Tanaman mahkota dewa kerap digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Namun, di balik semua khasiat baik yang terkandung di dalam tanaman asli Papua itu, mahkota dewa ternyata juga dapat diolah sebagai bahan bakar.
Inovasi tersebut dilakukan oleh tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), yakni Iga Nugraheni, Asep Andi, dan Ahadyah Ayu Umaiya. Penelitian tersebut berjudul Fatty Acid Methyl Ester (FAME) berbasis Biji Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dengan Metode Transesterifikasi sebagai Bahan Bakar Alternatif dalam Mewujudkan Masyarakat Mandiri Energi.
Ketua tim Iga menyebut, bahan bakar dari mahkota dewa memiliki berbagai keunggulan dibandingkan bahan bakar nabati lainnya. Tanaman bernama latin Phaleria macrocarpa itu, lanjutnya, tidak akan mengganggu stabilitas pangan nasional.
“Buah mahkota dewa bukan merupakan tanaman pangan, sehingga jika biji mahkota dewa digunakan sebagai bahan bakar nabati, tidak akan mengganggu stabilitas pangan seperti yang terjadi pada bioetanol dari singkong, sagu, jagung, dan tanaman perkebunan lainnya,” ungkap Iga.
Keunggulan lain, kata Iga, biji buah mahkota dewa belum terdaftar sebagai bahan bakar nabati (biofuel) baik di media cetak maupun elektronik. Di samping itu, FAME biji mahkota dewa bersifat biodegradable oil dan tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan (non-edible oil).
Menurut Iga, inpirasi pengolahan biji mahkota dewa datang ketika melihat melimpahnya tanaman mohkota di kota asalnya, Blitar. Di Blitar, kulit buah mahkota dewa dikupas dan digunakan sebagai bahan baku obat herbal sementara bijinya dibuang sebagai limbah.
"Saat biji buah mahkota dewa dibakar, api berwarna biru dan bertahan lama. Setelah kami teliti 70 persen bijinya mengandung minyak,” papar peneliti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forces IPB itu.
Untuk mendapatkan FAME biji buah mahkota dewa, tambahnya, perlu dilakukan beberapa proses penelitian secara bertahap. Dimulai dengan pengambilan sampel buah mahkota dewa yang sudah matang berwarna merah kemudian pemisahan biji buah mahkota dewa dari daging buah dan dikeringkan.
Selanjutnya, ekstraksi biji buah mahkota dewa dengan menggunakan alat hot presser hydraulic. Setelah dianalisis, diperoleh hasil FAME biji buah mahkota dewa sebagai bahan baku biodisel.
“Untuk mendapatkan biodiesel murni dibutuhkan beberapa tahapan penelitian lagi. Rencananya, hasil penelitian lanjutan ini akan kami jadikan skripsi dengan fokus tema berbeda-beda," urai Iga.
Dia berharap, melalui inovasi pemanfaatan limbah biji buah mahkota dewa dapat memperkokoh ketahanan energi dan mendorong pengembangan masyarakat mandiri dalam penyediaan energi, sehingga mampu membebaskan diri dari ketergantungan bahan bakar fosil.
Inovasi tersebut dilakukan oleh tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), yakni Iga Nugraheni, Asep Andi, dan Ahadyah Ayu Umaiya. Penelitian tersebut berjudul Fatty Acid Methyl Ester (FAME) berbasis Biji Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dengan Metode Transesterifikasi sebagai Bahan Bakar Alternatif dalam Mewujudkan Masyarakat Mandiri Energi.
Ketua tim Iga menyebut, bahan bakar dari mahkota dewa memiliki berbagai keunggulan dibandingkan bahan bakar nabati lainnya. Tanaman bernama latin Phaleria macrocarpa itu, lanjutnya, tidak akan mengganggu stabilitas pangan nasional.
“Buah mahkota dewa bukan merupakan tanaman pangan, sehingga jika biji mahkota dewa digunakan sebagai bahan bakar nabati, tidak akan mengganggu stabilitas pangan seperti yang terjadi pada bioetanol dari singkong, sagu, jagung, dan tanaman perkebunan lainnya,” ungkap Iga.
Keunggulan lain, kata Iga, biji buah mahkota dewa belum terdaftar sebagai bahan bakar nabati (biofuel) baik di media cetak maupun elektronik. Di samping itu, FAME biji mahkota dewa bersifat biodegradable oil dan tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan (non-edible oil).
Menurut Iga, inpirasi pengolahan biji mahkota dewa datang ketika melihat melimpahnya tanaman mohkota di kota asalnya, Blitar. Di Blitar, kulit buah mahkota dewa dikupas dan digunakan sebagai bahan baku obat herbal sementara bijinya dibuang sebagai limbah.
"Saat biji buah mahkota dewa dibakar, api berwarna biru dan bertahan lama. Setelah kami teliti 70 persen bijinya mengandung minyak,” papar peneliti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Forces IPB itu.
Untuk mendapatkan FAME biji buah mahkota dewa, tambahnya, perlu dilakukan beberapa proses penelitian secara bertahap. Dimulai dengan pengambilan sampel buah mahkota dewa yang sudah matang berwarna merah kemudian pemisahan biji buah mahkota dewa dari daging buah dan dikeringkan.
Selanjutnya, ekstraksi biji buah mahkota dewa dengan menggunakan alat hot presser hydraulic. Setelah dianalisis, diperoleh hasil FAME biji buah mahkota dewa sebagai bahan baku biodisel.
“Untuk mendapatkan biodiesel murni dibutuhkan beberapa tahapan penelitian lagi. Rencananya, hasil penelitian lanjutan ini akan kami jadikan skripsi dengan fokus tema berbeda-beda," urai Iga.
Dia berharap, melalui inovasi pemanfaatan limbah biji buah mahkota dewa dapat memperkokoh ketahanan energi dan mendorong pengembangan masyarakat mandiri dalam penyediaan energi, sehingga mampu membebaskan diri dari ketergantungan bahan bakar fosil.
1 komentar:
Bio Diesel has been seen as a good alternative of the costly crude oils.One more thing that it is pollution free and does not even emits green house gases .
Thanks
Henry Jordan
Hydraulic Cylinder Seals
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.