blog-indonesia.com

N 250 IPTN

Prototype pesawat pertama angkut penumpang dengan sistem fly by wire produksi IPTN, Bandung - Indonesia Teknologi

CN 235 MPA

Pesawat patroli maritim CN-235 produksi PT DI - Indonesia Teknologi

NC 212 MPA

Pesawat patroli maritim NC-212 produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

N 219

Pesawat karya anak bangsa, kerjasama BUMNIS diproduksi PT DI - Indonesia Teknologi

Drone LEN

Drone Bersenjata karya LEN - Indonesia Teknologi

Star 50

Kapal kargo 190 m dengan bobot 50.000 dwt merupakan kapal angkut terbesar pertama buatan Indonesia, produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

LPD KRI Banda Aceh

Kapal perang serba guna produksi PT PAL, Surabaya, merupakan kapal dengan panjang 125 m hasil desain anak bangsa dengan lisensi Korea - Indonesia Teknologi

SSV Filipina

Strategic Sealift Vessel produk ekspor kapal perang pertama PAL Indonesia - Indonesia Teknologi

KN Tanjung Datu 1101

KN Tanjung Datu 1101 Bakamla, kapal patroli 110m produksi PT Palindo

KRI I Gusti Ngurah Rai 332

PKR 10514 class, Kapal frigat produksi bersama PT PAL indonesia - Indonesia Teknologi

KN 321 Pulau Nipah

KN Pulau Nipah 321 Bakamla, kapal 80 m produksi PT Citra Shipyard, Batam

KRI Bung Karno 369

KRI Bung Karno 369 produksi PT Karimun Anugrah Sejati

KCR 60 KRI Tombak 629

Kapal Cepat Rudal-60 produksi PT. PAL, Indonesia. Merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

BC 60002

Kapal Patroli Bea dan Cukai produksi PT Dumas Tanjung Perak Shipyards. - Indonesia Teknologi

FPB 57 KRI Layang

Kapal patroli cepat berpeluru kendali atau torpedo 57 m rancangan Lurssen, Jerman produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

KCR 40 KRI Clurit

Kapal Cepat Rudal-40 produksi PT. Palindo Marine, Batam. Senilai kurang lebih 75 Milyar Rupiah, merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Torani 860

Kapal patroli 40 m produksi beberapa galangan kapal di Indonesia, telah diproduksi diatas 10 unit - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Tarihu

Kapal patroli 40 m berbahan plastik fiberglass produksi Fasharkan TNI AL Mentigi Tanjung Uban, Riau - Indonesia Teknologi

KRI Klewang

Merupakan Kapal Pertama Trimaran, produksi PT Lundin - Indonesia Teknologi

Hovercraft Kartika

Hovercraft utility karya anak bangsa hasil kerjasama PT. Kabindo dengan TNI-AD dengan kecepatan maksimum 40 knot dan mampu mengangkut hingga 20 ton - Indonesia Teknologi

Hovercraft Indonesia

Hovercraft Lumba-lumba dengan kecepatan maksimum 33 knot dan mampu mengangkut 20 pasukan tempur produksi PT Hoverindo - Indonesia Teknologi

X18 Tank Boat Antasena

Tank Boat Antasena produk kerjasama PT Lundin dengan Pindad - Indonesia Teknologi

Sentry Gun UGCV

Kendaraan khusus tanpa awak dengan sistem robotik yang dirancang PT Ansa Solusitama Indonesia - Indonesia Teknologi

MT Harimau 105mm

Medium tank dengan kanon 105 mm produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Badak FSV 90mm

Kendaraan tempur dengan kanon 90 mm cockeril produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Panser Anoa APC

Kendaraan angkut militer produksi PT Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Tank SBS Pindad

Kendaraan militer prototype Pindad - Indonesia Teknologi

APC PAL AFV

Kendaraan angkut pasukan amfibi hasil modifikasi dari BTR-50 PM produksi PT PAL, Surabaya sehingga meninggkatkan keamanan dan daya jelajahnya - Indonesia Teknologi

MLRS Rhan 122B

Kendaraan militer multilaras sistem roket Rhan 122B produksi PT Delima Jaya - Indonesia Teknologi

PT44 Maesa

Kendaraan angkut militer produksi Indonesia - Indonesia Teknologi

MCCV

Mobile Command Control Vehicle (MCCV) kerjasama dengan PT PT Bhinneka Dwi Persada - Indonesia Teknologi

Ganilla 2.0

Kendaraan khusus dapur lapangan produksi PT Merpati Wahana Raya - Indonesia Teknologi

Komodo 4x4

Kendaraan militer taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Maung 4x4

Kendaraan taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Turangga APC 4x4

Kendaraan militer taktis produksi PT Tugas Anda dengan chassis kendaraan Ford 550 - Indonesia Teknologi

GARDA 4x4

Kendaraan militer taktis hasil karya anak bangsa - Indonesia Teknologi

ILSV

Kendaraan taktis Indonesia Light Strike Vehicle (ILSV) produksi PT Jala Berikat Nusantara Perkasa - Indonesia Teknologi

P1 Pakci

Kendaraan taktis angkut pasukan P1 Pakci produksi PT Surya Sentra Ekajaya (SSE), berbodi monokok dengan mesin diesel 3000 cc milik Toyota Land Cruiser - Indonesia Teknologi

P2 APC Cougar

Kendaraan taktis angkut pasukan produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) dengan mesin diesel turbo bertenaga 145 hp - Indonesia Teknologi

P3 APC Ransus Cheetah

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

P6 ATAV

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

DMV30T

Kendaraan taktis Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T) menggunakan mesin diesel 3000 cc Ford Ranger produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

Mobil Hybrid LIPI

Prototipe mobil tenaga hybrid produksi LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Listrik MARLIP (Marmut LIPI)

Prototipe mobil Listrik karya LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Nasional Esemka Digdaya

Mobil hasil karya anak SMK Solo dengan rancangan dari China - Indonesia Teknologi

Teknik Sosrobahu

Struktur pondasi jalan layang yang dapat digerakan 90° sehingga tidak memakan banyak tempat dan merupakan desain anak bangsa - Indonesia Teknologi

Senin, 25 September 2017

Laos Tertarik Beli Lagi Senjata Buatan PT Pindad

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuPzRLsQOQnftkMb73Ml1pZb_TN8D0JFl0vbDdAWH8WlvIWyxJROO2P7pbY9g-S5LrUAnrSqkCFiFyuxm6rMh3zs1YnnX2OKTvb9-8cQY1o3xCCiBLNZHUw94vxs3w_5Iu2TDc57ox2aWl/s1600/SPR-2.jpgIlustrasi SPR2 Pindad [istimewa]

Kementerian Pertahanan Laos menyampaikan ketertarikan mereka untuk kembali membeli produk-produk senjata PT Pindad, kata Wakil Presiden Expor PT Pindad Ridi Djajakusuma.

Kami melakukan presentasi di depan Kementerian Pertahanan Laos untuk kembali memperkenalkan dan mempromosikan produk-produk Pindad. Mereka sangat tertarik untuk kembali membeli produk senjata Pindad. Yang sangat mereka incar itu short riffle dan amunisi,” kayanya di Vientiane.

PT Pindad merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang berpartisipasi dalam Trade and Tourism Fair 2017 yang diselenggarakan KBRI di Vientiane guna memperingati 60 tahun hubungan bilateral Indonesia-Laos.

Menurut Ridi, hubungan kerja sama militer antara Indonesia dan Laos memang cukup erat.

Kementerian Pertahanan Laos sejak 2014 sudah membeli produk-produk senjata PT Pindad, meliputi 60 pistol G2 Combat, 35 SS1 V2, 35 SS1 V4, serta amunisi.

Pada pertemuan dengan Kementerian Pertahanan Laos tanggal 21 September kemarin mereka menyatakan tertarik membeli Pistol G2 Elite dan senjata Sniper buatan Pindad SPR 2 dan amunisi,” ungkap Ridi.

Perdana Menteri Laos pada Oktober tahun ini akan berkunjung ke Indonesia dan bertandang ke PT Pindad.

Sebanyak 27 tentara Laos saat ini sedang mengikuti pelatihan di Indonesia. Mereka mendapat pelatihan dari Grup 1 Kopassus untuk persiapan “The ASEAN Armies Rifle Meet” (AARM) 2017 di Singapura.

Mereka senang produk Pindad karena sejak membeli dan menggunakan produk Pindad mereka pernah jadi juara ke-3 di ARRM di Thailand,” ujar Ridi.

  Antara  

Selasa, 19 September 2017

Pindad Produksi 100 "Medium Tank" Pesanan Kemenhan

Mulai Tahun Depan https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSxjpEH5xYu4b2nYQ5jghvBsTvYTifQaYSzmjcSR_8KwjksNmocTnNOXIjQF8PSMCVsd1O7FrgD89ubXAUg-1kOExHwTCEzqNMqYdzC4hTrW_z6c7RLSzqtNR_PgCYwrLfEV1pGdjBmhA/s1600/20180831medium-tank-pindad-1140x2031.jpginfografis Tank medium Pindad [antara]

PT
Pindad bersama FNSS Turki tengah membuat dua unit purwarupa medium tank. Satu medium tank saat ini sudah selesai dan segera menjalankan tes ledak.

"Satu dibuat di Turki satu dibuat di Indonesia. Prototipe pertama sudah selesai dan akan ditampilkan dalam parade 5 Oktober 2017 (HUT TNI) mendatang," ujar Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose seusai sarasehan industri pertahanan di PT Pindad, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Senin (18/9/2017).

Abraham menjelaskan, purwarupa pertama akan menjalani tes ledak setelah dipamerkan 5 Oktober 2017. Tes ledak akan menyempurnakan purwarupa kedua yang akan dibuat di Indonesia.

"Apa akan terjadi perubahan deformasi. Kalau terjadi deformasi baru kita lanjutkan prototipe kedua sehingga betul-betul sempurna," tuturnya.

Setelah sempurna, PT Pindad akan mulai memproduksi pesanan medium tank dari Kementerian Pertahanan sebanyak 300 unit. Pengerjaan dilakukan 2018 mendatang.

"Kebutuhan (Kemenhan) paling tidak sampai 300 unit. Tapi tahun pertama 100 dulu," jelasnya.

Abraham menambahkan, PT Pindad dipastikan tidak bekerja sendiri dalam memproduksi 100 unit medium tank pesanan Kementrian Pertahanan.

Meski sudah memesan, PT Pindad belum bisa membeberkan nilai kontrak produksi 100 unit medium tank. Sebab hingga kini, harga jualnya belum diketahui.

"Tahap pertama belum bisa sendiri. Kerja sama dengan siapa, kita akan tetapkan nanti untuk menyuplai baja dan lain-lain," ungkapnya.

Mengenai keunggulan produk, Abraham mengatakan, medium tank tidak jauh berbeda dengan tank leopard yang sudah diproduksi sebelumnya. "Medium tank ini lebih kecil sedikit dari Leopard. Kurang lebih sama kemampuannya, battle tank medium," tandasnya.

  Kompas  

Minggu, 17 September 2017

Pengembangan Anoa Sebagai Ranpur Infanteri Mekanis

Panser ANOA 6x6 Kontingen Garuda dilapisi anti peluru [Konga]

T
ahun 2006, Pindad dan BPPT memulai pengembangan APS-3 yang tidak hanya bisa bermanuver di darat tetapi juga di perairan dangkal dan danau. Pengembangan ini menghasilkan varian 4×4, dan selanjutnya disempurnakan untuk diaplikasikan kemampuan amfibinya untuk varian 6×6. Uji coba varian pertama dilakukan awal tahun 2007 dan pada 10 Agustus 2008, 10 panser pertama APS-3 ANOA diproduksi. Tahun 2009, panser pertama diserahterimahkan kepada Kementrian Pertahanan.

Karena performa ANOA yang bagus dan adanya program kemandirian Alutsista yang digalakkan oleh Kementrian Pertahanan, PT. Pindad terus mengembangkan ANOA ke dalam beberapa varian. Khusus jajaran TNI AD sendiri, ANOA menjadi salah satu kendaraan tempur wajib yang harus dimiliki Satuan Infanteri Mekanis untuk mendukung tugas pokoknya.

Saat ini TNI AD mulai mengembangkan beberapa Brigade Infanteri (Brigif) di Indonesia menjadi Brigif Mekanis, diantaranya ; Brigif Mekanis-1/Pengaman Ibu Kota/Jaya Sakti di bawah Kodam Jaya, memiliki 3 Batalyon Mekanis (Yonif Mekanis-201/Jaya Yudha, Yonif Mekanis-202/Tajimalela dan Yonif Mekanis-203/Arya Kemuning), Brigif Mekanis-6/Trisakti Baladaya di bawah naungan Divisi Infanteri-2 Kostrad, yang menaungi 3 Batalyon Infanteri Mekanis (Yonif Mekanis-411/Pandawa, Yonif Mekanis-412/Bharata Eka Shakti dan Yonif Mekanis-413/Bremoro). dan Brigif Mekanis-16/Wira Yudha di bawah naungan Kodam V/Brawijaya, yang menaungi 3 Batalyon Infanteri Mekanis (Yonif Mekanis-512/Quratara Yudha, Yonif Mekanis-516/Caraka Yudha dan Yonif Mekanis-521/Dadaha Yudha).

Beberapa satuan di luar Jawa juga mulai dilengkapi dengan Ranpur ANOA untuk menunjang tugas pokoknya, seperti Yonif-113/Jaya Sakti di Kodam Iskandar Muda, Yonif Raider-134/Tombak Sakti di Kodam I/Bukit Barisan dan Yonif Raider Khusus-744/Satya Yudha Bhakti di Kodam IX/Udayana. Walaupun dalam pelaksanaannya belum terdukung sepenuhnya, TNI AD berupaya memenuhi kuota jumlah kendaraan tempurnya agar sesuai TOP (Tabel Organisasi dan Perlengkapan).

 Tiga Batalyon Lagi 

Panser ANOA 6x6 [Ryan Boedi]

Selain itu, kedepan, TNI AD berencana membentuk tiga Batalyon Infanteri Mekanis lagi di tiga komando daerah militer (Kodam) untuk menghadapi ancaman sesuai perkembangan lingkungan strategis global yang makin dinamis dan beragam. Pembentukan tiga Batalyon Infanteri Mekanis merupakan bagian dari penataan organisasi Angkatan Darat menghadapi tuntutan dan kebutuhan organisasi, agar lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas.

Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa ANOA merupakan salah satu Kendaraan Tempur (Ranpur) yang mumpuni jika dihadapkan dalam kondisi perang maupun tugas-tugas pengamanan. Ditambah performa gaharnya, tidak salah jika pimpinan TNI AD menempaatkan ANOA sebagai salah satu Alutsista yang dibutuhkan Batalyon Infanteri Mekanisnya. Pengakuan terhadap ANOA, produk karya anak bangsa ini, menjadi salah satu bukti kemandirian dan kemajuan sektor industri pertahanan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Alutsistanya di masa kini dan masa mendatang, khususnya TNI AD.

  TNI AD  

 

Jumat, 15 September 2017

BPPT Kembangkan Teknologi Pendeteksi Kapal Selam

Menggandeng perguruan tinggi Ilustrasi

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah mengembangkan teknologi aplikasi deteksi kapal selam untuk melacak kapal selam yang masuk ke perairan Indonesia.

Aplikasi ini menggunakan teknologi akustik atau sound navigation and ranging (sonar) dengan memanfaatkan dinding selat untuk memantulkan sinyal. Jika frekuensi dan resolusi benda yang melewati aplikasi itu terpenuhi, aplikasi akan melacak dan melaporkannya.

“Tiap dinding selat saling memberikan sinyal. Kalau ada yang berbeda akan langsung terdeteksi. Tidak cuma kapal selam, ikan besar juga bisa terdeteksi,” ujar Kepala Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah Kelautan, Yudi Anantasena kepada Anadolu Agency, Senin.

Selain bersama Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AL, BPPT menggandeng dengan perguruan tinggi untuk mengembangkan teknologi aplikasi pendeteksi kapal selam. Di antaranya Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya dan Institut Pertanian Bogor.

Kita akan coba menghimpun diaspora Indonesia di luar ngeri yang ahli akustik. Semua pihak terkait akan kita ajak berhimpun,” ujarnya.

Sementara itu Menteri Koordinator Maritim Luhut Panjaitan menyambut baik upaya ini. Selama ini, pengawasan kapal selam di Indonesia dilakukan secara manual oleh TNI AL.

Ke depan kita mampu untuk monitor langsung, karya anak bangsa pula. Ternyata dengan biaya yang tidak terlalu mahal kita bisa memonitor semua kapal,” ujar Luhut, seusai rapat koordinasi di Penyusunan Kebijakan Aplikasi Teknologi Kapal Selam di Perairan Indoensia, Senin, di Kemenko Maritim.

Rencananya aplikasi ini akan digunakan di seluruh Indonesia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan banyak aplikasi deteksi kapal selam. Dari Sabang di ujung barat, Natuna, Selat Makassar hingga wilayah timur Indonesia. Sedang untuk sementara uji coba akan dipasang di selat dengan kepadatan tinggi seperti Selat Sunda dan Selat Lombok.

  ★ AA  

Kamis, 14 September 2017

Keel Laying Kapal BCM TNI AL Dilakukan di PT Batamec Shipyard

KRI Tarakan 905, salah satu kapal BCM (Bantu Cair Minyak) yang dimiliki TNI AL

TNI Angkatan Laut kembali membuat kapal perang (KRI) modern . Kapal ini berfungsi sebagai kapal bantu cair minyak (BCM) di Batam . Mereka mempercayakan proyek pembuatan kapal tanker khusus ini di PT Batamec Shipyard yang sukses melaksanakan peletakan lunas pertamanya (keel laying) di Tanjung Uncang, Jumat (8/9) kemarin.

Perusahaan ini sendiri, merupakan salah satu perusahaan galangan kapal terbesar di Batam yang bergerak di bidang pembangunan kapal baru, perbaikan dan konversi kapal yang telah menerima penghargaan ISO 9001:2008 tentang sistem manajemen berkualitas, serta sistem keamanan dan kesehatan dari BS OHSAS 18001:2007, serta sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004.

Asisten Logistik Kasal Laksda TNI Mulyadi menyebutkan, secara umum, dipilihnya PT Batamec sebagai perusahaan pembuat kapal ini karena PT Batamec sudah memiliki berbagai fasilitas lengkap untuk pembuatan dan perbaikan kapal. Yakni berdiri di atas lahan sekitar 64 hektare dengan fasilitas seperti graving dock yang sudah dilengkapi 2 grantry crane berkapasitas 160 ton dan tinggi 32 meter.

Selain itu, sudah dilengkapi 3 buah slipway dengan masing-masing gantry crane berkapasitas 100 ton, ada juga Syncrolift berukuran 100 meter x20 meter x8 meter dengan kapasitas 3000 ton dan sudah dilengkapi gantry crane berkapasitas 140 ton, serta tiga buah dermaga, lima workshop pabrikasi, 3 mesin CNC Plasma yang mampu memproduksi 30 ton per hari, serta dilengkapi berbagai mesin seperti mesin bending, rolling, mesin bubut yang menunjang produktivitas perusahaan tersebut.

Selain itu, ini juga merupakan dukungan dan pengabdian TNI AL dalam mendukung industri lokal dan menggunakan produk Alutsista buatan negeri sendiri, serta menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia,” ujar Mulyadi usai peletakan lunas pertama (Keel Laying) kapal BCM milik TNI AL di Tanjunguncang, Jumat (8/9) kemarin.

Menurutnya, kapal tanker ini merupakan kapal ketiga milik TNI AL yang dibangun di Indonesia dan sudah menggunakan biro klasifikasi Bureau Veritas (BV). Tanker baru ini hadir dengan ukuran panjang 123,50 meter dan lebar 16,50 meter dengan kapasitas muat minyak 5500 meter kubik. Ke depan, kapal ini berfungsi sama seperti KRI Tarakan, yakni sebagai Auxiliary Support Vessel, yang mengisi bahan bakar kapal perang Angkatan Laut Indonesia saat beroperasi di laut.

Rencananya kapal ini akan dioperasikan di gugus tugas wilayah armada bagian barat (Armabar,red), mengingat saat ini, kita kekurangan alat untuk wilayah ini,” ujar Mulyadi.

Tanker ini juga akan dilengkapi sistem Replenishment at Sea (RAS) yang memungkinkan kapal untuk mentransfer bahan bakar ke kapal-kapal lain saat dalam kondisi beroperasi dan pelayaran jauh. Kemampuan ini sangat bermanfaat dalam strategi kemiliteran, dimana waktu dan kecepatan merupakan hal yang sangat menentukan dalam situasi genting.

Itu artinya, kapal tak perlu berhenti atau kembali ke pangkalan untuk sekedar melakukan pengisian bahan bakar. Misalkan, kita tak butuh kembali ke pangkalan di Natuna saat beropasi di perairan terluar. Kapal ini kita butuhkan saat beroperasi dalam menjaga batas-batas laut Indonesia di kawasan perbatasan,” jelasnya.

Yang jelas, tambah Mulyadi, kapal ini akan dioperasikan satuan tugas kapal bantu (Satban) dalam pengawalan dan penjagaan di laut Natuna Utara. “Kapal ini akan mengawal kapal-kapal perang kita yang beroperasi di perairan perbatasan seperti di Laut China Selatan yang butuh pengawalan khusus,” jelasnya.

Direktur PT Batamec Shipyard, Mulyono Adi menyebutkan ini menjadi kerjasama pertama mereka dalam mendukung TNI untuk pengadaan Alutsista dengan membuat kapal baru. “Ini yang pertama, tapi kalau maintenance atau perbaikan kapal sudah sering,” ujarnya.

Mulyono menyebutkan, karena kapal digunakan untuk kepentingan operasi, meski pun statusnya sebagai kapal tanker, namun mampu juga mengangkut logistik basah maupun kering untuk kebutuhan militer “Kapal ini telah mengalami penyempurnaan sehingga lebih aerodinamis dan modern,” jelasnya.

Sementara itu, rangkaian keel laying kapal ini sendiri menggunakan metode koin ceremonu. Metode ini merupakan sebuah tradisi yang biasa dipakai pada tahap awal pembangunan kapal. Caranya denga meletakkan koin pada bagian bawah lunas kapal yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan. Peletakan itu sendiri diserahkan oleh Mulyono Adi untuk diletakkan secara simbolis oleh Laksda Mulyadi sebagai mitra penerima dari TNI AL.

Proses keel laying ini dilaksanakan sekarang setelah enam bulan proyek berjalan karena PT Batamec, sesuai regulasi Marpol/Solas, mengikuti aturan pembangunan kapal mencapai satu persen dari total berat LWT. “Saat ini sudah menyelesaikan delapan blok setara berat 360 ton. Itu artinya pembangunan kapal sudah mencapai 1 persen, dan sudah bisa keel laying,” ujar Mulyono Adi.

Pembangunan kapal BCM ini diawasi oleh satgas dari TNI AL secara langsung yang dipimpin oleh kolonel laut (T) Hindarto sebagai Dansatgas.

Meskipun venue acara sempat banjir akibat hujan deras, namun acara tetap berlangsung sukses. Rencananya, pembuatan kapal ini akan selesai pada akhir 2018 mendatang.

Acara ini sendiri dihadiri juga Vice President PT Batamec Shipyard Heronimus Setiawan, Project Manager kapal BCM Harsya Damar Hadityo, beserta para karyawan Batamec, dan juga mitra perbakan dan rekanan. Sedangkan dari pihak TNI dihadiri Danlantamal 4 Tanjungpinang, Laksmana Pertama (P) Ribut Eko Suyatno, Danlanal Batam, Kolonel Laut (P) Ivong Wicaksono Wibowo, Kasubdis Adalut Kolonel Laut (T) Andi Djaswandi, serta para pejabat lingkungan dari Mabes TNI AL. (cha)

  Batampos  

Kapal Layar Latih KRI Bima Suci Diresmikan KASAL di Spanyol

KRI Bima Suci, kapal layar latih tiang tinggi [Atlantico Diario]

Kapal layar latih pengganti Kapal Legendaris KRI Dewaruci yaitu KRI Bima Suci diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., di Dermaga Vigo, Spanyol, Selasa (12/09). Dengan Acara peresmian tersebut menandai resminya KRI Bima Suci masuk ke dalam jajaran TNI AL sebagai Kapal Layar Latih Akademi Angkatan Laut (AAL).

Acara peresmian, diawali dengan laporan kesiapan oleh Dansatgas Yekda Kapal Layar Latih Laksamana Pertama TNI Sutarmono, M. Si. Han., dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara serah terima, serta pemberian nama dan penandatanganan prasasti KRI Bima Suci oleh Ketua Umum Jalasenastri Ny. Endah Ade Supandi.

Sebagai puncak acara peresmian, dilaksanakan upacara kemiliteran di Dermaga Vigo, dimana Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., bertindak selaku inspektur upacara, yang secara simbolis melaksanakan penekanan sirine sebagai tanda peresmian dan bendera Merah Putih berkibar di Kapal tersebut.

Pada upacara itu pula, Kasal mengukuhkan Letkol Laut (P) Widyatmoko Baruno Aji sebagai komandan pertama KRI Bima Suci, sekaligus merupakan Komandan Satgas Penyeberangan dan KJK 2017 yang akan membawa kapal generasi penerus KRI Dewaruci ini tiba di tanah air.

Rancangan teknis kapal layar tiang tinggi ini, memiliki ukuran panjang totalnya 111,20 meter, lebar 13,65 meter, kedalaman draft 5,95 meter, dan tinggi maksimal tiang layar 49 meter dari permukaan dek atas. Kapal kelas Bark (Barque, bahasa Inggris) tiga tiang itu memiliki 26 layar dengan luas keseluruhan layar 3.352 meter persegi. Ketinggian dek utamanya 9,20 meter dari permukaan laut. Keistimewaan KRI Bima Suci terletak pada instrumen navigasi pelayarannya yang lebih canggih, instrumen pemurnian air laut menjadi air tawar, hingga alat komunikasi dan data digitalnya.

Direncanakan pada 18 September mendatang, KRI Bima Suci akan langsung melaksanakan tugas pertamanya operasi penyeberangan dengan berlayar dari Spanyol menuju tanah air, sekaligus melaksanakan pelayaran Kartika Jala Krida (KJK) 2017, bersama dengan 119 Taruna/Kadet Akademi Angkatan Laut tingkat III Angkatan 64. KJK merupakan pelayaran muhibah ke luar negeri sekaligus latihan dan praktek (Latek) bagi Taruna AAL dengan menggunakan kapal latih Taruna, dan diharapkan KRI Bima Suci akan tiba di Surabaya pada 24 November 2017.

Turut hadir mendampingi Kasal para pejabat TNI AL dalam kesempatan tersebut antara lain, Asisten Operasi Kasal Laksamana Muda TNI INGN Aryatmaja, Asisten Logistik Kasal Laksamana Muda TNI Mulyadi, S.Pi., M.A.P., Panglima Armada RI Kawasan Timur Laksamana Muda TNI Darwanto, S.H., M.A.P., Gubernur Akademi Angkatan Laut Laksamana Muda TNI Wuspo Lukito, S.E., M.M., serta pejabat terkait lainnya.

  TNI AL  

Rabu, 13 September 2017

Pemerintah Tarik Utang Rp 11,7 T untuk Pengadaan Alutsista

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWzOmC1ICfwAot2jsgknvhkRE9Td7sptjrf4AHPNU7pDYZsV9cuERV_0uknK606tijGxnQl6NgiLV4rakFos2EW0AnivU4iFvWZEoPyGSyRyfenhhWVw1Dd5hBCBPvqumTK1dV1-IaHw/s1600/Sukhoi+Su-35+ussian+%25D0%25A1%25D1%2583%25D1%2585%25D0%25BE%25D0%25B9+%25D0%25A1%25D1%2583-35%252C++Flanker-E+twin-engined+supermaneuverability+multirole+fighter+Russian+Air+Force+%25D0%2592%25D0%25BE%25D0%25B5%25D0%25BD%25D0%25BD%25D0%25BE-%25D0%25B2%25D0%25BE%25D0%25B7%25D0%25B4%25D1%2583%25D1%2588%25D0%25BD+%25283%2529.jpgSU 35 Russia ☆

Pemerintah masih akan menambah utang untuk tahun depan. Khususnya untuk proyek, pemerintah akan menarik utang Rp 38 triliun dengan porsi terbesar pada alutsista.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan menyatakan ada lima kementerian/lembaga yang telah menyerap kurang lebih 90% dari pinjaman proyek, yang paling besar oleh Kementerian Pertahanan untuk alutsista sekitar Rp 11,7 triliun.

Beberapa pengguna yang besar untuk pinjaman luar negeri, 5 K/L terbesar pengguna pinjaman luar negeri adalah untuk alutsista Rp 11,7 triliun untuk Kemenhan, PUPR Rp 6,4 triliun, Polri Rp 3,3 triliun, Perhubungan Rp 2,4 triliun, dan Ristekdikti Rp 1,5 triliun,” ungkap Robert di Ruang Rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Senin (11/9/2017).

Sedangkan untuk pinjaman dalam negeri, lanjut Robert, nettonya sebesar Rp 3,1 triliun yang terdiri dari penarikan utang sebesar Rp 4,5 triliun dan pembayaran cicilan pokok utang sebesar Rp 1,4 triliun.

Ini difokuskan untuk alutsista dan alumatsus (alat material khusus) yang diproduksi industri Hankam (pertahanan dan keamanan) dalam negeri, sementara pemberi pinjaman dalam negeri adalah bank BUMN dan BUMD,” tukas dia.

  detik  

Indonesia Allocates USD204 Million for Navy's Minesweepers Replacement Programme

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi17xGkCb39nkJLp0KG0BudTNUBecyJs1JeseOJHxNOfuVkXABWMrctYrdVo-TyayIH2ASQg_WfrNBYcNUTReIwTyYlC67Mx93FrJH4rvaqz5bplPLz4amoqA1QVr1wG5W6yJC2wj2PKfhg/s400/slider_MJ-332-2.jpgFrankenthal class of Germany [Lurssen Defence] ☆

Indonesia has revised funding allocations for the acquisition of two new mine-countermeasure vessels. A variant of the German Navy's Frankenthal class has been named as a frontrunner in the acquisition programme.

The Indonesian government has approved funds totalling USD204 million to replace the country's fleet of ageing Pulau Rengat (Tripartite)-class mine-countermeasure vessels (MCMVs), an industry source close to the Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Laut: TNI–AL) has confirmed to Jane's.

The funds, which will be drawn from the country's foreign defence credit programme, have been slightly reduced from the USD215 million that was initially approved in 2016.

  IHS Janes  

Tank Hasil Kerja Sama Indonesia - Turki akan Ikut Parade HUT TNI

Prototype Medium Tank tiba di Indonesia pada 23 September mendatangMWWT [FNSS]

Prototype Medium Tank hasil kerja ama Pemerintah Indonesia dan Turki diperkirakan tiba di Indonesia pada 23 September mendatang.

Vice President Technologi and Development PT Pindad, Heru Puryanto mengatakan medium tank tersebut dalam proses pengiriman menggunakan jalur laut. Namun, kata dia, Indonesia nantinya hanya menerima bagian platform atau bagian bawah mesin dari Medium Tank.

Sekarang prototype pertama sedang dikapalkan ke Indonesia untuk ikut parade HUT TNI 5 Oktober dan sekarang masih dalam perjalanan. Tapi kita sedang menunggu solusi bagaimana datang lebih cepat,” ujar Heru kepada Anadolu Agency, Sabtu (9/9).

Untuk melengkapi Medium Tank tersebut nantinya kata Heru, PT Pindad akan memasang dan merakit bagian turret atau meriam dan juga sistem komunikasi.

Dan itu hanya platform saja tanpa turret dan Radio. Setelah prototype itu datang kita integrasikan,” tambah Heru.

Dia menjelaskan, agar dapat beroperasi maksimal, Medium Tank nantinya akan melalui uji final yang dilakukan pada November 2017 mendatang.

Sementara itu, prototype kedua Medium Tank yang dibuat di Indonesia saat ini masih dalam proses pembuatan dengan rencana tahap uji final pada 2018.

Prototype kedua yang dibuat di Indonesia direncanakan kita assembly selesai 2017. Tapi belum dites karena prototype pertama belum dites. Final tes baru di November. Setelah itu baru akan diterapkan di Indonesia,” sebutnya.

Indonesia dan Turki sepakat untuk bekerja sama membuat prototype tank melalui PT Pindad dengan perusahaan produsen alutsista Turki, FNSS Savunma Sistemleri.

Prototype pertama akan dibuat di Turki dan prototype kedua akan dibuat di Indonesia.

Setelah launching pada 5 Oktober nanti, PT Pindad menargetkan produksi medium tank ini sebanyak 20 unit pada 2018 mendatang.
 

  Tribunnews  

Selasa, 12 September 2017

Pesawat N219 Harus Lolos 3 Tes

Sebelum Diproduksi MassalUjiterbang N219 PTDI

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan pesawat N219 baru bisa diproduksi massal setelah PT Dirgantara Indonesia (Persero) menyelesaikan serangkaian tes. Pesawat hasil kerja sama LAPAN dan PTDI resmi melakukan uji terbang perdana pada Agustus lalu.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Agus Santoso, mengungkapkan ada 3 tes yang harus dilewati N219 sebelum digunakan sebagai pesawat komersial dan diproduksi massal.

"Jadi harus ada tahapan yang ditunjukkan mereka hingga mereka dapat sertifikasi. Ada 3 tes yang harus dilewati," kata Agus ditemui di Kemenhub, Jakarta, Kamis (7/9/2017).

Ketiga uji tersebut meliputi tes penerbangan (flight test) selama 500-600 jam, Tes olah gerak (static test) untuk menguji sejauh mana pesawat ini mampu menahan beban maksimal, dan ketahanan tekanan (fatigue test) untuk mengukur seberapa panjang usia ekonomis pesawat.

Menurutnya, selain ketiga tes tersebut dilakukan secara paralel, uji terbang juga tak mesti harus selama 500-600 jam. Pihaknya menggunakan simulator untuk memastikan pesawat tersebut layak terbaik.

"Kalau tunggu 500-600 jam bertahun-tahun. Itu kami tes dengan menggunakan simulator dengan beberapa (sensor) secara langsung diletakkan di titik-titik pesawat. Agar PT DI bisa segera memenuhi pesanan yang datang," ungkap Agus.

Diungkapkannya, dirinya tak tahu kapan pesawat yang bisa terbang dari landasan 500 meter itu bisa dinyatakan lulus dari ketiga tes tersebut. "Itu saya enggak tahu, tergantung hasilnya," pungkasnya.
 

  detik  

Pengembangan N245 Butuh Rp 3 Triliun

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2BrgDj5e3iB50zF9Ix7qupLaDPbCdEQQ17U8E2Fue8ANof0u6yhIqYvmMAc6-iWtlO2yHBF_rsVbPiiE6QAnfc1GLyTchx2J3YvCeARN-tu0cM6gK550etAssbIGXSfXeiiOja4HCJu8w/s400/N245_Defense+Studies+%25282%2529.jpgModel pesawat N245 [Defense Studies] ☆

Setelah sukses dengan uji terbang pesawat N219, PT Dirgantara Indonesia segera mengembangkan pesawat N245. Pesawat N245 merupakan turunan dari CN235 hanya saja tanpa dilengkapi dengan fasilitas ramp door atau pintu di bagian ekor pesawat.

PT Dirgantara Indonesia memperkirakan sertifikasi pesawat N245 butuh dana 225 juta dolar AS atau sekitar Rp 3 triliun. Dalam sertifikasi itu akan dilakukan pengujian komponen vital pesawat, seperti sistem avionik, sayap, kelengkapan kokpit, dan peralatan pendaratan. Proses itu ditargetkan rampung pada 2018.

Biaya sebesar itu untuk membuat tiga prototipe (purwarupa) hingga merampungkan proses sertifikasi,” kata Direktur Produksi PT Dirgantara Indonesia, Arie Wibowo di Bandung, Rabu (6/9).

Arie mengatakan, saat ini, pengembangan N245 sedang dalam tahap desain awal. Menurut dia, targetnya pada 2018 selesai proses sertifikasi dan uji terbang dua tahun kemudian. Baru pada 2022, N245 dijadwalkan masuk pasar komersial.

Arie mengemukakan, potensi pasar N245 sangat besar di dalam negeri, terutama untuk melayani rute-rute yang berjarak antara 1 jam-1,5 jam melalui penerbangan.

Di Indonesia belum banyak dijangkau penerbangan jarak pendek, seperti Surabaya-Jember, Bandung-Cirebon, Bandung-Pangandaran, yang kalau lewat jalur darat membutuhkan waktu agak lama. Sementara pesawat N219 nanti yang akan mengisi rute-rute perintis,” ujar Arie.

Arie juga menyinggung, kompetitor N245 adalah ATR 42 buatan Peransis. ”Namun, kami tidak khawatir karena keunggulan N245 dapat mendarat di landasan pendek kurang dari 1.000 meter. Banyak bandara di Indonesia yang kondisinya seperti ini, sedangkan pesawat kompetitor tidak mampu mendarat di landasan pendek,” ucapnya.

Menurut Arie, pangsa pasar pesawat kecil dan medium ini di Indonesia relatif besar, untuk N219 sekitar 100 unit. Sementara untuk N245 antara 50-80 unit. Apabila target pasar dalam negeri itu terpenuhi, target angka tersebut bagi PT DI sudah balik modal.

Potensi pasar untuk pesawat N219 dan N245 juga bukan saja di dalam negeri, melainkan di luar negeri. Secara geografis yang cocok dengan Indonesia di antaranya kawasan Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin. ”Kami berharap pesawat ini disukai banyak konsumen dari sejumlah negara,” katanya.

Arie mengungkapkan, Pemerintah Turki melalui Turkish Aerospace Industries Inc (TAI) juga berminat menjajaki kerja sama dengan PT DI untuk menjual pesawat itu ke kawasan Afrika. Turki, menurut Arie, mengusulkan agar pesawat N245 juga diproduksi di negara itu. Hal ini untuk memudahkan pemasaran pesawat ke kawasan Afrika yang jaraknya lebih dekat dari Turki dibandingkan dari Indonesia. Dengan demikian akan lebih efisien.

Tawaran Turki ini sedang dipertimbangkan, bentuk kerja samanya seperti apa. Namun, paling tidak tawaran ini juga menunjukkan pengakuan terhadap produk negara kita,” kata Arie.

Direktur Utama PT DI Elfien Goentoro mengemukakan, PT DI juga perlu bersinergi dengan perusahaan besar dunia seperti Airbus dan Boeing. ”Kami perlu beraliansi dengan perusahaan-perusahaan penerbangan dunia, tapi di sisi lain kita juga harus fokus pada pasar, misalnya pada negara kepulauan dengan memproduksi pesawat kecil dan medium,” ujar Goentoro.

   Kompas  

Senin, 11 September 2017

[Video] Kapal Patroli Cepat 40M Kurau

Dibuat oleh Galangan PT. Caputra Mitra Sejati Berikut video pembuatan kapal hingga ujicoba di laut, kapal patroli buatan dalam negeri.


  Youtube  

Minggu, 10 September 2017

Turkish-Indonesian Tank Project Prototype in Finishing Stage

Pindad-FNSS Medium tank

T
he proptotype of a Turkish-Indonesian project to manufacture the KAPLAN battle tank in Indonesia will be displayed at the Army Day military parade in Indonesia in October 2018.

Turkish armored-vehicle manufacturer FNSS and Indonesian PT Pindad have been working on producing the KAPLAN tank in Indonesia following an agreement in 2015 and work on the prototype is in the finishing stages, Anadolu agency reported Friday.

Defense officials from Turkey and Indonesia recently discussed the progress of a cooperation agreement, including an ongoing project to produce a medium-weight battle tank, Indonesian sources said Friday as quoted by Turkey’s Anadolu Agency.

Director General of Defense Potential for Indonesia Sutrimo Sumarlan was quoted as saying by Anadolu Agency, “this is the sixth annual Defense Industry Cooperation Meeting where we evaluated the progress of mutually beneficial agreements. We also exchanged information and introduced products created by each country’s defense industry.

In addition to the KAPLAN tank project, “Turkey has offered design and technology cooperation for type-214 submarines,” said Sumarlan.

Sumarlan further stated that Ankara had discussed with Jakarta the joint production of medium-altitude long endurance (MALE) unmanned aircraft.

  defenseworld  

Sabtu, 09 September 2017

Lapan Libatkan ITS dalam Pembuatan Satelit Baru LAPAN A5

✈️ Satelit Lapan A-5 [Lapan]

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional melibatkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dalam pembuatan teknologi satelit terbaru yang diberi nama satelit LAPAN A5.

Ketua Tim Satelit A5 LAPAN Dr Albertus Heru dalam kuliah tamu di ITS, Rabu mengungkapkan, pembuatan satelit LAPAN A5 ini bekerja sama dengan Chiba University, Jepang dan telah berlangsung sejak penandatanganan Memo of Understanding (MoU) pada Mei 2013 lalu.

"LAPAN akan mengerjakan Platform/BUS-nya, sedangkan Profesor Josaphat akan menggarap sensor SAR untuk payload-nya," kata pria yang biasa disapa Heru ini dalam kuliah yang bertajuk "Perkembangan Teknologi Satelit di Indonesia" (A1-A5) tersebut.

Heru melanjutkan, teknologi yang dikembangkan untuk Satelit LAPAN A5 ini merupakan teknologi microsatelit canggih pertama di dunia yang menggunakan Synthetic Aperture Radar (SAR). Yakni merupakan bentuk radar yang digunakan untuk membuat gambar objek dua dimensi atau tiga dimensi, seperti landscape.

SAR merupakan bentuk lanjutan dari Side Looking Airbone Radar (SLAR). Biasanya SAR dipasang pada platform yang bergerak, seperti pesawat terbang atau pesawat ruang angkasa.

Pada kesempatan yang sama, Center for Environmental Remote Sensing, Chiba University, Jepang Prof Josaphat menjelaskan bahwa SAR memiliki frekuensi 1-40 Giga hertz. Sedangkan panjang gelombang yang dihasilkan adalah 1 centimeter - 1 meter lebih panjang dari butiran air di awan.

"Dengan frekuensi dan panjang gelombang tersebut, dengan teknologi SAR ini dapat menembus awan, kabut, maupun asap yang menghalangi sensor," kata Josaphat.

Kelebihan lain dengan digunakannya SAR, tambah Josaphat, adalah saat penggunaan satelit pada malam hari. Sumber cahaya satelit ini berasal dari satelit sendiri sehingga apapun waktunya, satelit dapat tetap menghasilkan citranya. "Mulai dari intensity, fase, polarisasi, semua infonya dapat. Kita juga bisa mengetahui jarak dari suatu objek, akurasinya hanya beberapa sentimeter," ujar pria kelahiran Bandung tersebut.

Bahkan menurut Prof Josaphat, teknologi tersebut juga dapat melakukan mapping air bawah tanah. Teknologi SAR tentu jauh lebih baik dan dapat menghasilkan citra lebih baik daripada teknologi konvensional.

Satelit ini, lanjut Josaphat, sangat bermanfaat untuk kegiatan perikanan dan maritim. "Banyak kecelakaan di darat atau laut. Saat ini Jepang pun terlalu banyak memiliki jalan tol. Pasti sulit jika melakukan pengawasan satu persatu. Satelit ini dapat mengetahui terowongan-terowongan besar agar dapat menghindari kerubuhannya. Satelit ini juga dapat mendeteksi pergerakan teroris," ujarnya.

Sementara itu Wakil Rektor IV bidang Penelitian, Inovasi dan Kerja Sama ITS, Prof Ketut Buda Artana, berharap agar ITS dapat banyak memberi kontribusi untuk pengembangan Satelit LAPAN A5 ini.

"Butuh kerja sama baik dari LAPAN, Chiba University, dan ITS. Saya berharap dengan kerja sama ini maka peran ITS akan semakin terlihat dalam kerja sama ini," kata Ketut.

  ✈️ Antara  

Jumat, 08 September 2017

Komisi I DPR RI Minta Anggaran TNI untuk 2018 Ditambah

Patroli laut TNI AL [Reuters] 

Komisi I DPR RI menggelar rapat dengar pendapat tertutup dengan Asisten Perencanaan (Asrena) TNI AD, AL, AU, dan Mabes TNI. Hasilnya, Komisi I akan meminta tambahan anggaran untuk TNI dalam RAPBN 2018.

"Jadi hasil rapat ini kan anggaran untuk TNI Rp 88 triliun (di 2017) itu dirasakan kurang dan membutuhkan sekitar Rp 102 triliun lagi," ujar Wakil Ketua Komisi I TB Hasanuddin di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (6/9/2017).

Menurutnya, keputusan ini didasari adanya rencana pengeluaran di titik-titik lemah dengan wilayah perbatasan. Hal ini dilakukan untuk penguatan di wilayah Natuna dan untuk mengantisipasi gejolak dengan kelompok militan ISIS di Filipina.

"Seperti kita ketahui, akan ada rencana penguatan-penguatan di titik lemah, dengan zona orientasi spot ke barat wilayah Natuna, ke arah utara itu adalah perbatasan dengan Filipina dalam mengadang kasus ISIS itu ya memang harus dimaklumi," jelas dia.

Selain itu, untuk patroli pasukan dan kesiapan pangkalan-pangkalan. Menurut politikus PDIP ini, untuk menyelenggarakan hal itu dibutuhkan anggaran yang sangat besar.

Dengan anggaran yang minim, hal ini mempengaruhi pengadaan alutsista. Sebab, hal itu sudah masuk draf per tahun dan harus dipenuhi.

"Ya termasuk di dalamnya alutsista, pemeliharaan, suku cadang operasional, kemudian kegiatan-kegiatan latihan itu mempengaruhi," katanya.

Menurutnya, anggaran yang ada saat ini tidak mencukupi keperluan tersebut. Komisi I akan mengundang pihak Kementerian Keuangan untuk membicarakan hal tersebut.

"Dengan anggaran ini tidak cukup, kita minta tinggal pemerintah mau ngasih atau nggak. Kita akan undang nanti (Kementerian Keuangan) supaya tidak terlalu minim. Kan ancaman semakin besar, tapi anggaran semakin turun itu nggak logis," tuturnya.

  Detik  

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More