjang dan harus belajar juga,” kata Adi.
Pada tahap awal, kata Adi, laptop yang dibeli pemerintah masih hasil rakitan di beberapa pabrik di Indonesia. Kandungan komponen lokalnya masih rendah, sekitar 15-20 persen dari patokan minimum 40 persen yang ditetapkan pemerintah. “Perguruan tinggi diminta untuk membantu agar TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri)-nya meningkat,” ujarnya. Tim pengembangan laptop Merah Putih ini melibatkan perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Adi menambahkan, tidak ada dana khusus untuk riset dan pengembangan laptop Merah Putih, melainkan lewat pengajuan secara kompetitif di Kedaireka. Platform milik pemerintah itu menghubungkan perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri serta pihak-pihak terkait.
Riset Perlu Terhubung Industri
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Prof. Nizam menyatakan, pengembangan Laptop Merah Putih untuk mendorong riset perguruan tinggi terhubung dengan kebutuhan industri, selain menambah tingkat komponen dalam negeri atau TKDN.
Menurut Nizam, jika tidak dilakukan dari sekarang, selamanya industri Indonesia hanya menjadi perakit saja. "Kita ingin agar TKDN terus meningkat, industri manufaktur dalam negeri berjalan dan industri kita semakin kompetitif secara global," kata Nizam usai meninjau perakitan PCBA motherboard laptop di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No. KM. 35, Kelurahan Sukamaju Baru, Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024.
Program Laptop Merah Putih yang dicanangkan pemerintah pada 2021 lalu kini dalam proses merakit motherboard sendiri, dengan komponen buatan dalam negeri. Tahun ini tim pengembangan Laptop Merah Putih juga akan belajar merancang motherboard sendiri agar tak selalu memakai desain dari luar negeri.
Meski sudah ada kebijakan mendorong peningkatan TKDN, kata Nizam, tetapi industri dalam negeri belum bisa menyediakan sejumlah komponen. "Karena kebutuhan akan komponen masih lebih murah ketika disuplai dari luar sehingga produksi komponen di dalam negeri juga tidak berkembang," ujarnya.
Nizam menganalogikan industri di Indonesia seperti telur dan ayam. Industrinya nyaman hanya dengan merakit, sedangkan industri komponennya tidak tumbuh karena tidak bisa bersaing dengan impor dari luar. "Risetnya juga tidak nyambung dengan kebutuhan pengembangannya, kita ingin memutus mata rantai telur dan ayam tadi dengan cara riset-riset perguruan tinggi kita dorong untuk lebih fokus pada riset yang betul-betul menghasilkan sesuatu di dunia usaha dan industrinya," ujarnya.
Dalam proyek laptop merah putih yang diluncurkan sejak 2021, kini sudah ada motherboard yang diproduksi di dalam negeri. Indonesia juga sudah mampu membuat PCB sendiri yang didesain ITB. Namun ini masih panjang untuk bisa membuat laptop sendiri. "Sedikit-sedikit kita terus bangun itu," katanya.
Nizam mengakui kebutuhan laptop di dalam negeri besar, namun karena rantai pasok industri komponen di Indonesia masih terbatas sehingga TKDN-nya masih rendah. "Ini yang perlu kita dorong. saya selalu sampaikan ke teman-teman di perindustrian agar bisa menghadirkan industri komponen elektronik di dalam negeri," ujarnya.
Ditanya soal daya saingnya, Nizam mengatakan, ketika produk dalam negeri masih kecil, akan sulit bersaing dengan produk luar yang produksinya miliaran. "Memang ini menjadi tantangan tersendiri, bagaimana produk kita agar lebih kompetitif secara internasional," tutur Nizam sembari menambahkan bahwa ketika produksinya besar biasanya harganya akan semakin kompetitif.
Nizam mengakui perlunya ada perlindungan dari kebijakan karena biaya produksi produk dalam negeri sedikit lebih mahal dari impor. "Jadi sistem-sistem insentif semacam itu perlu untuk dibangun dari sisi kebijakan pemerintah, baik di sistem perpajakan, fiskal, industri maupun perdagangannya," jelas Nizam.
Ditanya soal target peningkatan TKDN, Nizam mengatakan, tiap tahun diupayakan bertambah. "Misal tahun ini meningkatkan TKDN 1 persen, tahun depan 1 persen lagi. Itu pun sudah baik," tambahnya.
Proses quality control PCBA motherboard Laptop Merah Putih di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No.KM.35, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024. (TEMPO/Ricky Juliansyah) 💻
Program laptop Merah Putih terus bergulir pengembangannya sejak dicanangkan pemerintah pada 2021 lalu. Tahapannya kini dalam proses membuat motherboard dengan komponen buatan dalam negeri. “Ini motherboard laptop pertama yang diproduksi di Indonesia,” kata Adi Indrayanto, koordinator tim pengembangan laptop Merah Putih di Institut Teknologi Bandung kepada Tempo, Selasa malam, 23 Januari 2024.
Motherboard laptop Merah Putih itu dibuat sebuah perusahaan di Depok, Jawa Barat. Dimulai dari lembaran Printed Circuit Board atau PCB yang kosong kemudian diproses oleh mesin dan dirakit komponennya, lalu ada pengujian oleh tenaga teknis.
Desain motherboard, kata Adi, masih berasal dari luar negeri, yaitu Cina, tapi komponennya dirakit di Indonesia. “Selama ini nggak pernah motherboard dibuat di sini karena biasanya impor utuh,” ujar dosen di Kelompok Keahlian Elektronika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu.
Pada tahun ini tim Laptop Merah Putih ini akan belajar merancang motherboard. Dokumen yang dipelajari sudah ribuan halaman. Dukungan tekniknya berasal dari perusahaan teknologi multinasional yang tersebar di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, India, Cina, dan Taiwan. “Kita ketinggalan banget,” kata dia.
Tim mengajukan riset dan pengembangan komponen buatan dalam negeri untuk casing, molding, adaptor untuk pengisian daya atau charger, baterai, dan motherboard Laptop Merah Putih ini pada 2022 lalu. Riset dan pengembangan untuk pembuatan casing laptop masih berjalan. “Untuk bisa bikin laptop di Indonesia itu prosesnya panjang dan harus belajar juga,” kata Adi.
Pada tahap awal, kata Adi, laptop yang dibeli pemerintah masih hasil rakitan di beberapa pabrik di Indonesia. Kandungan komponen lokalnya masih rendah, sekitar 15-20 persen dari patokan minimum 40 persen yang ditetapkan pemerintah. “Perguruan tinggi diminta untuk membantu agar TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri)-nya meningkat,” ujarnya. Tim pengembangan laptop Merah Putih ini melibatkan perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Adi menambahkan, tidak ada dana khusus untuk riset dan pengembangan laptop Merah Putih, melainkan lewat pengajuan secara kompetitif di Kedaireka. Platform milik pemerintah itu menghubungkan perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri serta pihak-pihak terkait.
Riset Perlu Terhubung Industri
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Prof. Nizam menyatakan, pengembangan Laptop Merah Putih untuk mendorong riset perguruan tinggi terhubung dengan kebutuhan industri, selain menambah tingkat komponen dalam negeri atau TKDN.
Menurut Nizam, jika tidak dilakukan dari sekarang, selamanya industri Indonesia hanya menjadi perakit saja. "Kita ingin agar TKDN terus meningkat, industri manufaktur dalam negeri berjalan dan industri kita semakin kompetitif secara global," kata Nizam usai meninjau perakitan PCBA motherboard laptop di PT. XACTI Raya Jakarta-Bogor No. KM. 35, Kelurahan Sukamaju Baru, Tapos, Depok, Senin, 29 Januari 2024.
Program Laptop Merah Putih yang dicanangkan pemerintah pada 2021 lalu kini dalam proses merakit motherboard sendiri, dengan komponen buatan dalam negeri. Tahun ini tim pengembangan Laptop Merah Putih juga akan belajar merancang motherboard sendiri agar tak selalu memakai desain dari luar negeri.
Meski sudah ada kebijakan mendorong peningkatan TKDN, kata Nizam, tetapi industri dalam negeri belum bisa menyediakan sejumlah komponen. "Karena kebutuhan akan komponen masih lebih murah ketika disuplai dari luar sehingga produksi komponen di dalam negeri juga tidak berkembang," ujarnya.
Nizam menganalogikan industri di Indonesia seperti telur dan ayam. Industrinya nyaman hanya dengan merakit, sedangkan industri komponennya tidak tumbuh karena tidak bisa bersaing dengan impor dari luar. "Risetnya juga tidak nyambung dengan kebutuhan pengembangannya, kita ingin memutus mata rantai telur dan ayam tadi dengan cara riset-riset perguruan tinggi kita dorong untuk lebih fokus pada riset yang betul-betul menghasilkan sesuatu di dunia usaha dan industrinya," ujarnya.
Dalam proyek laptop merah putih yang diluncurkan sejak 2021, kini sudah ada motherboard yang diproduksi di dalam negeri. Indonesia juga sudah mampu membuat PCB sendiri yang didesain ITB. Namun ini masih panjang untuk bisa membuat laptop sendiri. "Sedikit-sedikit kita terus bangun itu," katanya.
Nizam mengakui kebutuhan laptop di dalam negeri besar, namun karena rantai pasok industri komponen di Indonesia masih terbatas sehingga TKDN-nya masih rendah. "Ini yang perlu kita dorong. saya selalu sampaikan ke teman-teman di perindustrian agar bisa menghadirkan industri komponen elektronik di dalam negeri," ujarnya.
Ditanya soal daya saingnya, Nizam mengatakan, ketika produk dalam negeri masih kecil, akan sulit bersaing dengan produk luar yang produksinya miliaran. "Memang ini menjadi tantangan tersendiri, bagaimana produk kita agar lebih kompetitif secara internasional," tutur Nizam sembari menambahkan bahwa ketika produksinya besar biasanya harganya akan semakin kompetitif.
Nizam mengakui perlunya ada perlindungan dari kebijakan karena biaya produksi produk dalam negeri sedikit lebih mahal dari impor. "Jadi sistem-sistem insentif semacam itu perlu untuk dibangun dari sisi kebijakan pemerintah, baik di sistem perpajakan, fiskal, industri maupun perdagangannya," jelas Nizam.
Ditanya soal target peningkatan TKDN, Nizam mengatakan, tiap tahun diupayakan bertambah. "Misal tahun ini meningkatkan TKDN 1 persen, tahun depan 1 persen lagi. Itu pun sudah baik," tambahnya.
💻 Tempo
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.