blog-indonesia.com

Selasa, 20 Juli 2021

Alat Deteksi Gempa Dikembangkan UGM

Prediksi Gempa Bumi dari Aceh hingga NTT Alat deteksi gempa, Early Warning System (EWS) yang dikembangkan peneliti UGM.(DOK/Humas UGM)

Apabila ada alat deteksi gempa atau peringatan dini gempa bumi, mungkin potensi dampak dari gempa bumi besar dapat diminimalisir.

Salah satu alat peringatan gempa berbasis Early Warning System (EWS) yang dikembangkan peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mampu mendeteksi gempa bumi antara satu hingga tiga hari sebelum terjadi.

Seperti diketahui, sebagian besar wilayah Indonesia adalah kawasan rawan gempa bumi yang hingga kini sulit untuk memprediksi kapan gempa itu akan terjadi.

"Peringatan gempa yang bisa dideteksi alat ini (wilayahnya) antara dari Aceh sampai NTT. Karena (kawasan) ini satu lempeng (lempeng Indo-Australia)," kata Ketua tim riset Laboratorium Sistem Sensor dan Telekontrol Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM, Prof. Ir. Sunarno, M.Eng., Ph.D., saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/6/2021).

Alat deteksi gempa, EWS UGM ini telah dipasang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak 5 tahun lalu.

Prof Sunarno mengungkapkan alat tersebut diperuntukkan sebagai EWS gempa untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Ada 5 alat yang telah dipasang di lima wilayah di DIY.

Berdasarkan hasil data yang dikumpulkan selama bertahun-tahun, sejak alat tersebut terpasang, Prof Sunarno menjelaskan jika terjadi gempa di atas magnitudo 4,5 di antara Aceh dan NTT, alat tersebut bisa mendeteksi 3 hari sebelumnya.

"Jadi misalnya ada gempa menurut geofon, menurut referensi kegempaan saya dari Jerman, kalau ada gempa, kami cek, 3 hari sebelumnya memang ada gejolak, baik air sumur maupun gas radon," jelas Prof Sunarno.

Alat deteksi gempa, early warning system tersebut kemudian membuat prediksi bahwa akan terjadi gempa di antara Aceh dan NTT, yakni di sepanjang lempeng Indo-Australia.

Sinyal data dari alat-alat yang dipasang itu akan mengirimkan laporan melalui email ke server yang ada di rumah Prof Sunarno.

"Akan tetapi, selama ini alat ini hanya mendeteksi bahwa memang akan terjadi gempa bumi, tetapi lokasi titik tepatnya di mana tidak diketahui," jelas Prof Sunarno.

  10 EWS di sepanjang Pulau Jawa 

Oleh sebab itu, dimulai tahun ini pengembangan alat deteksi gempa atau EWS tersebut melalui program hibah penelitian Ristek, Prof Sunarno akan mulai memasang lebih banyak alat di sepanjang Pulau Jawa.

Ilustrasi gempa(SHUTTERSTOCK/Andrey VP)

Rencananya akan ada 10 alat deteksi gempa yang akan dipasang di sepanjang Pulau Jawa. Pemasangan alat EWS ini akan dilakukan di lokasi patahan yang tersebar di wilayah pantai selatan Jawa.

"Penelitian ini akan didanai selama 3 tahun. Nantinya harapannya dapat memprediksi gempa dan menunjukkan di mana lokasi gempa yang akan terjadi itu dengan model triangulasi," jelasnya.

Misalnya, alat ini bisa ditempatkan di wilayah-wilayah seperti Cilegon, Kebumen, Pacitan, Yogyakarta, Surabaya atau mungkin Bali.

Maka dengan model triangulasi, lanjut Prof Sunarno, bisa memprediksi di lokasi tepat gempa bumi yang akan terjadi beberapa hari sebelum itu terjadi.

"Kami akan pasang 10 alat dulu. Lalu akan dievaluasi dan terus dikembangkan," jelas dia.

Lima alat deteksi gempa (EWS) yang telah dipasang di DIY, menurut Prof Sunarno, setiap lima menit sekali selalu mengirimkan data peringatan gempa di antara wilayah Aceh hingga NTT.

UGM meminta agar alat deteksi gempa tersebut dapat dikembangkan. Prof Sunarno mengungkapkan software alat deteksi gempa ini juga masih terus dikembangkan, sebab algoritma alat ini juga tidak mudah.

Terkait penjelasan prediksi gempa Toli Toli pada 3 hari sebelumnya, Prof Sunarno mengungkapkan bahwa itu bukan penjelasannya, seperti yang disampaikan dalam siaran pers humas UGM pada Kamis.

Prof Sunarno menjelaskan apabila alat tersebut dipasang di wilayah lain di Indonesia, seperti di Sulawesi, maka itu juga bisa memberikan peringatan gempa di wilayah tersebut.

"Namun, alat ini belum dipasang di sana, jadi tidak bisa memprediksi atau mendeteksi gempa yang akan terjadi," jelas Prof Sunarno.

Lebih lanjut Prof Sunarno mengatakan bahwa kelima alat EWS yang dipasang di DIY, menurut algoritma dan hipotesanya bisa memberikan peringatan gempa tidak hanya 3 hari sebelum, tetapi bisa 2 minggu sebelumnya, berdasarkan gejolak air tanah dan gas radon.

  ❂ Kompas  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More