Agustian yang pengemudi kendaraan ini mengatakan dari segi efisiensi energi Apatte hemat. Kecepatan maksimal kendaraan mencapai 47 kilometer per jam. Sebagai penggerak Apatte dipasang motor listrik BL DC 48 volt 800 watt. Sumber energi dipasok baterai 48 volt 20 ampere hours.
Dalam perlombaan itu, Apatte harus melaju di sirkuit Sepang sejauh 12 kilometer dengan target waktu 30 menit. "Jadi minimal kecepatan 30 kilometer per jam,” kata dia. “Sementara Apatte bisa menempuh 47 kilometer per jam."
Agustian optimistis bisa meraih kemenangan dalam kompetisi yang diikuti 150 tim dari 16 negara itu. Indonesia nantinya mengirimkan 20 tim. Universitas Brawijaya menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang bertarung di kelas elektrik atau mobil listrik. Mobil konsep ini merupakan pengembangan Apatte yang juara tiga Indonesian Energi Marathon Challenge di Surabaya 2012.
Mobil Listrik Irit Apatte 62 Telan Rp 289 Juta
Malang:Mahasiswa jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya Malang akan menyertakan mobil listrik irit Apatte 62 dalam ajang Shell Eco Maratahon Asia 2013 di sirkuit Sepang, Malaysia pada 4-7 Juli 2013.. Untuk merancang mobil yang diklaim hemat energi ini dibutuhkan dana Rp 289 juta.
Dana itu diperoleh dari Universitas Brawijaya dan sponsor. Universitas Brawijaya mendanai Rp 200 juta. Sisanya dari sponsor. Koordinator tim dan pengemudi Apatte, Agustian Adi Gunawan, Kamis, 30 Mei 2013, mengatakan dana yang besar itu dipakai untuk inovasi kendaraan yang telah menjadi juara tiga Indonesian Energi Marathon Challenge di Surabaya 2012 itu.
Tim telah memangkas beban bodi kendaraan dari semula 60 kilogram menjadi 45 kilogram. Bodi kendaraan diganti dari semula serat fiber menjadi serat karbon yang jauh lebih ringan.
Chassis menggunakan honeycomb panel yang biasa dipakai sebagai komponen lantai pesawat terbang. Bahan ini lebih ringan sekaligus kuat. Rancang bangun kendaraan sejak tahap desain membutuhkan waktu enam bulan. "Sedangkan rancang bangun cukup 1,5 bulan," kata dia.
Rancang bangun kendaraan dilakukan di bengkel GMF Aero Asia (Garuda Indonesia Group). Sejumlah komponen menggunakan konstruksi komponen pesawat terbang. "Kabin sempit, kurang nyaman," kata Agustian. Kendaraan sengaja didesain kecil guna efisiensi konsumsi listrik sesuai materi lomba.
Pembinbing 12 mahasiswa tadi sekaligus Dosen Teknik Mesin, Eko Siswanto menyampaikan material kendaraan teruji kuat dan aman. Kendaraan tersebut telah melalui uji coba dan memenuhi standar keamanan. "Selama proses manufaktur tak ada hambatan yang berarti," kata Eko.