blog-indonesia.com

Selasa, 23 Februari 2010

Bio Kerosin Akan Digunakan Dalam Uji Coba PUNA

25 April 2008
JAKARTA : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan menggunakan bio kerosin sebagai bahan bakar pesawat udara tanpa awak dalam ujicoba yang direncanakan akan dilaksanakan tahun ini. Kendati 4 model pesawat udara nir awak (PUNA) tersebut masih dalam tahap penyelesaian, namun sudah dipesan kalangan instansi pemerintah.

“Bio kerosin merupakan campuran minyak tanah dan biofuel. Namun, kami upayakan biofuel tidak berbahan baku CPO (crude palm oil),” ujar Prof Ir Said Djauharsjah Jenie, ScD di Jakarta, kemarin (24/4).

Bio kerosin untuk pesawat, lanjut Said, baru pertama kali digunakan di Indonesia. “Kami akan mencoba menggunakan biokerosin dalam uji coba tahun ini di Batujajar (Bandung). Yah, kemungkinan setelah Agustus,” ujarnya. Namun , kata dia, di belahan dunia lainnya, bio kerosin sudah digunakan beberapa maskapai penerbangan internasional sebagai bahan bakar.

Sementara, keempat model pesawat nir awak (PUNA) yang akan diujicobakan, yaitu Wulung, Gagak, Pelatuk dan Laron. Wulung memiliki spesifikasi ekor model T, dengan panjang sayap sekitar 6 meter serta memiliki daya jelajah hingga 120 km.

“Dalam uji coba terakhir kemampuan terbang baru sekitar 3,5 jam. Namun ditargetkan hingga 4 jam. Tipe Wulung dapat dioperasionalkan untuk pemotretan udara pada area yang luas, pengukuran karakteristik atmosfer, serta pemantauan kebocoran pada kabel listrik tegangan tinggi (SUTET) dengan operasional high altitude,” ujarnya.

Sedangkan, tipe Gagak (BPPT 04B) memiliki operasional low-high-low dengan panjang sayap mencapai 7 meter serta model ekor V. “Bisa digunakan untuk keperluan militer, karena memiliki ketinggian sangat rendah sekitar 1000 feet,” ujarnya.

Tipe pelatuk memiliki spesfikasi ekor model lamda (inverted V), sedangkan tipe laron memiliki keunggulan dalam dioperasionalisasikan pada ketinggian tertentu sesuai kebutuhan.

“Masing-masing tipe dapat dilengkapi fasilitas pemantau berupa kamera optik, infrared, serta thermal yang harganya cukup mahal. Kendati masih prototipe, namun beberapa instansi, seperti DKP (Dewan Kelautan dan Perikanan), PLN, Departemen Kehutanan , serta TNI sudah memesan,” ujarnya. (Lea)

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More