💡 ⚡Rupanya Indonesia termasuk dalam peringkat lima besar negara eksportir gas alam cair (LNG) di dunia, dengan lima teratas konsumen LNG Indonesia berdasarkan pangsa adalah Jepang, Korea, Taiwan, Cina, AS.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) saat dijumpai di Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, Asia Pasifik memiliki 9,4% dari cadangan gas dunia, yang mana Cina memiliki 2,9%, dan Indonesia memiliki 1,53% dari cadangan gas dunia.
"Dalam mengelola cadangan gas, kami melakukan upaya yang terbaik untuk menemukan lebih banyak sumber daya gas dan mengubahnya menjadi cadangan terbukti," tutur Dwi.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto dalam kesempatan yang sama menambahkan, sejak 1977, Indonesia menjadi pemain besar dalam bisnis gas.
"Ekspor LNG Indonesia sebesar 28,37% sedangkan sisanya digunakan untuk berbagai sektor. Penggunaan gas untuk pembangkit listrik sebesar 12,78%, industri 36,19%, hingga diekspor menggunakan pipa 11,33%," ujar Djoko.
Ia juga menyebutkan, mulai tahun depan, Indonesia akan mengekspor 16 kargo per tahun gas alam cair atau LNG ke Singapura. Pasokan LNG akan berasal dari Train-3 Kilang LNG Tangguh milik BP Berau.
"Jadi itu kan hasil lelang BP. Jumat kemarin (1/3/2019) sudah mendapat persetujuan pemerintah, karena harganya bagus, kalau tidak salah 12,33% dari JCC (Japan Crude Cocktail)," kata Djoko.
"Total 84 cargo selama lima tahun, mulai tahun depan empat kargo, selanjutnya tiap tahun 16 cargo sampai 2025," tambahnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, jika pada Jumat kemarin tidak ditandatangani persetujuannya, maka hasil lelang batal dan harus dilelang kembali.
"Kalau Jumat kemarin tidak ditandatangani, batal itu, dilelang lagi, padahal harga sudah oke kan," tuturnya.
Selain itu, RI juga berencana untuk menjual gas alam cair (LNG) di pasar spot. Total ada 10 kargo yang akan dijual di pasar spot tersebut.
Djoko menuturkan, LNG untuk pasar spot tersebut berasal dari LNG Bontang sebanyak satu kargo, yang mulai dijual pada April 2019, lalu dua kargo pada Mei 2019.
"Selanjutnya juga ada LNG dari Tangguh sebanyak empat kargo pada Juni 2019, dan tiga kargo dari Donggi Senoro pada Maret, Mei, dan Juni 2019," sebut Djoko.
Ia mengatakan, Indonesia juga memiliki kontrak eksisting untuk menjual LNG di 2019 ini. Djoko menyebutkan, ada 27 kargo LNG dari blok Mahakam, 36 kargo dari Eni dan Pertamina, lalu sebanyak 33 kargo dari Eni SpA, lalu ada dari IDD Bangka dan Pertamina sebanyak empat kargo.
"Ada 18 kargo juga untuk kontrak LNG blok Mahakam untuk penjualan domestik," pungkasnya.
Jadi Eksportir Raksasa Dunia
Foto: Infografis/Ekspor LNG Indonesia/Edward Ricardo
Lalu, dari mana saja sumber dari LNG di Indonesia?
Berdasarkan data Kementerian ESDM yang dikutip dari buku Neraca Gas Indonesia 2018-2027, sejak 2015 dengan dilakukannya perubahan pada kilang Arun dari yang sebelumnya digunakan untuk memproduksikan LNG menjadi untuk proses regasifikasi, maka kilang LNG yang beroperasi di Indonesia hanya sebanyak tiga kilang saja, yaitu Kilang LNG Badak, Kilang LNG Tangguh, serta kilang LNG Donggi-Senoro. Diharapkan dengan beroperasinya kilang LNG Masela, pasokan LNG akan mampu memenuhi kebutuhan energi Indonesia.
Pasokan LNG Indonesia saat ini diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan LNG Domestik sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 06 tahun 2016. Kedepannya pasokan LNG untuk pembeli domestik dapat terus meningkat seiring dengan beroperasinya pembangkit-pembangkit listrik PLN pada proyek 35 GW.
Adapun, sumber pasokan LNG di Indonesia berasal dari lapangan-lapangan wilayah kerja blok-blok migas dalam negeri, yakni:
1. Wilayah Aceh dan Sumatra Bagian Utara (Region I)
Gas bumi dari Aceh dan Sumatra Bagian Utara telah lama diproduksi. Lapangan Arun di Aceh telah berproduksi sejak tahun 1970-an untuk memenuhi kebutuhan pabrik Pupuk Iskandar Muda, pembangkit listrik, serta ekspor LNG ke Jepang dan Korea. Pada saat itu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi adalah ExxonMobil Oil Indonesia yang saat ini sudah beralih ke PHE NSO-NSB. KKKS lain yang beroperasi di Aceh saat ini adalah Medco E&P Malaka, Triangle Pase Inc. dan ENI Krueng Mane Ltd, sedangkan di Sumatra Bagian Utara KKKS yang beroperasi adalah Pertamina EP Asset 1 dan EMP Gebang.
Per Januari 2017, cadangan gas bumi Region I sebesar 6,60 TSCF yang berupa cadangan terbukti (proven reserves) sebesar 1,33 TSCF dan cadangan potensial (probable & possible reserves) sebesar 5,27 TSCF. PT Medco E&P Malaka mendominasi kepemilikan cadangan sebesar 3,68 TSCF disusul PHE NSO-NSB sebesar 1,11 TSCF, Pertamina EP Asset 1 sebesar 0.83 TSCF dan sisanya sebesar 0,98 TSCF dari tiga Wilayah Kerja lainnya yaitu Gebang, Krueng Mane dan Pase.
Selain pasokan gas bumi dari lapangan yang ada di Region I, saat ini gas bumi juga didatangkan dari Tangguh melalui Terminal Regasifikasi Arun. Fasilitas ini merupakan fasilitas ex LNG Plant yang dikonversi menjadi fasilitas regasi kasi. Gas bumi tersebut kemudian dialirkan ke Belawan melalui pipa transmisi Arun-Belawan berdiameter 24 inci dengan kapasitas terpasang 200 MMSCFD untuk memenuhi kebutuhan PLN dan industri di Medan dan sekitarnya.
2. Sumatra Bagian Tengah, Sumatra Bagian Selatan, Kepulauan Riau dan Jawa Bagian Barat (Region II)
Jika ditinjau berdasarkan pasokan gas bumi, Region II merupakan region dengan pasokan gas bumi terbesar yang berasal dari wilayah sendiri dan pasokan dari region lain. Region II membentang dari Wilayah Kepulauan Riau, Sumatera Bagian Tengah dan Selatan serta Jawa Bagian Barat.
Per Januari 2017, cadangan gas bumi Region II sebesar 74,83 TSCF. Wilayah Natuna mendominasi kepemilikan cadangan sebesar 49,60 TSCF, dengan Exxon Mobil Oil (EMOI- Pertamina) sebesar 46,00 TSCF disusul Medco E&P Natuna 1,76 TSCF dan Permier Oil sebesar 1,66 TSCF, lainnya dari Star Energy sebesar 0,18 TSCF.
Untuk Wilayah Sumatra didominasi kepemilikan cadangan ConocoPhillips (Grissik) sebesar 5,42 TSCF dan ConocoPhillips (Jambi) 3,90 TSCF kemudian Pertamina EP Asset II sebesar 2,8 TSCF, sedangkan untuk Jawa Barat didominasi oleh Pertamina EP Asset III sebesar 3,6 TSCF dan PHE ONWJ sebesar 1,89 TSCF. Sisanya sebesar 7,62 TSCF tersebar dalam beberapa lapangan lainnya di Sumatra Bagian Tenggara dan Selatan serta Jawa Bagian Barat.
Untuk LNG, kontrak NR dengan produsen LNG (Bontang - Tangguh) akan berakhir di 2022, namun untuk menjaga kelangsungan pembangkit listrik di Jawa Barat maka akan memanfaatkan fasilitas eksisting. Sehingga, sampai dengan 2027 terdapat pasokan LNG, dan wilayah Jawa Bagian Barat terpasok 578,21 MMSCFD di 2018 naik menjadi 592,86 MMSCFD di 2020 disebabkan adanya tambahan dari pasokan LNG kemudian mengalami penurunan laju produksi sampai dengan 2027 mencapai 297,16 MSSCFD.
3. Wilayah Kalimantan Pasokan Gas Bumi (Region V)
Pasokan gas bumi Region V berasal dari produksi gas bumi KKKS Pertamina Hulu Mahakam (PHM), yang sebelumnya dikelola oleh Total E&P Indonesie, Chevron Indonesia Company, Vico Indonesia, ENI Muara Bakau BV, Mubadala Petroleum, Medco E&P Indonesia, Perusda Benuo Taka, JOB PHE-Medco Simenggaris, Ophir Energy serta Pertamina EP Asset 5.
Produksi gas bumi dari Kalimantan sebagian besar diolah menjadi LNG yang didistribusikan untuk memenuhi komitmen LNG Domestik dan Ekspor, sisanya untuk industri pupuk dan petrokimia di Bontang, Kilang RU V Balikpapan, Kelistrikan dan jaringan gas kota.
Per Januari 2017, cadangan gas bumi Region V sebesar 15,35 TSCF yang berupa cadangan terbukti (proven reserves) sebesar 7,48 TSCF dan cadangan potensial (probable & possible reserves) sebesar 7,87 TSCF. Didominasi oleh kepemilikan cadangan PHM sebesar 3,53 TSCF, IDD Ganal Rapak sebesar 3,96 TSCF, Muara Bakau 2,47 TSCF, Pertamina EP sebesar 2,44 TSCF dan Sanga-Sanga sebesar 1,58 TSCF. Sisanya sebesar 1,37 TSCF tersebar dalam beberapa lapangan seperti Attaka, Bangkanai, Simenggaris, Tarakan dan East Kalimantan.
Terdapat komitmen LNG dari Region V untuk memenuhi kebutuhan Kelistrikan di Jawa-Bali dan Industri melalui PT Pertamina (Persero) dengan pasokan dari Chevron dan ENI Muara Bakau serta untuk memenuhi kemitmen kontrak LNG ekspor. Total komitmen LNG sebesar 987 MMSCFD di 2018 kemudian akan mengalami penurunan sampai dengan 20 MMSCFD di 2027.
4. Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (Region VI)
Pasokan gas bumi (supply) ke Region VI pada 2018 diperkirakan mencapai 1.613,49 MMSCFD dengan rincian Existing Supply sebesar 1.545,59 MMSCFD dan Project Supply sebesar 67,90 MMSCFD.
Produksi BP Berau dari Project Supply diperkirakan akan masuk pada 2020 sebesar 154,61 MMSCFD kemudian meningkat sampai dengan 1.169,18 MMSCFD pada 2027. Pasokan gas Inpex Corporation dari Lapangan Abadi Masela direncanakan akan masuk pada 2027 dengan perkiraan volume 433,22 MMSCFD. Pasokan dari Genting akan masuk di tahun 2021 dengan perkiraan produksi sebesar 42.85 MMSCFD kemudian ramp-up sampai dengan 170 MMSCFD.
Terdapat komitmen LNG dari Region VI untuk memenuhi kebutuhan Kelistrikan di Sumatra, kebutuhan FSRU Nusantara Regas di Region II dan kontrak eksisting LNG ekspor. Total komitmen LNG sebesar 1.306,20 MMSCFD di 2018 kemudian 1.686,50 MMSCFD di 2027. (gus)
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) saat dijumpai di Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, Asia Pasifik memiliki 9,4% dari cadangan gas dunia, yang mana Cina memiliki 2,9%, dan Indonesia memiliki 1,53% dari cadangan gas dunia.
"Dalam mengelola cadangan gas, kami melakukan upaya yang terbaik untuk menemukan lebih banyak sumber daya gas dan mengubahnya menjadi cadangan terbukti," tutur Dwi.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto dalam kesempatan yang sama menambahkan, sejak 1977, Indonesia menjadi pemain besar dalam bisnis gas.
"Ekspor LNG Indonesia sebesar 28,37% sedangkan sisanya digunakan untuk berbagai sektor. Penggunaan gas untuk pembangkit listrik sebesar 12,78%, industri 36,19%, hingga diekspor menggunakan pipa 11,33%," ujar Djoko.
Ia juga menyebutkan, mulai tahun depan, Indonesia akan mengekspor 16 kargo per tahun gas alam cair atau LNG ke Singapura. Pasokan LNG akan berasal dari Train-3 Kilang LNG Tangguh milik BP Berau.
"Jadi itu kan hasil lelang BP. Jumat kemarin (1/3/2019) sudah mendapat persetujuan pemerintah, karena harganya bagus, kalau tidak salah 12,33% dari JCC (Japan Crude Cocktail)," kata Djoko.
"Total 84 cargo selama lima tahun, mulai tahun depan empat kargo, selanjutnya tiap tahun 16 cargo sampai 2025," tambahnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, jika pada Jumat kemarin tidak ditandatangani persetujuannya, maka hasil lelang batal dan harus dilelang kembali.
"Kalau Jumat kemarin tidak ditandatangani, batal itu, dilelang lagi, padahal harga sudah oke kan," tuturnya.
Selain itu, RI juga berencana untuk menjual gas alam cair (LNG) di pasar spot. Total ada 10 kargo yang akan dijual di pasar spot tersebut.
Djoko menuturkan, LNG untuk pasar spot tersebut berasal dari LNG Bontang sebanyak satu kargo, yang mulai dijual pada April 2019, lalu dua kargo pada Mei 2019.
"Selanjutnya juga ada LNG dari Tangguh sebanyak empat kargo pada Juni 2019, dan tiga kargo dari Donggi Senoro pada Maret, Mei, dan Juni 2019," sebut Djoko.
Ia mengatakan, Indonesia juga memiliki kontrak eksisting untuk menjual LNG di 2019 ini. Djoko menyebutkan, ada 27 kargo LNG dari blok Mahakam, 36 kargo dari Eni dan Pertamina, lalu sebanyak 33 kargo dari Eni SpA, lalu ada dari IDD Bangka dan Pertamina sebanyak empat kargo.
"Ada 18 kargo juga untuk kontrak LNG blok Mahakam untuk penjualan domestik," pungkasnya.
Jadi Eksportir Raksasa Dunia
Foto: Infografis/Ekspor LNG Indonesia/Edward Ricardo
Lalu, dari mana saja sumber dari LNG di Indonesia?
Berdasarkan data Kementerian ESDM yang dikutip dari buku Neraca Gas Indonesia 2018-2027, sejak 2015 dengan dilakukannya perubahan pada kilang Arun dari yang sebelumnya digunakan untuk memproduksikan LNG menjadi untuk proses regasifikasi, maka kilang LNG yang beroperasi di Indonesia hanya sebanyak tiga kilang saja, yaitu Kilang LNG Badak, Kilang LNG Tangguh, serta kilang LNG Donggi-Senoro. Diharapkan dengan beroperasinya kilang LNG Masela, pasokan LNG akan mampu memenuhi kebutuhan energi Indonesia.
Pasokan LNG Indonesia saat ini diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan LNG Domestik sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 06 tahun 2016. Kedepannya pasokan LNG untuk pembeli domestik dapat terus meningkat seiring dengan beroperasinya pembangkit-pembangkit listrik PLN pada proyek 35 GW.
Adapun, sumber pasokan LNG di Indonesia berasal dari lapangan-lapangan wilayah kerja blok-blok migas dalam negeri, yakni:
1. Wilayah Aceh dan Sumatra Bagian Utara (Region I)
Gas bumi dari Aceh dan Sumatra Bagian Utara telah lama diproduksi. Lapangan Arun di Aceh telah berproduksi sejak tahun 1970-an untuk memenuhi kebutuhan pabrik Pupuk Iskandar Muda, pembangkit listrik, serta ekspor LNG ke Jepang dan Korea. Pada saat itu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi adalah ExxonMobil Oil Indonesia yang saat ini sudah beralih ke PHE NSO-NSB. KKKS lain yang beroperasi di Aceh saat ini adalah Medco E&P Malaka, Triangle Pase Inc. dan ENI Krueng Mane Ltd, sedangkan di Sumatra Bagian Utara KKKS yang beroperasi adalah Pertamina EP Asset 1 dan EMP Gebang.
Per Januari 2017, cadangan gas bumi Region I sebesar 6,60 TSCF yang berupa cadangan terbukti (proven reserves) sebesar 1,33 TSCF dan cadangan potensial (probable & possible reserves) sebesar 5,27 TSCF. PT Medco E&P Malaka mendominasi kepemilikan cadangan sebesar 3,68 TSCF disusul PHE NSO-NSB sebesar 1,11 TSCF, Pertamina EP Asset 1 sebesar 0.83 TSCF dan sisanya sebesar 0,98 TSCF dari tiga Wilayah Kerja lainnya yaitu Gebang, Krueng Mane dan Pase.
Selain pasokan gas bumi dari lapangan yang ada di Region I, saat ini gas bumi juga didatangkan dari Tangguh melalui Terminal Regasifikasi Arun. Fasilitas ini merupakan fasilitas ex LNG Plant yang dikonversi menjadi fasilitas regasi kasi. Gas bumi tersebut kemudian dialirkan ke Belawan melalui pipa transmisi Arun-Belawan berdiameter 24 inci dengan kapasitas terpasang 200 MMSCFD untuk memenuhi kebutuhan PLN dan industri di Medan dan sekitarnya.
2. Sumatra Bagian Tengah, Sumatra Bagian Selatan, Kepulauan Riau dan Jawa Bagian Barat (Region II)
Jika ditinjau berdasarkan pasokan gas bumi, Region II merupakan region dengan pasokan gas bumi terbesar yang berasal dari wilayah sendiri dan pasokan dari region lain. Region II membentang dari Wilayah Kepulauan Riau, Sumatera Bagian Tengah dan Selatan serta Jawa Bagian Barat.
Per Januari 2017, cadangan gas bumi Region II sebesar 74,83 TSCF. Wilayah Natuna mendominasi kepemilikan cadangan sebesar 49,60 TSCF, dengan Exxon Mobil Oil (EMOI- Pertamina) sebesar 46,00 TSCF disusul Medco E&P Natuna 1,76 TSCF dan Permier Oil sebesar 1,66 TSCF, lainnya dari Star Energy sebesar 0,18 TSCF.
Untuk Wilayah Sumatra didominasi kepemilikan cadangan ConocoPhillips (Grissik) sebesar 5,42 TSCF dan ConocoPhillips (Jambi) 3,90 TSCF kemudian Pertamina EP Asset II sebesar 2,8 TSCF, sedangkan untuk Jawa Barat didominasi oleh Pertamina EP Asset III sebesar 3,6 TSCF dan PHE ONWJ sebesar 1,89 TSCF. Sisanya sebesar 7,62 TSCF tersebar dalam beberapa lapangan lainnya di Sumatra Bagian Tenggara dan Selatan serta Jawa Bagian Barat.
Untuk LNG, kontrak NR dengan produsen LNG (Bontang - Tangguh) akan berakhir di 2022, namun untuk menjaga kelangsungan pembangkit listrik di Jawa Barat maka akan memanfaatkan fasilitas eksisting. Sehingga, sampai dengan 2027 terdapat pasokan LNG, dan wilayah Jawa Bagian Barat terpasok 578,21 MMSCFD di 2018 naik menjadi 592,86 MMSCFD di 2020 disebabkan adanya tambahan dari pasokan LNG kemudian mengalami penurunan laju produksi sampai dengan 2027 mencapai 297,16 MSSCFD.
3. Wilayah Kalimantan Pasokan Gas Bumi (Region V)
Pasokan gas bumi Region V berasal dari produksi gas bumi KKKS Pertamina Hulu Mahakam (PHM), yang sebelumnya dikelola oleh Total E&P Indonesie, Chevron Indonesia Company, Vico Indonesia, ENI Muara Bakau BV, Mubadala Petroleum, Medco E&P Indonesia, Perusda Benuo Taka, JOB PHE-Medco Simenggaris, Ophir Energy serta Pertamina EP Asset 5.
Produksi gas bumi dari Kalimantan sebagian besar diolah menjadi LNG yang didistribusikan untuk memenuhi komitmen LNG Domestik dan Ekspor, sisanya untuk industri pupuk dan petrokimia di Bontang, Kilang RU V Balikpapan, Kelistrikan dan jaringan gas kota.
Per Januari 2017, cadangan gas bumi Region V sebesar 15,35 TSCF yang berupa cadangan terbukti (proven reserves) sebesar 7,48 TSCF dan cadangan potensial (probable & possible reserves) sebesar 7,87 TSCF. Didominasi oleh kepemilikan cadangan PHM sebesar 3,53 TSCF, IDD Ganal Rapak sebesar 3,96 TSCF, Muara Bakau 2,47 TSCF, Pertamina EP sebesar 2,44 TSCF dan Sanga-Sanga sebesar 1,58 TSCF. Sisanya sebesar 1,37 TSCF tersebar dalam beberapa lapangan seperti Attaka, Bangkanai, Simenggaris, Tarakan dan East Kalimantan.
Terdapat komitmen LNG dari Region V untuk memenuhi kebutuhan Kelistrikan di Jawa-Bali dan Industri melalui PT Pertamina (Persero) dengan pasokan dari Chevron dan ENI Muara Bakau serta untuk memenuhi kemitmen kontrak LNG ekspor. Total komitmen LNG sebesar 987 MMSCFD di 2018 kemudian akan mengalami penurunan sampai dengan 20 MMSCFD di 2027.
4. Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (Region VI)
Pasokan gas bumi (supply) ke Region VI pada 2018 diperkirakan mencapai 1.613,49 MMSCFD dengan rincian Existing Supply sebesar 1.545,59 MMSCFD dan Project Supply sebesar 67,90 MMSCFD.
Produksi BP Berau dari Project Supply diperkirakan akan masuk pada 2020 sebesar 154,61 MMSCFD kemudian meningkat sampai dengan 1.169,18 MMSCFD pada 2027. Pasokan gas Inpex Corporation dari Lapangan Abadi Masela direncanakan akan masuk pada 2027 dengan perkiraan volume 433,22 MMSCFD. Pasokan dari Genting akan masuk di tahun 2021 dengan perkiraan produksi sebesar 42.85 MMSCFD kemudian ramp-up sampai dengan 170 MMSCFD.
Terdapat komitmen LNG dari Region VI untuk memenuhi kebutuhan Kelistrikan di Sumatra, kebutuhan FSRU Nusantara Regas di Region II dan kontrak eksisting LNG ekspor. Total komitmen LNG sebesar 1.306,20 MMSCFD di 2018 kemudian 1.686,50 MMSCFD di 2027. (gus)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.