Motor listrik buatan Indonesia, Gesits (Istimewa) ☆
DUTA Besar RI untuk Sri Lanka Dewi Gustina Tobing dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa mempromosikan pemasaran motor listrik dan alumunium Indonesia di Sri Lanka.
Pada pertemuan yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri Sri Lanka Gamini Lakshman Peiris, kedua pihak membahas peningkatan kerja sama ekonomi, termasuk di bidang perdagangan, investasi dan pariwisata.
"Salah satu potensi kerja sama ekonomi Indonesia dan Sri Lanka saat ini antara lain adalah pemasaran motor listrik Indonesia, mengingat Sri Lanka sedang gencar menggaungkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta ekonomi ramah lingkungan yang berkelanjutan," kata Dewi dalam keterangan KBRI Colombo yang diterima di Jakarta, Kamis (3/2/2022).
Dia juga mempromosikan produk aluminium Indonesia kepada Sri Lanka. Pada 2021, impor aluminium Sri Lanka mencapai sekitar 427 juta dolar AS.
"Produk aluminium Indonesia saat ini sudah mulai dilirik oleh pasar Sri Lanka dan memiliki potensi yang cukup kuat untuk menjadi salah satu sumber peningkatan ekspor Indonesia ke Sri Lanka," ujar Dewi.
Selain sebagai pasar, menurut dia, Sri Lanka juga ingin menjadi bagian dari kerja sama yang saling menguntungkan dengan Indonesia sehingga ke depan kerja sama kedua negara akan dikembangkan dalam bentuk kemitraan maupun joint venture.
"Dari kerja sama tersebut dapat didorong peningkatan ekspor Indonesia dalam bentuk intermediate goods atau semi-finished products untuk kebutuhan produksi industri Sri Lanka," katanya.
Indonesia dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Sri Lanka sebagai pusat kegiatan (hub) maupun sebagai bagian dari perjanjian perdagangan bebas di kawasan Asia Selatan dan Tengah.
Lebih lanjut Dewi menyampaikan kesiapan Indonesia untuk peningkatan kerja sama di bidang komoditas perkebunan termasuk dalam pemenuhan kebutuhan minyak nabati.
Dalam pertemuan itu, Dewi juga menyampaikan bahwa Indonesia siap berdiskusi untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk pengembangan pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan.
Nilai perdagangan RI-Sri Lanka hingga November 2021 tercatat sebesar 411 juta dolar AS. Nilai ekspor Indonesia ke Sri Lanka pada periode tersebut mencapai 364 juta dolar AS, dan nilai impor dari Sri Lanka mencapai 47,7 juta dolar AS.
Angka tersebut belum mencerminkan potensi sebenarnya dari potensi kerja sama perdagangan kedua negara yang dapat dikembangkan lagi.
"Untuk itu, menjadi penting untuk menindaklanjuti rencana perundingan preferential tariff agreement (perjanjian tarif istimewa) antara kedua negara," jelas Dewi.
Hal lain yang juga mengemuka pada pembicaraan antara Dubes RI dan PM Sri Lanka adalah komitmen pemerintah kedua negara untuk memperkuat kerja sama bilateral terutama dengan memanfaatkan momentum peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Sri Lanka. (sal)
DUTA Besar RI untuk Sri Lanka Dewi Gustina Tobing dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa mempromosikan pemasaran motor listrik dan alumunium Indonesia di Sri Lanka.
Pada pertemuan yang juga dihadiri Menteri Luar Negeri Sri Lanka Gamini Lakshman Peiris, kedua pihak membahas peningkatan kerja sama ekonomi, termasuk di bidang perdagangan, investasi dan pariwisata.
"Salah satu potensi kerja sama ekonomi Indonesia dan Sri Lanka saat ini antara lain adalah pemasaran motor listrik Indonesia, mengingat Sri Lanka sedang gencar menggaungkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta ekonomi ramah lingkungan yang berkelanjutan," kata Dewi dalam keterangan KBRI Colombo yang diterima di Jakarta, Kamis (3/2/2022).
Dia juga mempromosikan produk aluminium Indonesia kepada Sri Lanka. Pada 2021, impor aluminium Sri Lanka mencapai sekitar 427 juta dolar AS.
"Produk aluminium Indonesia saat ini sudah mulai dilirik oleh pasar Sri Lanka dan memiliki potensi yang cukup kuat untuk menjadi salah satu sumber peningkatan ekspor Indonesia ke Sri Lanka," ujar Dewi.
Selain sebagai pasar, menurut dia, Sri Lanka juga ingin menjadi bagian dari kerja sama yang saling menguntungkan dengan Indonesia sehingga ke depan kerja sama kedua negara akan dikembangkan dalam bentuk kemitraan maupun joint venture.
"Dari kerja sama tersebut dapat didorong peningkatan ekspor Indonesia dalam bentuk intermediate goods atau semi-finished products untuk kebutuhan produksi industri Sri Lanka," katanya.
Indonesia dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Sri Lanka sebagai pusat kegiatan (hub) maupun sebagai bagian dari perjanjian perdagangan bebas di kawasan Asia Selatan dan Tengah.
Lebih lanjut Dewi menyampaikan kesiapan Indonesia untuk peningkatan kerja sama di bidang komoditas perkebunan termasuk dalam pemenuhan kebutuhan minyak nabati.
Dalam pertemuan itu, Dewi juga menyampaikan bahwa Indonesia siap berdiskusi untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk pengembangan pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan.
Nilai perdagangan RI-Sri Lanka hingga November 2021 tercatat sebesar 411 juta dolar AS. Nilai ekspor Indonesia ke Sri Lanka pada periode tersebut mencapai 364 juta dolar AS, dan nilai impor dari Sri Lanka mencapai 47,7 juta dolar AS.
Angka tersebut belum mencerminkan potensi sebenarnya dari potensi kerja sama perdagangan kedua negara yang dapat dikembangkan lagi.
"Untuk itu, menjadi penting untuk menindaklanjuti rencana perundingan preferential tariff agreement (perjanjian tarif istimewa) antara kedua negara," jelas Dewi.
Hal lain yang juga mengemuka pada pembicaraan antara Dubes RI dan PM Sri Lanka adalah komitmen pemerintah kedua negara untuk memperkuat kerja sama bilateral terutama dengan memanfaatkan momentum peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Sri Lanka. (sal)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.