"Kita tak perlu sangsikan SDM (sumber daya manusia) Indonesia, tidak perlu debat, beri mereka kesempatan," kata Habibie saat berpidato pada pelantikan 119 auditor teknologi anggota Ikatan Audit Teknologi Indonesia (IATI) di Jakarta, Kamis.
Ia pun mengimbau para penentu kebijakan agar memberi kepercayaan dan kesempatan kepada anak bangsa untuk mengembangkan teknologi.
"Kita sudah didik mereka tinggi-tinggi, buat apa kalau pekerjaan akhirnya diberikan kepada anak-anak orang lain. Berikan kepada anak kita sendiri," kritik Habibie terhadap kebijakan pemerintah yang selalu pro impor.
Dalam pidatonya, Habibie mengungkit kembali tentang pesawat canggih rancangan bangsa Indonesia N-250 yang diluncurkan dan sempat diterbangkan pada 10 Agustus 1995. Namun program pengembangan N-250 dihentikan, dan pesawat yang ada sekedar prototipe.
Ia bercerita tentang pertemuan dengan Louis Gallois, Chief Executive Officer Airbus perusahaan European Aeronautic Defence and Space (EADS) dan bagaimana Gallois terkejut ketika Habibie memperlihatkan film tinggal landas dan terbangnya N-250 pada 1995.
"Gallois menyebut pesawat terbang pertama yang menggunakan sistem canggih fly-by wire adalah Airbus, yang itu pun membutuhkan waktu 10 tahun untuk merekayasanya. Padahal Habibie membuat itu mulai 1983. Jadi setelah Airbus meluncurkan pesawat fly-by wire, tak sampai setahun N-250 menjadi pesawat kedua dengan sistem fly-by wire," katanya.
Sementara ATR, perusahaan pembuat pesawat milik Perancis dan Italia, disebutkan, baru dua tahun lagi akan menggunakan sistem fly-by wire, yang sudah dilakukan bangsa Indonesia pada 1995.
"Tapi sayangnya kita dibubarkan. Anak-anak kita yang dididik akhirnya mereka terdepak, ada yang ke Brazil. Janganlah kita ramai-ramai mengorbankan kepentingan rakyat dengan alasan globalisasi," kata mantan Menristek di era Soeharto itu.
Dalam kesempatan itu, Habibie mengatakan pertumbuhan kebutuhan akan pesawat terbang di Indonesia cukup tinggi yakni 20 persen per tahun, tetap sama seperti prediksinya.(D009)