"Warning" Daerah Militer hingga GPS Hilang Saat TerbangAir dropping logistic ke jalur Gaza dengan pesawat C130J TNI AU (TNI AU) ✈️
Kontingen penerbang dari TNI Angkatan Udara (TNI AU) berhasil menerjunkan bantuan logistik (air droping logistic) untuk warga Palestina yang berada di jalur Gaza pada Selasa (9/4/2024).
Kontingen yang dipimpin oleh Kolonel Pnb Noto Casnoto itu membawa logistik dengan pesawat Hercules C-130 J.
Dalam keterangannya, Kolonel Noto menceritakan bahwa operasi untuk menerjunkan bantuan logistik dilakukan selama total 14 hari.
Waktu tersebut dihitung sejak pertama kali pesawat berangkat dari Jakarta.
"Total kami operasi ini 14 hari. Kemudian logistik yang kami bawa pada saat kami keberangkatan dari Jakarta ini membawa 900 payung (payung udara barang) yang digunakan dan diserahkan kepada pemerintah Yordania untuk menurunkan bantuan logistik ke Palestina," ujar Noto sebagaimana dilansir siaran YouTube KompasTV pada Sabtu (13/4/2024).
Dari Jakarta, pesawat menuju Yordania untuk bergabung dengan tim yang berasal dari sejumlah negara lain.
Menurut Noto, operasi penerjunan logistik ke Gaza kali ini diikuti oleh kontingen dari sembilan negara.
Antara lain Indonesia, Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, Perancis, Jerman, Belanda, dan Inggris.
Sesampainya di Yordania, tim dari TNI AU melakukan sejumlah persiapan.
Antara lain mengadakan rapat dengan Royal Jordan Air Force untuk pelaksanaan teknis penerjunan logistik.
Sementara itu, pelaksanaan penerjunan dilakukan selama dua jam, yakni dihitung sejak take off dari Bandara King Abdullah II di Yordania menuju ke Gaza.
"Secara teknis itu, kita setelah selesai briefing, semua pesawat sudah di-loading untuk barang masing-masing, kemudian kita dikasih window time. Take off itu sesuai dengan urutan masing-masing sudah dikasih time table-nya. Jadi di dalam rute penerbangan sama," jelas Noto.
"Jadi dari poin ke poin itu kita harus benar-benar disiplin, strict, menjaga jarak antar pesawat itu 5 menit. Tidak boleh terlalu dekat, tak boleh terlalu jauh. Kemudian sampai ke masuk droping area juga sama, jadi kita tunggu clearance betul-betul, listen out dengan menara kontrol yang memberikan clearance, baru kita bisa masuk ke area," paparnya.
Adapun penerjunan logistik dilakukan dalam sekali waktu saja (sekali droping).
Jalur penerbangan dari Yordania menuju ke kawasan udara di Gaza telah disesuaikan dengan rute yang dibuat oleh Pemerintah Yordania selaku pemimpin operasi air droping logistik kali ini.
Meski demikian, Noto mengakui bahwa ada tantangan tersendiri saat melakukan operasi tersebut.
Salah satunya karena TNI AU sebelumnya tidak pernah melihat medannya seperti apa.
"Kemudian kami pada saatnya berangkat itu sudah di-warning bahwa daerah itu adalah daerah operasi (militer) dan itu sedang aktif daerahnya sehingga kemungkinan besar terjadinya jamming radio, jamming navigasi itu sangat mungkin terjadi, dan itu (memang kenyataannya) terjadi," katanya.
"Untuk itu, kami kemarin sudah siap dengan segala pola operasinya sehingga kami pun kemarin menerbangkan pesawat secara manual," ungkap Noto.
Ia juga sempat menyinggung terjadinya sinyal GPS yang hilang saat operasi dilaksanakan sehingga tim Indonesia harus melakukan pemetaan wilayah terbang secara manual.
"Ya terutama di GPS, GPS nya suddenly hilang, sehingga kita harus mapping secara manual dan menerbangkan secara konvensional gitu," katanya.
Diketahui, dalam operasi air droping logistic kali ini Indonesia berhasil menerjunkan 20 paket bantuan yang mencakup makanan dan obat-obatan yang dibutuhkan para pengungsi di Gaza.
Masing-masing paket memiliki berat 160 kilogram sehingga total berat paket bantuan yang diterjunkan adalah 3.200 kilogram.
Kontingen penerbang dari TNI Angkatan Udara (TNI AU) berhasil menerjunkan bantuan logistik (air droping logistic) untuk warga Palestina yang berada di jalur Gaza pada Selasa (9/4/2024).
Kontingen yang dipimpin oleh Kolonel Pnb Noto Casnoto itu membawa logistik dengan pesawat Hercules C-130 J.
Dalam keterangannya, Kolonel Noto menceritakan bahwa operasi untuk menerjunkan bantuan logistik dilakukan selama total 14 hari.
Waktu tersebut dihitung sejak pertama kali pesawat berangkat dari Jakarta.
"Total kami operasi ini 14 hari. Kemudian logistik yang kami bawa pada saat kami keberangkatan dari Jakarta ini membawa 900 payung (payung udara barang) yang digunakan dan diserahkan kepada pemerintah Yordania untuk menurunkan bantuan logistik ke Palestina," ujar Noto sebagaimana dilansir siaran YouTube KompasTV pada Sabtu (13/4/2024).
Dari Jakarta, pesawat menuju Yordania untuk bergabung dengan tim yang berasal dari sejumlah negara lain.
Menurut Noto, operasi penerjunan logistik ke Gaza kali ini diikuti oleh kontingen dari sembilan negara.
Antara lain Indonesia, Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, Perancis, Jerman, Belanda, dan Inggris.
Sesampainya di Yordania, tim dari TNI AU melakukan sejumlah persiapan.
Antara lain mengadakan rapat dengan Royal Jordan Air Force untuk pelaksanaan teknis penerjunan logistik.
Sementara itu, pelaksanaan penerjunan dilakukan selama dua jam, yakni dihitung sejak take off dari Bandara King Abdullah II di Yordania menuju ke Gaza.
"Secara teknis itu, kita setelah selesai briefing, semua pesawat sudah di-loading untuk barang masing-masing, kemudian kita dikasih window time. Take off itu sesuai dengan urutan masing-masing sudah dikasih time table-nya. Jadi di dalam rute penerbangan sama," jelas Noto.
"Jadi dari poin ke poin itu kita harus benar-benar disiplin, strict, menjaga jarak antar pesawat itu 5 menit. Tidak boleh terlalu dekat, tak boleh terlalu jauh. Kemudian sampai ke masuk droping area juga sama, jadi kita tunggu clearance betul-betul, listen out dengan menara kontrol yang memberikan clearance, baru kita bisa masuk ke area," paparnya.
Adapun penerjunan logistik dilakukan dalam sekali waktu saja (sekali droping).
Jalur penerbangan dari Yordania menuju ke kawasan udara di Gaza telah disesuaikan dengan rute yang dibuat oleh Pemerintah Yordania selaku pemimpin operasi air droping logistik kali ini.
Meski demikian, Noto mengakui bahwa ada tantangan tersendiri saat melakukan operasi tersebut.
Salah satunya karena TNI AU sebelumnya tidak pernah melihat medannya seperti apa.
"Kemudian kami pada saatnya berangkat itu sudah di-warning bahwa daerah itu adalah daerah operasi (militer) dan itu sedang aktif daerahnya sehingga kemungkinan besar terjadinya jamming radio, jamming navigasi itu sangat mungkin terjadi, dan itu (memang kenyataannya) terjadi," katanya.
"Untuk itu, kami kemarin sudah siap dengan segala pola operasinya sehingga kami pun kemarin menerbangkan pesawat secara manual," ungkap Noto.
Ia juga sempat menyinggung terjadinya sinyal GPS yang hilang saat operasi dilaksanakan sehingga tim Indonesia harus melakukan pemetaan wilayah terbang secara manual.
"Ya terutama di GPS, GPS nya suddenly hilang, sehingga kita harus mapping secara manual dan menerbangkan secara konvensional gitu," katanya.
Diketahui, dalam operasi air droping logistic kali ini Indonesia berhasil menerjunkan 20 paket bantuan yang mencakup makanan dan obat-obatan yang dibutuhkan para pengungsi di Gaza.
Masing-masing paket memiliki berat 160 kilogram sehingga total berat paket bantuan yang diterjunkan adalah 3.200 kilogram.
🪂 Kompas
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.