"Saya akan mencoba mempengaruhi pengusaha yang tertarik di bidang itu untuk memproduksi mobil listrik. Seperti juga di Amerika yang terjun ke mobil listrik orang bukan dari industri mobil besar yakni Tesla," ucap Dahlan kepada detikFinance di Balikpapan seperti dikutip Senin (30/9/2013).
Mantan Direktur Utama PLN ini mengakui, untuk produksi mobil listrik BUMN tidak perlu turun tangan, kecuali swasta tidak tertarik. Pemerintah melalui BUMN hanya memfasilitasi pengembangan prototype mobil listrik.
"Tentu yang terbaik kembangkan itu industri mobil swasta. Tentu swasta perlu diberi keyakinan bahwa mobil listrik akan menjadi mobil masa depan. Keyakinan itu yang perlu ditumbuhkan peran pemerintah yang sekarang dengan memproduksi terbatas untuk APEC ini, bisa memberi dorongan ke swasta bahwa ini mobil masa depan," sebutnya.
Menurut Dahlan, negara-negara maju mulai mengembangkan mobil listrik, Seperti pabrikan asal Eropa hingga Jepang. Saat ini adalah momen yang tepat bagi untuk memulai mengembangkan dan memproduksi mobil listrik asli karya Indonesia.
"Di Eropa produsen mobil besar seperti Mercedes dan BMW. Kemarin terakhir BMW. Itu sudah mulai produksi mobil listrik. Jepang seperti Toyota dan lainnya mulai produksi mobil listrik. Sehingga kalau betul-betul nggak dimulai, Indonesia akan jadi pasarnya mobil listrik luar negeri lagi. Seperti Indonesia hanya jadi pasarnya mobil bensin luar negeri kita nggak berdaya. Apakah kita mau mengulangi ketidakberdayaan itu?" jelasnya.
Untuk komponen mobil listrik, Indonesia praktis sudah mulai mengembangkan. Seperti komponen baterai yang dikembangkan oleh PT Nipress Tbk di Cileungsi Bogor Jawa Barat.
"Mobil listrik kan komponen terbesar baterai. Untuk baterai kan sekarang nggak perlu impor sementara yang lain-lain bisa diproduksi di dalam negeri, praktis sekarang tinggal motor (komponen mobil listrik). Karena motor itu Ricky ahlinya sehingga tinggal produksi secara industri," katanya.(feb/dnl)
Selanjutnya prototype mobil listrik yang diproduksi oleh putra-putri Indonesia telah dikirim ke Bali. Di Bali, mobil ini bakal dipamerkan kepada para peserta KTT APEC.
"Selo dan Gendis, Jumat sudah diberangkatkan ke Bali. Produksi pak Dasep Selasa atau Rabu dibawa ke Bali," ucap Dahlan kepada detikFinance di Balikpapan seperti dikutip Senin (30/9/2013).
Selo yang diproduksi 1 unit merupakan mobil listrik sport menyerupai desain Lamborghini. Mobil ini telah lolos tahap uji kelayakan meskipun awalnya tidak lolos karena ada sedikit kekurangan.
Namun berbeda dengan mobil listrik mewah menyerupai Alphard bernama Gendis. Mobil listrik yang dirancang oleh Ricky Nelson ini, lolos uji sertifikasi tanpa catatan. Gendis sendiri diproduksi sebanyak 4 unit.
"(Selo) sudah dianggap selesai. Suratnya belum keluar tapi sudah dianggap selesai. Nggak ada catatan. Mudahan-mudahan surat segera keluar. Yang Gendis baru Jumat dimasukkan tapi nggak ada catatan apa-apa. Itu semacam Alphard tapi mewah. Misalnya ada TV-nya kemudian ada mejanya. Nggak ada catatan," jelasnya.
Sementara mobil listrik karya Dasep Ahmadi berupa bus dan Alphard listrik, masih ada catatan. Namun paling lambat Rabu ini bisa dikirim ke Bali. Mobil ini dibiayai oleh BUMN.
"Kemudian dari kang Dasep, Bus dan Alphardnya ada kekurangan. Naiknya kurang baik. Nah saya teringat waktu dinaikkan tanjakkan. Saya teringat mobil hijau nggak bisa naik ternyata itu hanya setelan saja," sebutnya.(feb/dru)