(PAL Indonesia)
PT PAL Indonesia saat ini tengah mengerjakan proyek pembuatan enam kapal berbagai jenis dari order sejumlah negara. Proyek tersebut memberi multiplier effect pada perekonomian Jawa Timur (Jatim), sebab galangan pengerjaan kapalnya berada di Kota Surabaya.
Satriyo Bintoro Senior Executive Vice President (SEVC) Transformastion Management PT PAL Indonesia menyebut, dalam satu proyek pembuatan kapal setidaknya membutuhkan ribuan tenaga kerja baru.
“Untuk membangun satu kapal 150 meter saja kita bisa menyerap 2.000 tenaga kerja baru,” kata Satriyo dalam FGD tentang Tranformation Industri Maritim 4.0 di Kantor LKBN Antara Jatim, Senin (13/11/2023).
Serapan tenaga kerja itu meliputi bidang pengelasan kapal, tukang cat kapal, ahli listrik, produksi persenjataan kapal, hingga desain interior kapal.
Tak hanya itu, serapan tenaga kerja juga berdampak di industri pendukung komponen kapal. Seperti komponen pintu kapal, baut kapal hingga roller pintu.
“Kalau industri pendukung kapal ini memiliki order yang continue dan pasti, maka akan memberikan multiplier effect pada perekonomian Jatim,” ujarnya.
Satriyo menuturkan order kapal yang tengah digarap oleh PT PAL itu antara lain, dua unit kapal Landing Dock pesanan Filipina, dua unit Frigate Merah Putih untuk Indonesia, satu unit Landing Platform Dock (LPD) dari Uni Emirat Arab (UEA), dan satu unit Kapal Listrik untuk Indonesia.
“Harga kapal setiap unit juga berbeda, misalnya Frigate Merah Putih itu bisa mencapai Rp 5 triliun untuk jangka waktu pengerjaan lima tahun,” imbuh Satriyo.
Namun, kata Satriyo, masih banyak proyek kapal dari luar negeri yang membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat. Khususnya untuk kebijakan komponen kapal.
Sebab Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk pembuatan kapal masih 35 persen. Sedangkan sisanya membutuhkan impor komponen ke luar negeri.
“Banyak proyek butuh dukungan pemerintah untuk kebijakan kemudahan impor agar pengerjaan proyek tepat waktu. Kita harapkan bisa bekerja sama dengan baik dengan pemerintah,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur menyatakan transformasi industri PT PAL telah memberi dampak pada perekonomian Jatim.
Hal itu, kata Emil, terlihat pada meningkatnya investasi luar negeri atau penanaman modal asing (PMA) di Jatim dari 19,5 persen menjadi 29,6 persen.
“Pertumbuhan itu termasuk kontribusi dari PT PAL. Karena di Jatim ini kita harus menjual human capital-nya, bukan sumber daya alamnya,” tutur Emil.
PT PAL Indonesia saat ini tengah mengerjakan proyek pembuatan enam kapal berbagai jenis dari order sejumlah negara. Proyek tersebut memberi multiplier effect pada perekonomian Jawa Timur (Jatim), sebab galangan pengerjaan kapalnya berada di Kota Surabaya.
Satriyo Bintoro Senior Executive Vice President (SEVC) Transformastion Management PT PAL Indonesia menyebut, dalam satu proyek pembuatan kapal setidaknya membutuhkan ribuan tenaga kerja baru.
“Untuk membangun satu kapal 150 meter saja kita bisa menyerap 2.000 tenaga kerja baru,” kata Satriyo dalam FGD tentang Tranformation Industri Maritim 4.0 di Kantor LKBN Antara Jatim, Senin (13/11/2023).
Serapan tenaga kerja itu meliputi bidang pengelasan kapal, tukang cat kapal, ahli listrik, produksi persenjataan kapal, hingga desain interior kapal.
Tak hanya itu, serapan tenaga kerja juga berdampak di industri pendukung komponen kapal. Seperti komponen pintu kapal, baut kapal hingga roller pintu.
“Kalau industri pendukung kapal ini memiliki order yang continue dan pasti, maka akan memberikan multiplier effect pada perekonomian Jatim,” ujarnya.
Satriyo menuturkan order kapal yang tengah digarap oleh PT PAL itu antara lain, dua unit kapal Landing Dock pesanan Filipina, dua unit Frigate Merah Putih untuk Indonesia, satu unit Landing Platform Dock (LPD) dari Uni Emirat Arab (UEA), dan satu unit Kapal Listrik untuk Indonesia.
“Harga kapal setiap unit juga berbeda, misalnya Frigate Merah Putih itu bisa mencapai Rp 5 triliun untuk jangka waktu pengerjaan lima tahun,” imbuh Satriyo.
Namun, kata Satriyo, masih banyak proyek kapal dari luar negeri yang membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat. Khususnya untuk kebijakan komponen kapal.
Sebab Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk pembuatan kapal masih 35 persen. Sedangkan sisanya membutuhkan impor komponen ke luar negeri.
“Banyak proyek butuh dukungan pemerintah untuk kebijakan kemudahan impor agar pengerjaan proyek tepat waktu. Kita harapkan bisa bekerja sama dengan baik dengan pemerintah,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama Emil Elestianto Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur menyatakan transformasi industri PT PAL telah memberi dampak pada perekonomian Jatim.
Hal itu, kata Emil, terlihat pada meningkatnya investasi luar negeri atau penanaman modal asing (PMA) di Jatim dari 19,5 persen menjadi 29,6 persen.
“Pertumbuhan itu termasuk kontribusi dari PT PAL. Karena di Jatim ini kita harus menjual human capital-nya, bukan sumber daya alamnya,” tutur Emil.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.