blog-indonesia.com

N 250 IPTN

Prototype pesawat pertama angkut penumpang dengan sistem fly by wire produksi IPTN, Bandung - Indonesia Teknologi

CN 235 MPA

Pesawat patroli maritim CN-235 produksi PT DI - Indonesia Teknologi

NC 212 MPA

Pesawat patroli maritim NC-212 produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

N 219

Pesawat karya anak bangsa, kerjasama BUMNIS diproduksi PT DI - Indonesia Teknologi

Drone LEN

Drone Bersenjata karya LEN - Indonesia Teknologi

Star 50

Kapal kargo 190 m dengan bobot 50.000 dwt merupakan kapal angkut terbesar pertama buatan Indonesia, produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

LPD KRI Banda Aceh

Kapal perang serba guna produksi PT PAL, Surabaya, merupakan kapal dengan panjang 125 m hasil desain anak bangsa dengan lisensi Korea - Indonesia Teknologi

SSV Filipina

Strategic Sealift Vessel produk ekspor kapal perang pertama PAL Indonesia - Indonesia Teknologi

KN Tanjung Datu 1101

KN Tanjung Datu 1101 Bakamla, kapal patroli 110m produksi PT Palindo

KRI I Gusti Ngurah Rai 332

PKR 10514 class, Kapal frigat produksi bersama PT PAL indonesia - Indonesia Teknologi

KN 321 Pulau Nipah

KN Pulau Nipah 321 Bakamla, kapal 80 m produksi PT Citra Shipyard, Batam

KRI Bung Karno 369

KRI Bung Karno 369 produksi PT Karimun Anugrah Sejati

KCR 60 KRI Tombak 629

Kapal Cepat Rudal-60 produksi PT. PAL, Indonesia. Merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

BC 60002

Kapal Patroli Bea dan Cukai produksi PT Dumas Tanjung Perak Shipyards. - Indonesia Teknologi

FPB 57 KRI Layang

Kapal patroli cepat berpeluru kendali atau torpedo 57 m rancangan Lurssen, Jerman produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

KCR 40 KRI Clurit

Kapal Cepat Rudal-40 produksi PT. Palindo Marine, Batam. Senilai kurang lebih 75 Milyar Rupiah, merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Torani 860

Kapal patroli 40 m produksi beberapa galangan kapal di Indonesia, telah diproduksi diatas 10 unit - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Tarihu

Kapal patroli 40 m berbahan plastik fiberglass produksi Fasharkan TNI AL Mentigi Tanjung Uban, Riau - Indonesia Teknologi

KRI Klewang

Merupakan Kapal Pertama Trimaran, produksi PT Lundin - Indonesia Teknologi

Hovercraft Kartika

Hovercraft utility karya anak bangsa hasil kerjasama PT. Kabindo dengan TNI-AD dengan kecepatan maksimum 40 knot dan mampu mengangkut hingga 20 ton - Indonesia Teknologi

Hovercraft Indonesia

Hovercraft Lumba-lumba dengan kecepatan maksimum 33 knot dan mampu mengangkut 20 pasukan tempur produksi PT Hoverindo - Indonesia Teknologi

X18 Tank Boat Antasena

Tank Boat Antasena produk kerjasama PT Lundin dengan Pindad - Indonesia Teknologi

Sentry Gun UGCV

Kendaraan khusus tanpa awak dengan sistem robotik yang dirancang PT Ansa Solusitama Indonesia - Indonesia Teknologi

MT Harimau 105mm

Medium tank dengan kanon 105 mm produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Badak FSV 90mm

Kendaraan tempur dengan kanon 90 mm cockeril produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Panser Anoa APC

Kendaraan angkut militer produksi PT Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Tank SBS Pindad

Kendaraan militer prototype Pindad - Indonesia Teknologi

APC PAL AFV

Kendaraan angkut pasukan amfibi hasil modifikasi dari BTR-50 PM produksi PT PAL, Surabaya sehingga meninggkatkan keamanan dan daya jelajahnya - Indonesia Teknologi

MLRS Rhan 122B

Kendaraan militer multilaras sistem roket Rhan 122B produksi PT Delima Jaya - Indonesia Teknologi

PT44 Maesa

Kendaraan angkut militer produksi Indonesia - Indonesia Teknologi

MCCV

Mobile Command Control Vehicle (MCCV) kerjasama dengan PT PT Bhinneka Dwi Persada - Indonesia Teknologi

Ganilla 2.0

Kendaraan khusus dapur lapangan produksi PT Merpati Wahana Raya - Indonesia Teknologi

Komodo 4x4

Kendaraan militer taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Maung 4x4

Kendaraan taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Turangga APC 4x4

Kendaraan militer taktis produksi PT Tugas Anda dengan chassis kendaraan Ford 550 - Indonesia Teknologi

GARDA 4x4

Kendaraan militer taktis hasil karya anak bangsa - Indonesia Teknologi

ILSV

Kendaraan taktis Indonesia Light Strike Vehicle (ILSV) produksi PT Jala Berikat Nusantara Perkasa - Indonesia Teknologi

P1 Pakci

Kendaraan taktis angkut pasukan P1 Pakci produksi PT Surya Sentra Ekajaya (SSE), berbodi monokok dengan mesin diesel 3000 cc milik Toyota Land Cruiser - Indonesia Teknologi

P2 APC Cougar

Kendaraan taktis angkut pasukan produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) dengan mesin diesel turbo bertenaga 145 hp - Indonesia Teknologi

P3 APC Ransus Cheetah

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

P6 ATAV

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

DMV30T

Kendaraan taktis Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T) menggunakan mesin diesel 3000 cc Ford Ranger produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

Mobil Hybrid LIPI

Prototipe mobil tenaga hybrid produksi LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Listrik MARLIP (Marmut LIPI)

Prototipe mobil Listrik karya LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Nasional Esemka Digdaya

Mobil hasil karya anak SMK Solo dengan rancangan dari China - Indonesia Teknologi

Teknik Sosrobahu

Struktur pondasi jalan layang yang dapat digerakan 90° sehingga tidak memakan banyak tempat dan merupakan desain anak bangsa - Indonesia Teknologi

Minggu, 28 Februari 2010

Kartu Chip Tangkal Pembobolan ATM

27 Januari 2010
Jakarta- Dalam upaya menangkal aksi pembobolan bank, sudah saatnya perbankan beralih ke teknologi chip, yang sering disebut dengan smart card dan tidak lagi menggunakan kartu magnetik.

Demikian dikatakan Kepala Bidang Sistem Elektronika Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Mohammad Mustafa Sarinanto.

Saat ini kartu chip baru diaplikasikan pada kartu kredit saja dan belum ke kartu debet atau ATM. Bahkan Bank Indonesia baru mewajibkan seluruh kartu kredit menggunakan kartu chip pada 1 Januari 2010.

Sarinanto mengatakan, keunggulan kartu chip memiliki kode enkripsi yang berisi pengamanan identitas pengguna (user) yang terdiri dari sistem pengacak yang berlapis. " Namun, karena harganya masih mahal, jadi hanya kartu kredit saja yang baru menerapkan teknologi pintar ini," jelasnya.

Perekayasa Madya Bidang TIK BPPT, Andrari Grahitandaru, menambahkan,"Harga kartu chip 200 persen lebih mahal dari kartu magnetik, sehingga masih membebani perbankan."

Sebenarnya, kartu chip hampir tidak ada bedanya dengan kartu-kartu ATM. Namun, kartu chip ini lebih gemuk beberapa mikron. Ketebalan ini karena pada kartu pintar itu tertanam otak yang berupa chip ukuran satu sentimeter persegi di bagian kiri-tengah, yang belum dapat dibuat lebih gepeng dari 0,76 mm seperti kartu lainnya. Dengan adanya chip itu harganya menjadi puluhan kali lebih mahal dibandingkan kartu magnetik biasa.

Namun, kemahalannya itu sepadan dengan nilai tambah tinggi yang dihasilkan chip sebagai pemroses mikro untuk menyimpan dan mengolah data. Dari pemroses berkemampuan EEPROM (electrically erasable programmable read only memory) 2 kilobyte, beberapa manfaat dapat diperoleh.

Kepintarannya menyimpan dan mengolah data memungkinkan pengolahan transaksi dilakukan secara langsung (online) maupun tidak langsung (offline). Kartu ini dapat digunakan sebagai tabungan elektronik, dompet elektronik, cek wisata elektronik, dan kartu debet-kredit. Untuk kemudahan dan keamanan jual-beli barang, kartu pintar juga dipakai untuk kartu diskon dan kartu promosi.


Sambil menunggu lahirnya smart card yang berteknologi chip, langkah preventif yang harus disiapkan perbankan adalah memasang alat anti skimmer dan edukasi kepada nasabah untuk selalu menjaga kerahasiaan nomor PIN ketika menggunakan mesin ATM. Beberapa bank memang sudah menggunakan mesin baru dengan penutup (cover) sebagai pelindung ketika menekan PIN sehingga tidak diketahui orang lain. Para nasabah juga diminta untuk memperhatikan kelainan-kelainan yang ada pada mesin ATM dan sekitarnya serta di mesin EDC (Electronic Data Capture). (ap)

Sabtu, 27 Februari 2010

RI Pasok Bahan Tekstil untuk Tentara NATO

VIVAnews - Indonesia ternyata juga memasok bahan baku tekstil untuk pakaian tentara NATO. Bahan baku tekstil tersebut berjenis anti infrared, yang dapat digunakan untuk menyamarkan panas tubuh di jarak tertentu.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudradjat menjelaskan, untuk jenis tekstil tersebut, Indonesia telah mengimpor ke Jerman senilai US$ 10 hingga 20 juta per tahun.

"Tekstil anti infrared kita sudah digunakan tentara Jerman di NATO. Saat ini Perancis lagi tender," kata Ade ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Kamis, 25 Februari 2010.

Meski demikian, tekstil jenis ini belum memiliki standar nasional Indonesia (SNI) wajib, dan masih menggunakan standar negara pengimpor. Itu karena, kata Ade, tekstil anti infrared belum banyak digunakan di Indonesia sehingga urgensi untuk menotifikasikan SNI ke WTO belum ada.

Padahal, kata dia, SNI sangat penting bagi tekstil terutama di tekstil teknik dan militer.

Dari seluruh SNI tekstil di Indonesia yang berjumlah 1.038 standar, yang sudah wajib SNI baru 60 persen.

Di Indonesia, kata dia, kesadaran masyarakat atas pentingnya SNI masih sangat rendah karena hanya mempertimbangkan aspek harga murah ketimbang kualitas.

"Dikuatirkan dengan ACFTA ini, tekstil China akan mengancam untuk kalangan menengah ke bawah," ujarnya.

Tak hanya di Indonesia, kain tekstil Indonesia dipercaya internasional untuk menjadi perlengkapan militer. Selain tekstil anti infrared, juga diekspor kain tekstil loreng dengan spesifikasi untuk hutan dan padang pasir.

VIVAnews

Jumat, 26 Februari 2010

Teknologi Sadap dari Manual sampai Digital

Jakarta- Teknologi penyadapan berkembang demikian pesat,hal ini mengemuka tatkala Mahkamah Konstitusi membuka hasil sadapan KPK. Lembaga KPK memang diberi kewenangan khusus untuk menggunakan alat sadap yang sesuai dengan hukum (lawful interception).

Penyadapan dilakukan bekerja sama dengan operator seluler dengan cara memonitor pembicaraan di nomor telepon tertentu di sentral operator telepon.Teknologi ini disebut selular digital interception atau sistem penyadapan digital. Teknologi penyadapan seluler memanfaatkan rambatan sinyal telepon seluler di udara.

Penyadapan juga dapat dilakukan menggunakan alat portabel yang memiliki antena yang bisa menangkap pembicaraan dalam radius tertentu. Kemudian, alat itu dapat membaca percakapan dan kemudian penyadapan dilakukan ke nomor yang memang menjadi sasaran penyadapan. Sementara, penyadapan manual bisa digunakan dengan menempatkan mikrofon kecil atau web cam kecil yang bisa merekam pembicaraan serta gambar.

Untuk mendukung operasi penyadapan ini, KPK telah telah mengalokasikan dana sebesar 34 miliar dari dana APBN dalam proyek pengadaan KPK melalui Daftar Isian Proyek dan Anggaran (DIPA) untuk membeli alat sadap ATIS Gueher Gmbh buatan Jerman.

ATIS (Audio Telecommunication International Systems), adalah sebuah generasi baru dari Instant Recall Recorders (IRC) dalam teknologi solid-state, yang dapat dikoneksikan ke dalam audio source berupa telepon atau handphone GSM/AMPS/CDMA dan akan merekam atau menyadap seluruh komunikasi suara dengan kapasitas aktif lebih dari 680 menit dan 1000 panggilan yang berbeda. Kompresi algoritma yang ada di dalam ATIS telah memperbesar kapasitas penyimpanan dan kualitas suara yang cukup jernih. Dengan menggunakan koneksi telepon, ATIS dapat mengidentifikasi penelepon, waktu telepon dan nomor penelepon via RS 232 link built-in.

"Dalam perkembangannya, penyadapan dapat dilakukan hanya dengan menginstal software tertentu pada telepon seluler ," kata Kepala Bidang Sistem Elektronika Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT, Mustafa Sarinanto.

Beberapa waktu lalu, BPPT telah meluncurkan alat pengaman komunikasi atau yang disebut antisadap dengan merek Celebes (celuler bersandi). Tujuan pembuatan alat ini, untuk melindungi kepentingan pemiliknya dari penyadapan. Pada awalnya, alat ini dibuat untuk melindungi informasi pemerintah dari kemungkinan penyadapan yang dilakukan pihak yang tidak berkepentingan, baik di dalam maupun di luar negeri. Harganya jauh lebih murah yaitu sekitar Rp 100 juta saja, bila dibandingkan dengan harga piranti sadap yang dibeli KPK yang mencapai puluhan milyar.(ap)


technologyindonesia

Kamis, 25 Februari 2010

Baragas Bahan Bakar Alternatif Lebih Murah

03 Agustus 2007

Baragas Bahan Bakar Alternatif Lebih Murah

Hutomo Mandala Putra alias Tommy Suharto meluncurkan bahan bakar alternatif yang tiga kali lipat lebih murah dari solar. Bahan bakar, olahan batu-bara, sudah diuji coba di hotel milik putra bungsu Suharto, Lor In di Solo, selama sebulan.

Peluncuran bahan bakar itu, yang diberi cap Baragas, dilakukan kemarin oleh Tommy sendiri di komplek Hotel Lor In, luar kota Solo, di depan para wartawan, Kamis (2/8).

Tommy mengatakan uji coba selama setahun memperlihatkan bahan bakar yang dikeluarkan perusahaan miliknya, PT Mandala Energi Terapindo, bisa menghemat solar sampai 70 persen. ''Ini sangat cocok untuk industri kecil dan menengah,'' tandas Tommy.

Baragas baru bisa disediakan untuk industri. Tommy berharap nantinya bisa diproduksi untuk masyarakat umum.** (Tempo Interactive)

Rabu, 24 Februari 2010

Hovercraft Indonesia

Hovercraft hasil karya PT Sumber Daya Primatamanusa

Specification Hovercraft 2 - 3 Pax

Dimension
  • Length : 3,5 m
  • Width : 2 m
  • Engine : ROTAX 582 Two Cycle - 65 Hp
  • Skirt : Multi segment
  • Fan : AXIAL




Specification Hovercraft 6 - 8 Pax

  • Dimension
  • Length :7,3 m
  • Width : 3.5 m
  • Height : 2 m
  • Empty weight : 1000 kg
  • Max. weight : 1600 kg
  • Payload : 600 kg (goods) or 8 pax
  • Rec. of wave height : 0.4 m
  • Engine type : Chevy 350, 250 Hp 5000 rpm, gasoline, Lift and Thrust
  • Capacity of fuel tank : 200 liter
  • Max speed : 25 knot
  • Cruising speed : 20 - 24 knot
  • Endurance : 3 jam




Specification Hovercraft 12 Pax


Dimension
  • Length : 12.0 m
  • Width : 5.9 m
  • Height : 2.2 m
  • Payload : 1400 kg
  • Capacity : 12 pax
  • Max weight. : 4000 kg
ENGINE
  • Lift & Thrust : MAN 300 Hp Diesel
POWER GENERATOR
  • Propeller : 3 Blades Composite
  • Fan : Axial Fan


Specificatin 20 Pax / SDP L136


Dimension

  • Length: 12,5 m
  • Width : 5.9 m
  • Height: 3.2 m
  • Height (hovering) : 3.3 – 3.85 m
  • Empty weight: 5500 kg
  • Max. weight : 8000 kg
  • Payload: 2500 kg (goods) or 20 pax
  • Rec. of wave height : 1 m
Engine type:
  • Lift and Thrust , power 466 Hp1800 rpm
  • Capacity of fuel tank: 700 liters
  • Max. speed: 27 knot
  • Cruising speed: 20 - 24 knot
  • Endurance : 5 hours




Specification SDP 10T (Development)

Dimension
  • Length : 18 m
  • Width : 8 m
  • Height : 4.2 m
  • Height (hovering) : 5 m
  • Empty weight : 20000 kg
  • Max. weight : 30000 kg
  • Payload : 10 ton (goods or vehicle)
  • Rec. of wave height: 1.50 m

  • Engine type : 2 unit Diesel, 800 Hp for Thrust
  • 2 unit Diesel, 300 Hp for lift
  • Fuel Tank : 4500 liters
  • Cruising speed (airspeed) : 25 knot
  • Obstacle : 30 cm

sumber dan foto dari PT SDP




SDP

Selasa, 23 Februari 2010

Bio Kerosin Akan Digunakan Dalam Uji Coba PUNA

25 April 2008
JAKARTA : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan menggunakan bio kerosin sebagai bahan bakar pesawat udara tanpa awak dalam ujicoba yang direncanakan akan dilaksanakan tahun ini. Kendati 4 model pesawat udara nir awak (PUNA) tersebut masih dalam tahap penyelesaian, namun sudah dipesan kalangan instansi pemerintah.

“Bio kerosin merupakan campuran minyak tanah dan biofuel. Namun, kami upayakan biofuel tidak berbahan baku CPO (crude palm oil),” ujar Prof Ir Said Djauharsjah Jenie, ScD di Jakarta, kemarin (24/4).

Bio kerosin untuk pesawat, lanjut Said, baru pertama kali digunakan di Indonesia. “Kami akan mencoba menggunakan biokerosin dalam uji coba tahun ini di Batujajar (Bandung). Yah, kemungkinan setelah Agustus,” ujarnya. Namun , kata dia, di belahan dunia lainnya, bio kerosin sudah digunakan beberapa maskapai penerbangan internasional sebagai bahan bakar.

Sementara, keempat model pesawat nir awak (PUNA) yang akan diujicobakan, yaitu Wulung, Gagak, Pelatuk dan Laron. Wulung memiliki spesifikasi ekor model T, dengan panjang sayap sekitar 6 meter serta memiliki daya jelajah hingga 120 km.

“Dalam uji coba terakhir kemampuan terbang baru sekitar 3,5 jam. Namun ditargetkan hingga 4 jam. Tipe Wulung dapat dioperasionalkan untuk pemotretan udara pada area yang luas, pengukuran karakteristik atmosfer, serta pemantauan kebocoran pada kabel listrik tegangan tinggi (SUTET) dengan operasional high altitude,” ujarnya.

Sedangkan, tipe Gagak (BPPT 04B) memiliki operasional low-high-low dengan panjang sayap mencapai 7 meter serta model ekor V. “Bisa digunakan untuk keperluan militer, karena memiliki ketinggian sangat rendah sekitar 1000 feet,” ujarnya.

Tipe pelatuk memiliki spesfikasi ekor model lamda (inverted V), sedangkan tipe laron memiliki keunggulan dalam dioperasionalisasikan pada ketinggian tertentu sesuai kebutuhan.

“Masing-masing tipe dapat dilengkapi fasilitas pemantau berupa kamera optik, infrared, serta thermal yang harganya cukup mahal. Kendati masih prototipe, namun beberapa instansi, seperti DKP (Dewan Kelautan dan Perikanan), PLN, Departemen Kehutanan , serta TNI sudah memesan,” ujarnya. (Lea)

KERJASAMA TNI AL DI BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Kapal Cepat Trimaran X3K (image : Lundin)

TNI Angkatan Laut melakukan kerjasama dengan PT Lundin Industry Invest dalam rangka penelitian dan pengembangan rekayasa engineering kapal patroli cepat Trimaran serta kerjasama di bidang peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan pembangunan fasilitas galangan untuk pembangunan kapal patroli.

Kerjasama tersebut tertuang dalam piagam kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Slamet Soebijanto dengan Direktur PT Lundin Industry Invest Ny. Lizza Lundin di Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Mako Koarmatim) Ujung, Surabaya, Rabu (29/8).

Penandatanganan piagam kesepakatan bersama antara TNI AL dengan PT Lundin Industry Invest itu disaksikan mantan Kasal Laksamana TNI Purn. M Arifin, para Asisten Kasal dan pejabat teras TNI AL.

Menurut Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto dalam sambutannya, acara itu pada hakekatnya merupakan momentum penting dalam upaya memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki oleh kedua pihak guna meningkatkan kemampuan, kekuatan dan kesiapan Alutista secara maksimal dengan hasil produksi dalam negeri.

“Hal tersebut mengandung makna strategis dan memiliki nilai prospektif dalam pengembangan teknologi dan pemanfaatan hasil-hasil industri nasional guna mendukung pembangunan kekuatan TNI AL dalam mewujudkan kemandirian bangsa serta mengurangi ketergantungan dari negara-negara luar di masa mendatang,” kata Kasal.

Salah satu pembangunan kapal patroli yang akan dilaksanakan adalah kapal cepat Trimaran jenis X3K. Kapal X3K Trimaran ini memiliki panjang 40 meter, lebar 15 meter dan bobot 150 ton dengan kecepatan antara 30 hingga 40 knots

Usai menandatangani piagam kesepakatan antara TNI AL dengan PT Lundin Industry Invest, Rabu (29/8), Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Slamet Soebijanto yang didampingi mantan Kasal Laksamana TNI Purn. M. Arifin, para Asisten Kasal dan pejabat teras TNI AL meninjau flat yang telah selesai dibangun di kompleks Mako Koarmatim, Ujung Surabaya dan telah diserahkan untuk dimanfaatkan.

Flat yang dibangun lengkap dengan isinya itu diperuntukan sebagai tempat tinggal anggota KRI dari unsur-unsur satuan kapal perang yang ada di jajaran Koarmatim. Dengan penuh seksama Kasal dan mantan Kasal itu tidak hanya meninjau rumah dinas flat tersebut tetapi juga meninjau fasilitas lainnya seperti rumah ibadah Masjid yang tengah dibangun.

TNIAL

TNI AL telah menganggarkan pembelian Kapal Ceoat Rudal Trimaran


Panglima TNI mengatakan bahwa sesuai dengan renstra II tahun 2010-2014, TNI AL telah menganggarkan pembelian Kapal Cepat Rudal Trimaran dengan panjang 60 meter dan Kapal Cepat Rudal sepanjang 40 meter."Keduanya merupakan produk industri swasta nasional," kata Panglima TNI.

Senin, 22 Februari 2010

BPPT KEMBANGKAN MUNISI UNTUK DUKUNG INDUSTRI HANKAM DALAM NEGERI

Pegawai Divisi Munisi PT Pindad sedang mengerjakan pembuatan peluru di salah satu mesin pencetak. Divisi Munisi PT Pindad yang terletak di Turen, Malang, Jawa Timur setiap tahunnya memproduksi 100 juta butir peluru dan bom berbagai ukuran dan kaliber. Selain untuk kebutuhan TNI/Polri, peluru-peluru ini juga di ekspor ke negara-negara tetangga. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)

“Mendukung kemampuan industri yang bergerak dalam bidang pertahanan dan keamanan (hankam). Itu adalah tujuan utama tim ketika mengembangkan teknologi manufaktur pelat kuningan untuk pembuatan munisi”, demikian dikatakan Kepala Bidang Industri Logam, Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT, Ari Hendarto saat diwawancarai (15/02).

Munisi, atau amunisi, adalah suatu benda yang mempunyai bentuk dan sifat balistik tertentu, yang dapat diisi dengan bahan peledak atau mesiu. Munisi dapat ditembakkan dengan senjata maupun alat lain dengan maksud ditujukan kepada suatu sasaran.

Dalam pengerjaannya menurut Ari, tim BPPT berkonsultasi dengan pihak PT Pindad. “Sebagai produsen dari alat-alat pertahanan, tentunya PT Pindad sangat paham mengenai hal-hal apa saja yang diperlukan dalam proses produksi”, jelasnya.

Hal senada di ungkap juga oleh salah satu anggota tim yang terlibat dalam pembuatan munisi, Iwan Setiadi. “Bersama PT Pindad, kami telah melakukan berbagai uji coba untuk menemukan komposisi yang tepat bagi munisi ini”.

Tingginya resiko yang bisa ditimbulkan pada proses uji coba lanjut Iwan, menuntut timnya untuk sangat cermat dalam pengerjaan. “Mulai dari dimensi, ketebalan, kekerasan, sampai pada ukuran butiran, semuanya harus presisi”, tegasnya.

“Rencana kedepan, kita akan meningkatkan pada kaliber yang lebih tinggi dari yang kita kembangkan saat ini, yakni dari kaliber 5,56 mm ke kaliber 20mm”, ungkap Ari.

Dikesempatan yang berbeda, Direktur Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) BPPT Danny M. Gandana mengatakan bahwa PTIP mendukung kemajuan industri proses disetiap sektor di Indonesia. “Indonesia harus leading dalam industri proses. Dengan memberdayakan kemampuan dalam negeri, kita tidak lagi selalu bergantung pada produk impor. Terlebih lagi dengan berkembangnya industri di Indonesia, tentunya akan membuka lebih banyak peluang untuk berkarya dan menambah kesempatan kerja bagi setiap individu”, tandasnya. (KYRA/humas)

BPPT

Jumat, 19 Februari 2010

UAV Balitbang

SURABAYA, 4/11 - TEKNOLOGI MILITER. Seorang anggota TNI AL, menjelaskan kepada pengunjung tentang cara kerja alat pengintai dari udara tanpa awak, di stan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pertahanan (Dephan), Graha ITS Surabaya, Rabu (4/11). Acara bertajuk 'Indonesian Military Technology Exhibition (IMTE) 2009' tersebut, untuk mengenalkan teknologi militer Indonesia buatan anak bangsa. FOTO ANTARA/Eric Ireng/ed/09

Kamis, 18 Februari 2010

IPB Kembangkan Lubang Biopori

07 Desember 2007

Institut Pertanian Bogor (IPB) belum lama ini mensosialisasikan Pembuatan lubang resapan biopori (LRB). Diharapkan, dengan cara ini bisa mencegah banjir sekaligus menghasilkan kompos dan menyerap karbon.

LRB adalah lubang berdiameter sekitar 10 sentimeter di tanah sehingga air bisa mengalir masuk ke tanah. Di lubang itu dimasukkan sampah organik yang diharapkan akan dimakan oleh organisme yang ada di dalam tanah. Dengan demikian, akan tercipta lubang-lubang kapiler kecil di dalam tanah. Dengan adanya lubang kapiler di dalam tanah, maka penyerapan air ke dalam tanah juga semakin banyak.

"Selama ini yang terjadi, air hujan tidak bisa masuk ke dalam tanah sehingga terjadi genangan besar di permukaan. Air hujan yang bisa menjadi sumber air bersih dari tanah akhirnya tidak bisa dimanfaatkan dan terbuang ke laut," kata Kamir R Brata, pengajar pada Bagian Konservasi Tanah dan Air Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB, seperti dikutip dari Harian Kompas, 5/12.

Selain bisa mengurangi genangan di permukaan tanah, sampah organik yang dimasukkan ke LRB itu juga bisa menjadi kompos yang berguna sebagai penyubur tanah.

Pembuatan LRB sangat mudah, kata Kamir, hanya memakai bor tanah. Setelah itu, dimasukkan sampah organik. Selain memakai teknologi sederhana, LRB juga bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja. Di halaman seluas 50 meter persegi, bisa dibuat sebanyak 20-40 LRB. Jarak pembuatannya tidak diatur, asalkan letak lubang tidak bersebelahan. "Kedalaman lubang ini sebaiknya tidak lebih dari satu meter karena organisme di dalam tanah juga membutuhkan oksigen. Jika terlalu dalam, dikhawatirkan oksigen tidak masuk hingga ke dalam," kata Kamir.

Untuk peralatannya, yakni bor tanah, IPB juga telah menciptakan khusus dan dijual dengan harga Rp 175.000 per buah.

Satu-satunya kewajiban yang harus dilakukan manusia dalam penggunaan LRB ini adalah memberikan pakan berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca. Dengan demikian, pemanasan global pun dikurangi.** (Ardan)

technologyindonesia

Mahasiswa Surabaya Rancang Prototipe Senjata Pertahanan

Mahasiswa Sistem Komputer STIKOM Surabaya, Riza Rahadian Saputra, menunjukkan cara kerja Prototipe Senjata Pertahanan, di Surabaya, Selasa (16/2). Protipe persenjataan yang merupakan tugas akhir tersebut, menggunakan teknologi Coilgun dengan menerapkan sistem kontrol jarak jauh. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ed/mes/10)

selasa,16 febuari 2010
Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa S1 Jurusan Sistem Komputer STIKOM Surabaya, Riza Rahadian Saputra S.Kom, merancang prototipe senjata pertahanan yang menggunakan teknologi Coilgun dengan sistem kontrol jarak jauh untuk penembakan peluru ke arah lawan.

Prototipe persenjataan yang merupakan tugas akhir (TA) itu dipamerkan di atrium Royal Plasa Surabaya, Selasa, sehingga banyak pengunjung pasar swalayan itu mengagumi karya mahasiswa yang juga Ketua Tim Robot STIKOM Surabaya pada Kontes Robot Indonesia 2009 itu.

Dalam prototipe itu, Riza memberikan inovasi berupa suatu sistem yang mampu melindungi operator senjata itu saat terjadi serangan musuh yakni dengan menerapkan sistem kontrol jarak jauh pada prototipe rancangannya.

Dengan menggunakan kombinasi antara teknologi Coilgun dengan sistem kontrol jarak jauh yang dikembangkan secara manual dan otomatis diharapkan kombinasi itu dapat dimanfaatkan untuk pengembangan senjata yang efektif ketika jarak dan arah dari target diketahui.

Hasil dari pengembangan TA milik Riza adalah prototipe senjata yang mampu melontarkan
peluru dengan kecepatan rata-rata 12,565 m/s dan rata-rata muzzle energy (daya dorong senjata) sebesar 0,55 Joule.

Ada pun spesifikasi peluru yang digunakan lelaki asal Madiun adalah panjang 3,5 cm, diameter 0,7 cm, dan beratnya 9,72 gram.

Selain itu, prototipe yang dihasilkannya itu juga telah mampu menentukan sudut elevasi secara otomatis dan berjalan baik pada sistem kontrol jarak jauhnya.

Ia mengaku pembacaan sensor pada prototipe rancangannya itu kurang sempurna, sehingga ada sedikit selisih hasil penentuan sudut elevasi bila dijalankan secara otomatis.

Secara terpisah, dosen pembimbing TA, Ihyauddin, S.Kom., mengatakan kecepatan peluru yang dihasilkan prototipe itu lebih cepat daripada senjata airsoftgun, namun prototipe itu hanya dapat melukai.

"Kalau ingin meningkatkan kecepatannya sehingga dapat digunakan membunuh, maka
diperlukan penambahan jumlah kumparan sebagai elektromagnetiknya," katanya.

ANTARANews

Selasa, 16 Februari 2010

Wi-Max Versi Indonesia Akan Diluncurkan

24 Oktober 2007

Pemerintah akan mengeluarkan teknologi worldwide interoperability for microwave access (Wi-Max) versi Indonesia. (Wi-Max) versi Indonesia. Penelitian dan dan pengembangan teknologi ini sudah dimulai, dan prototipenya diharapkan keluar akhir 2009.

Penelitian ini melibatkan beberapa lembaga, perguruan tinggi negeri, serta industri seperti lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan penerapan dan Pengkajian teknologi (BPPT), Institut teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), PT LEN, PT Inti, Hariff, serta Quassar dengan program manager dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Dep. Kominfo.

Seperti dikutip dari Koran Tempo (24/10), Menteri Komunikasi dan Informatika, Muh. Nuh mengatakan teknologi Wi-Max versi Indonesia ini rencananya akan diluncurkan saat 100 tahun Hari kebangkitan Nasional pada 20 Mei tahun depan. Menurut Direktur Standarisasi dan Telekomunikasi Ditjen Postel Dep. Kominfo, Azhar Hasyim, penelitian dan pengembangan untuk Wi-max dan aplikasinya sudah dimulai.

"Kami terus mendorong penelitiannya supaya jadi lebih cepat, tapi untuk prototipe rencananya keluar akhir tahun 2009", kata Azhar. Program penelitian terbagi dalam beberapa subgrup, yaitu chipset, Rf modul, terminal, antena, dan OSS driver based on open source.**, , terminal, antena, dan .**

technologyindonesia

Senin, 15 Februari 2010

Landing Platform Dock 125m – KRI BANJARMASIN - 592

KRI BANJARMASIN 592

Landing Platform Dock 125 meter - Produk Gemilang Anak Bangsa

Upacara peresmian kapal KRI BANJARMASIN - 592 masuk jajaran armada TNI angkatan laut. Kapal landing Platform Dock 125 meter ini merupakan salah satu produk unggulan PAL INDONESIA dan merupakan bukti nyata kontribusi PAL INDONESIA dalam rangka memenuhi kebutuhan ALUTSISTA Nasional. Dari sisi performannya kapal buatan PAL INDONESIA ini mengalami peningkatan kualitas bila di bandingkan dengan dua kapal LPD yang di bangun di korea selatan. Penyempurnaan tersebut di sesuaikan dengan kebutuhan operasional TNI-AL antara lain:

- Daya angkut heli dari 3 buah menjadi 5 buah.

- Kecepatan kapal dari 15 knots menjadi 15,4 knots

- Bentuk bangunan atas ”stealth design” yang dapat mengurangi ”Radar Cross Section” sehingga tidak mudah ditangkap radar lawan

- Getaran kapal sangat rendah sehingga menambah kenyamanan crew kapal dalam pelayaran.


Dengan berbekal pengalaman merancang dan membangun kapal baik untuk kapal niaga , kapal perang dan alat apung lainya sejak tahun 1980 PAL INDONESIA telah menghasilkan berbagai jenis dan ukuran kapal mulai dari FPB 14 meter, 28 meter, 38 meter dan 57 meter serta LPD 125 meter dan kapal niaga sampai dengan ukuran 50.000 DWT sampai dengan saat ini telah menyelesaikan kapal lebih dari 150 kapal berbagai jenis dan ukuran.. Dengan pengalaman tersebut PAL INDONESIA siap melaksanakan pembangunan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR), maupun LST (Landing Ship Tank), sesuai dengan kebutuhan TNI-AL.

Sesungguhnya melalui proyek ini telah diperoleh nilai tambah bagi SDM PAL Indonesia, berupa pengembangan ketrampilan karena kapal ini memiliki teknologi khusus “ stealth design “ yaitu kapal ini tidak mudah ditangkap oleh radar lawan.

Diharapakan dimasa yang akan datang kerjasama yang sudah terjalin akan dapat lebih ditingkatkan lagi dengan program pembangunan Kapal PKR dan LST dibangun di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kemampuan PAL INDONESIA, yang secara langsung turut membangun kemandirian penyiapan alat utama pertahanan sekaligus berperan dalam penghematan devisa negara.

Sinergi antara PAL INDONESIA DEPHAN dan TNI-AL, dalam penguasaan teknologi tinggi hendaknya dikembangkan terus menerus tidak hanya untuk pembangunan kapal baru tapi juga meliputi perbaikan dan pemeliharaan kapal-kapal TNI-AL yang lain dalam rangka ikut menopang kesiapan operasional kapal dalam rangka menjaga keamanan dan pengamanan perairan wilayah yuridis Indonesia. Dan dimasa depan Industri Maritim Indonesia dapat berkembang lebih maju.

Data Teknis Landing Platform Dock 125m – KRI BANJARMASIN - 592
• Length Over All = 125 M
• Length Between Perpendicular = 109,2 M
• Breath = 22.0 M
• Depth (Tank Deck)/Truck Deck = 6,7 M / 11,3 M
• Draft : Max = 4,9 M
• Displacement = 7.300 Ton
• Max Speed +/- 15 Knots
• Endurance days = 30 days
• Cruisning Range = 10.000 Miles
• Max Embarcation = 344 person (Crew 126; Troops 218)
• Helicopter = 5 unit
• LCVP = 2 unit

INDOTECH

Minggu, 14 Februari 2010

Alat Pendeteksi Radiasi

Ditemukan Alat Pendeteksi Radiasi

21 November 2007
Kini sudah diciptakan tabung detektor yang berfungsi sebagai alat pendeteksi radiasi. Tabung detektor yang dapat mendeteksi hingga 1 mikro pori ini berbentuk sederhana. Pembuatannya pun menggunakan metode dengan bahan-bahan yang sederhana pula.

Gunarwan Prayitno menuturkan seperti dikutip dari Jawa Post, 21/11, bahan yang dipakai gelas pyrex yang berbentuk pipa, kawat tembaga dan kawat tungsten. Kemudian dibantu dengan instrumen sistem pengaturan arus, sistem vakum dan instalasi pipa gelas. Tabung detektor geiger-muller tipe side window itu, proses pembuatannya berlangsung beberapa tahap. Diawali dengan pembuatan tabung detektor, evavorasi tembaga sebagai elektroda negatif, pembuatan elektroda positif dan pemasangan elektroda positif.

Dengan formulasi yang berhasil disusun tersebut, tabung detektor yang rencananya akan diproduksi masal tahun 2008 itu dirancang tahan hingga 50 tahun. Selain itu, biaya pembuatannya juga tidak terlalu mahal. Tabung detektor itu bisa menjadi multiguna. Bisa untuk perusahaan, militer, rumah sakit, kargo, pendaki gunung dan semacamnya. "Kita pinginnya ke depan membuat alat detektor narkoba. Tetapi itu baru wacana," jelas penemu tabung detektor ini yang telah menghabiskan empat tahun untuk melakukan percobaannya.

Ahli peneliti Badan Tenaga Nuklir (Batan) Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN) Puspiptek, Serpong, Kabupaten Tangerang, memamerkan hasil temuan berupa tabung detektor radiasi ini, di Gedung Graha Bakti, Puspitek, 20/11. Pameran yang berlangsung satu hari, juga memamerkan sejumlah hasil penelitian lainnya.** (Ardan)

12 april 2008
Detektor Rator
SerpongKita.com- Tas hitam kecil ditenteng dibalik ketiaknya. Sambil duduk, dengan rasa percaya dirinya, pria setengah tua itu memperlihatkan alat pendeteksi radiasi, Detektor Rator. Hasil karya peneliti Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Pusat Penelitian dan Ilmu Teknologi (Puspiptek), Detektor Rator, mampu mendeteksi radiasi nuklir yang dihasilkan dari radiasi yang tidak bisa dipantau.Sabtu, 12 April 2008 8:49:41 WIB

Ir Mairing, MP, perekayasa Detektor Rator Batan Puspiptek, mengatakan, alat tersebut difungsikan untuk mengendus titik-titik radiasi. Unsur-unsur yang bisa dideteksi dengan alat tersebut, seperti radiasi alam, listrik, dan benda-benda elektronik yang dipergunakan khalayak. "Sinar X, ada radiasinya. Detektor Rator, mampu mendeteksi radiasi dari Sinar X tersebut, dan bagian mana saja bisa membahayakan bagi manusia, bila alat Sinar X tersebut dipergunakan terus menerus ketika dilakukan pemeriksaan bagi penderita. Dan alat ini bisa mengetahui unsur berbahaya dari pengunaan sinar X tersebut," kata Mairing.

Nah, ketika Dinas Kebakaran Kabupaten Tangerang, sedang menggelar acara di BSD Junction, beberapa waktu lalu, Mairing mencoba menawarkan Detektor Rator. Selain mengendus radiasi sinar X, alat ini mampu mendeteksi radiasi kebakaran. Apa penyebabnya, dan faktor apa yang bisa membahayakan hingga berakhir dengan kebakaran."Bahan bakar nuklir radioaktif yang digunakan sejumlah perusahaan, mengandung radiasi yang berbahaya. Karenanya, perlu dilakukan pemahaman kepada personil Damkar untuk mengetahui apa penyebab kebakaran dengan Detector Rator untuk mengawasi pergerakan radiasi," ucapnya.

"Radiasi bisa berbaya bisa juga tidak. Namun, terjadinya kebakaran di perusahaan industri, karena efek dari radiasi tersebut," tambah Mairing.

Menurutnya, alat hasil rekayasa tersebut belum diproduksi secara massal. Namun, kemampuannya tidak perlu diragukan. Detektor Rator yang berbentuk kotak hitam ukuran 10x6 centimeter, dengan tebal 3 centimeter. Alat ini dijual dengan harga Rp 8 juta per unit. "Memang agak lumayan mahal. Namun, setidaknya bisa mendeteksi bahaya sebelum terjadi hal-hal yang tidak dinginkan," katanya. (k2)

technologyindonesia , serpongkita

Sabtu, 13 Februari 2010

RADIOFARMAKA UNTUK DETEKSI DAN TERAPI KANKER















Para peneliti anak negeri di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah mampu membuat dan mengembangkan radiofarmaka, yaitu obat untuk deteksi dini dan terapi penyakit kanker. Dr. Abdul Mutholib, Kepala Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR) BATAN menjelaskan Radiofarmaka adalah atom yang memancarkan radiasi untuk mendeteksi kanker dalam tubuh, karena memiliki daya tembus yang tinggi.
Radiofarmaka berperan untuk deteksi/diagnosa dan pengobatan/terapi penyakit kanker.

Mutholib mengungkapkan saat ini, para peneliti di PRR BATAN mengembangkan “Targeted Radiofarmaka” yaitu Radiofarmaka terarah yang mampu melihat dan membunuh sel kanker dalam tubuh manusia tanpa operasi. Disebut terarah karena tidak mengganggu organ tubuh yang sehat lainnya. Atom yang menyusun molekul obat tersebut adalah atom radioaktif. Secara populer dalam atom radioaktif tersebut terdapat radioisotop dan radionuklida. Radioisotop memancarkan sinar gamma untuk mendeteksi dan sinar beta untuk terapi.

Cara kerja : obat radioisotop/radiofarmaka dimasukkan (oleh Dokter) ke dalam tubuh pasien umumnya melalui injeksi, meskipun dapat melalui oral/diisap. Setelah 5 menit hasil diagnosa akan terlihat di mana saja penyebaran sel kanker (sel kanker yang kecil maupun besar). Untuk pengobatan/terapi, Radiofarmaka dapat membunuh semua sel kanker secara terarah tanpa mengganggu atau merusak sel/organ tubuh yang sehat.

Sebagai obat, kata Mutholib Radiofarmaka selain digunakan untuk keperluan penyembuhan atau terapi penyakit kanker, digunakan juga untuk menghilangkan rasa sakit, juga digunakan untuk keperluan diagnosa berbagai jenis penyakit, mis. penyakit jantung. Radiofarmaka tersebut terakumulasi di jaringan atau sel yang menjadi sasaran untuk tujuan diagnosa atau terapi menjadi sangat akurat.

Menurut Mutholib, dari sudut keselamatan, Radiofarmaka sangat tinggi karena bisa menembak sel kanker yang kecil dan yang besar. Radiofarmaka dapat memberikan harapan hidup pada pasien, karena apabila telah dideteksi dini, maka pengobatan akan dilakukan lebih awal dan lebih sederhana, serta biaya lebih murah.

Radiofarmaka buatan BATAN ini telah ada dan digunakan di RSCM, RS Darmais, RS Harapan Kita, RSPAD, RS Hasan Sadikin Bandung, dan RS Gading Pluit. Dan PRR BATAN telah melakukan MOU dengan PT Kimia Farma, dan akan melakukan MOU dengan Badan POM.

Mutholib menyatakan, BATAN memiliki fasilitas reaktor nuklir dan cyclotron yang berada di kawasan Puspiptek, Serpong. Melalui fasilitas tersebut BATAN mampu menyediakan radioisotop, baik pemancar partikel bermuatan, seperti beta negatif atau alfa, maupun pemancar sinar-y atau pemancar positron. Saat ini, BATAN telah mampu mengembangkan maupun membuat radiofarmaka terapi dan diagnosa yang sangat dibutuhkan oleh rumah sakit yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir maupun onkologi radiasi. Tentunya kalau fasilitas kedokteran nuklir dan onkologi radiasi cukup merata ada di sebagian besar wilayah Indonesia, maka pelayanan kesehatan akan lebih baik dan mungkin tidak perlu lagi ada pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri.

Ke depan, Mutholib mengharapkan Pemerintah, dalam hal ini Depkes mendorong fasilitas agar Radiofarmaka digunakan di Indonesia. Kemudian Perusahaan Asuransi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, a.l. berupa jaminan pelayanan kesehatan.(gs-adpkipt)

INDOTECH

Jumat, 12 Februari 2010

ITS Resmikan NasDEC

ITS Resmikan NasDEC

Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) memiliki National Ship Design and Engineering Center (NasDEC) atau Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional. Proyek besar itu merupakan hasil kerja sama ITS dengan Departemen Perindustrian. Pada 29/1, gedung NasDEC diresmikan Menteri Perindustrian RI Fahmi Idris. NasDEC di kampus ITS tersebut baru pertama ada di Indonesia. Sampai 2009, NasDEC masih dikelola bersama dengan Departemen Perindustrian.

NasDEC
tersebut menyediakan jasa pembuatan desain kapal. Mulai konsep, detail, hingga gambar produksi. Desain kapal itu pun beragam. Di antaranya, kapal nelayan, tanker, penyeberangan, penumpang barang, pengawas, patroli, dan kontainer. Selain desain kapal, NasDEC didirikan untuk penelitian dan pengembangan desain produk kapal yang inovatif.

Ketua Pengelola NasDEC Tri Wilaswandio mengatakan, pembangunan proyek NasDec itu diharapkan bisa menjadi sarana kegiatan terstruktur, sistematik, dan terorganisasi secara nasional. "Desain dan rekayasa kapal tersebut mampu bersaing di pasaran nasional dan internasional dari aspek mutu, biaya, dan waktu," ungkapnya seperti dikutip dari Jawa Pos.

Gedung NasDEC dibangun dengan dana Rp 13 miliar. Pihak ITS menyiapkan SDM (sumber daya manusia), sementara biaya investasi awal dan operasional awal didanai Departemen Industri sampai 2009.**

technologyindonesia

Kamis, 11 Februari 2010

ISRA Radar Pengawas Pantai Buatan LIPI

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meluncurkan prototipe I dari Radar Pengawas Pantai yang diberi nama Indonesian Scientific Journal Database (ISRA) sebagai radar pantai pertama buatan Indonesia.

Kepala LIPI Prof. Umar Anggara Jenie dalam acara peluncuran yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG) LIPI Subang, Jawa Barat (Jabar) mengatakan terciptanya radar pertama Indonesia ini merupakan bukti bahwa peneliti Indonesia mampu membuat alat berteknologi tinggi. Acara tersebut digelar dalam rangkaian ulang tahun ke-42 LIPI.

"Daripada kita harus membeli peralatan teknologi ke luar negeri dengan harga mahal, lebih baik mendorong peneliti bangsa untuk membangun kemandirian bangsa," kata Umar hari ini.
Peneliti pada Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI Mashury Wahab menjelaskan penelitian ini dilakukan selama 3 tahun. "Kami memiliki tim peneliti sebanyak 20 orang untuk penelitian dan pengembangan ISRA ini," ungkap Mashury.

Sebelumnya, katanya, para peneliti tersebut diberi bantuan oleh Pemerintah Belanda untuk pendidikan dasar. "Setelah mendapatkan dasar pendidikan kemudian kami aplikasikan dan kembangkan," lanjutnya.
Radar pengawas pantai ISRA ini, kata Mashury, menggunakan teknologi Frequency-Modulated Continuous Wave (FM-CW) sehingga konsumsi daya dan ukuran radar menjadi lebih kecil. "Mekipun dalam ukuran yang kecil tetapi tidak mengurangi keunggulan-keunggulan yang dimiliki radar ini," ujarnya.
Salah satu fungsi radar pengawas pantai ini, katanya, adalah mendeteksi keberadaan kapal di laut yang sedang mendekat. "Radar ini akan mendeteksi kapal yang berada dalam jangkauan kerja radar ini yang kemudian akan ditampilkan di monitor," katanya.

Dia menambahkan bahwa radar tersebut mampu mendeteksi hingga jarak 64 km. Sebetulnya, kata Mashury, teknologi radar pengawas pantai ini akan terus dikembangkan hingga radar jenis tiga. "Kami masih terus mengembangkan beberapa jenis radar semacam ISRA yaitu satu jenis direncanakan selesai pada 2010 dan satu jenis lagi selesai pada 2011," katanya.
Seluruh radar akan bekerja secara berhubungan. "Kelak ketiga radar ini akan bekerja secara berhubungan sehingga kita tidak perlu memantau langsung ke lokasi penempatan radar karena telah terhubung melalui monitor," jelasnya.
Beberapa komponen dalam radar itu, katanya, masih harus diimpor. "Terdapat 60 persen komponen radar ISRA yang diimpor dari luar negeri," ujarnya.
Untuk penelitian dan pengembangan radar tersebut Mashury menjelaskan bahwa pihaknya telah mengeluarkan dana hingga Rp3 miliar. "Dana ini terbilang efisien dibandingkan dengan biaya radar yang harus dibeli dari Polandia dengan harga mencapai Rp9 miliar," tutur Mashury.(yn)

SPESIFIKASI

Memiliki garis pantai sepanjang 81.000 kilometer tidak mudah bagi Indonesia mengawasi aksi ilegal dan terjadinya kecelakaan serta pencemaran laut. Dengan mengoperasikan radar, petugas patroli dan pengawas pantai dapat mengamati dan kemudian mengatasi masalah tersebut dengan cepat.

Keberadaan sistem radar dalam memantau kondisi lalu lintas laut dan udara memang sangat penting untuk menekan kasus kecelakaan di sektor transportasi. Kecelakaan di laut berpotensi menimbulkan pencemaran akibat tumpahan minyak dari kapal. Apalagi, jika kecelakaan menimpa kapal tanker seperti yang pernah terjadi di Selat Malaka dan Pelabuhan Cilacap beberapa tahun lalu.

Sayangnya, radar yang digunakan untuk pemantauan lalu lintas pelayaran saat ini telah ketinggalan zaman. Selain itu, jumlah dan kemampuannya juga amat terbatas. Maka, untuk memantau wilayah Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga, misalnya Singapura, pihak Indonesia mengandalkan sarana pemantau milik negara tetangga ini.

Saat ini dengan meningkatnya arus lalu lintas kapal laut di wilayah jalur pelayaran yang padat di Indonesia, dukungan sistem pengawas dan pemantau lalu lintas tidak hanya perlu ditingkatkan jumlahnya, tetapi juga kemampuannya.

Menurut Syahrul Aiman, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, kebutuhan radar di Indonesia mulai dari 800 hingga 900 buah, tetapi jumlah yang terpasang saat ini masih di bawah angka 30 dan semuanya buatan asing. Di antaranya adalah delapan radar buatan AS yang dipasang di sepanjang Selat Malaka. Harganya per unit 8 miliar dollar AS.

Karena fungsi radar sangat penting untuk transportasi laut dan udara, tambah Syahrul, perlu dilakukan pengembangan kemampuan dalam negeri Indonesia sendiri untuk penyediaan radar secara mandiri.

Selama ini ia melihat prosedur pembelian radar dari luar negeri sulit karena bersifat strategis, selain harganya yang mahal. Hal ini menjadi hambatan bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan peralatan radar. Hal inilah yang mendorong LIPI mengembangkan prototipe radar sendiri untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

Radar modern

Melakukan penelitian, rancang bangun sejak tahun 2006, Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI berhasil menciptakan radar pengawas pantai.

Radar ini menggunakan teknologi modern, yaitu frequency- modulated continuous wave (FM-CW) sehingga konsumsi daya dan ukuran radar menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tipe yang konvensional, tanpa mengurangi kinerja standarnya.

Mashury Wahab, Koordinator Peneliti Radar LIPI, menjelaskan, radar yang dapat memantau hingga radius 64 kilometer ini hanya menggunakan daya 2 watt, sedangkan sistem yang lama yang menggunakan tabung magnetron memerlukan daya hingga 10 megawatt.

Pembuatan radar ini melibatkan pihak TU Delf Belanda dalam desain dan teknisnya, tetapi peranti lunaknya dikembangkan sendiri oleh peneliti LIPI. Sistem karya LIPI ini memiliki kandungan lokal 40 persen. Dengan memanfaatkan potensi lokal, harga radar yang bisa mencapai lebih dari 8 miliar rupiah itu dapat direduksi hingga 40 persen, jelas Mashury, doktor bidang pemroses sinyal dari Curtin University of Technology Australia.

Prototipe tersebut, yang dikembangkan sejak tahun 2006, awal Mei ini mulai diuji coba di Bandung dan di Pelabuhan Merak Banten untuk memantau lalu lintas kapal. Ketika itu hasilnya menunjukkan bahwa alat tersebut masih memerlukan penyempurnaan dalam hal tampilan dan peranti lunaknya. Setelah mendapat perbaikan pada uji coba di Pantai Anyer pada Desember 2009, hasilnya baik.

Radar pantai buatan LIPI tersebut memiliki daya jangkau hingga 60 kilometer. Namun karena faktor kelengkungan horizon, radar itu hanya dapat melihat kawasan sejauh 30 kilometer, tambah Hiskia Sirait, Kepala Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI.

Jejaring radar

Pengembangan sistem radar di dalam negeri, lanjut Syahrul, memungkinkan pengembangan jejaring radar di Indonesia dapat ”berkomunikasi” karena menggunakan sistem yang sama. Hingga tahun 2014, LIPI akan mengembangkan jejaring radar pengamat pantai dengan sistem tersebut.

Untuk fabrikasi karya inovasi ini, telah ada beberapa industri nasional yang berminat. Selain itu, saat ini juga telah ada permintaan nonformal dari pihak terkait, seperti TNI AL, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Koordinasi Keamanan Laut, serta Kementerian Perhubungan.

Selain LIPI, sesungguhnya ada Divisi Radio & Communications System (RCS) dari PT Solusi 247 yang melibatkan peneliti lulusan ITB dan Universitas di Belanda yang juga berhasil mengembangkan radar navigasi kapal. Untuk ini, RCS juga menerapkan FM-CW pada radar tersebut. Pembuatan radar ini juga melibatkan peneliti LIPI dalam pengukuran dan pembangunan konstruksinya.

Indotech, KOMPAS

Rabu, 10 Februari 2010

Pindad Siap Produksi Pistol Serbu Secara Massal

Jakarta (ANTARA News) - PT Pindad siap memproduksi massal pistol serbu kaliber 5,56x21 mm hasil rancangan Dinas Litbang TNI AD yang telah disertifikasi sejak awal 2008.

"Pistol ini siap diproduksi massal tergantung dari permintaan," kata Peneliti di Dinas Litbang TNI AD, Darmaji, kepada Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati yang mengunjungi anjungan dinas itu pada Pameran Ritech Expo 2008 di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, kebutuhan TNI akan pistol serbu mencapai ribuan, karena itu jika pistol serbu bisa diproduksi di dalam negeri, maka TNI yang tak memiliki banyak anggaran tak perlu mengimpor.

Pistol serbu tersebut memiliki panjang 315 mm, tinggi 165 mm dan tebal 41 mm, berat kosong 1,045 kg, dengan kapasitas magazen sebanyak 20 butir serta jarak tembak efektif 150 meter.

Sri Mulyani sempat mengacungkan pistol tersebut ke sasaran di dinding anjungan, namun tidak bersedia mencoba lebih jauh ketika ditawarkan untuk menembakkannya di tempat khusus yang akan disediakan.

Di setiap anjungan, Menteri selalu bertanya pada penjaganya apakah peralatan yang dipamerkan itu benar-benar buatan sendiri ataukah hanya barang impor, serta bertanya keberadaan inovasinya.

Di anjungan Dislitbang TNI AD itu digelar juga model senjata anti-tank, pistol mitraliur kaliber 9mm, dan prototipe amunisi meriam kaliber 76mm dan 57mm yang merupakan rancangan Dislitbang AD.

Menteri juga berpesan ke setiap anjungan di Ritech Expo 2008 itu agar terus melakukan inovasi dan jangan selalu bersandar pada barang-barang impor.

Sri Mulyani juga berkunjung ke Litbang Dephan, Dislitbang AL, Dislitbang AU, stand LAPAN, dan PT Dirgantara Indonesia.

Di Ritech Expo digelar juga pameran Balai Mesin Perkakas Teknik Produksi dan Otomasi BPPT, Pusat Penelitian Fisika LIPI, Deptan, hasil riset ITB, ITS, PT Inca, Dinas Litbang Provinsi, Riset Unggulan Strategis Nasional dan belasan lainnya. (*)

Antara

Selasa, 09 Februari 2010

Desain & Teknologi

Len Industri konsisten kembangkan desain & teknologi

BANDUNG: PT Len Industri (Persero), badan usaha milik negara di bidang teknologi elektronika, akan terus konsisten mengembangkan desain inti dan teknologi baru, meskipun tingkat serapan di dalam negeri relatif masih rendah. Salah satu teknologi yang terus dikembangkan perusahaan ini adalah peralatan komunikasi tempur, di samping teknologi transmisi penyiaran.
"Kami sudah menggarap bidang usaha ini sejak lama dengan biaya investasi yang tidak sedikit. Pengembangan akan terus kami lakukan sekalipun serapan pasarnya belum optimal. Bagi Len, kedaulatan teknologi adalah di atas segalanya," ujar Direktur Utama PT Len Industri Wahyuddin Bagenda, kepada Bisnis akhir pekan lalu.

Dengan teknologi yang dikembangkannya itu, PT Len Industri tercatat menjadi satu-satunya BUMN yang memperoleh penghargaan Anugerah Rintisan Teknologi Industri 2009 dari Pemerintah.

Wahyuddin menjelaskan penghargaan tersebut diberikan atas inovasi produknya, Manpack Alkom FISCOR-100, yakni peralatan telekomunikasi untuk keperluan tempur.

"Penghargaan ini kami raih setelah melewati proses penilaian yang panjang, sejak Agustus 2009. Kami adalah satu-satunya BUMN yang meraih penghargaan tersebut karena tiga pemenang lainnya adalah perusahaan swasta," katanya.

Menurut dia, penghargaan yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut, didasarkan pada empat kriteria utama yakni inovasi, proses produksi, komersialisasi, dan tingkat kandungan lokal.

"Pemerintah tidak hanya melihat kompleksitas, utilitas, kandungan lokal, dan kapasitas produksi, tetapi juga mempertimbangkan pangsa pasar serta dampaknya terhadap perekonomian nasional," ujarnya.

Dia memaparkan Manpack Alkom FISCOR-100 beroperasi pada rentang frekuensi 2 Mhz hingga 30 Mhz dengan 256 channel dengan kebutuhan pasokan tenaga 12 Vdc-24 Vdc. Peralatan ini bisa digunakan untuk komunikasi pada level pleton hingga batalion.

Kapasitas produksi Len untuk pesawat komunikasi jenis ini mencapai 1.000-1.500 unit per tahun. "Dengan perawatan yang telaten, usia penggunaan produk ini bisa mencapai puluhan tahun."

Teknologi produk tersebut pada awalnya dikembangkan bersama Pemerintah Australia, tetapi selanjutnya mitra kerja sama itu dialihkan kepada Thales, perusahaan elektronik terbesar di Prancis.

Wahyuddin menambahkan Len Industri memperoleh penghargaan Rintisan Teknologi Industri 2009 karena desain inti produk Manpack Alkom FISCOR-100 dikembangkan oleh teknisi lokal dari BUMN yang semula fokus di bidang transmisi penyiaran itu.

"Kerja sama yang ada [dengan perusahaan luar] hanya meliputi matrikulasi frekuensi radio yang belum bisa diimplementasikan di Indonesia serta tidak menyangkut kerahasiaan data telekomunikasi dari pesawat komunikasi tersebut," katanya.

Hal ini mengingat alat komunikasi pertahanan merupakan produk yang sepenuhnya dibuat secara rahasia oleh sebuah negara. "Ini demi menghindari tindakan jamming oleh musuh."

Oleh Muhammad Sufyan
Bisnis Indonesia

LEN

Senin, 08 Februari 2010

Turbin Angin

Turbin Angin Hembuskan Nafas untuk Industri Lokal


Jakarta - Sebuah perusahaan asal Indonesia mengembangkan turbin listrik tenaga angin yang nyaris sepenuhnya memanfaatkan komponen lokal. Teknologi turbin tersebut pun dinilai bisa menghembuskan nafas ekonomi di daerah tertinggal.

Turbin listrik tenaga angin sumbu vertikal itu dikembangkan oleh PT Quasar Mandiri. Dengan kemudahan merakitnya dari komponen lokal, Quasar berharap teknologi bernama Aerostellar ini bisa diadopsi di daerah-daerah tertinggal.

"Turbin angin milik kita perangkatnya 100 persen lokal. Hanya bagian magnet saja yang impor. Sisanya bahannya ada di pasaran," papar Yana S Rahardja, Managing Director PT Quasar Mandiri, saat berbincang dengan detikINET, Rabu (13/1/2010).

Pipa, besi dan aluminiumnya menurut Yana bisa didapatkan di pasaran. "Kami hanya membuat sayap, generator dan power controlnya saja. Sisanya bisa dibuat sendiri oleh siapapun," tuturnya.


Yana berharap dengan mudahnya merakit Aerostaller ini bisa menjadi solusi sumber energi aternatif yang murah dan mudah diimplementasikan oleh masyarakat. Karena, menurut Yana, dengan adanya listrik roda perekonomian bisa berjalan. "Dan kalau dilihat, daerah yang belum tersentuh listrik adalah daerah yang miskin. Seperti pesisir pantai, ini yang ingin kita dukung," ia menambahkan.



Yana mengklaim desain Aerostellar sangat cocok dengan karakteristik angin di Indonesia yang sering berubah-ubah arah serta rata-rata kecepatan angin di Indonesia yang relatif rendah. "Kecepatan 7 meter per detik itu sudah cukup untuk memutar turbin. Indikatornya bendera bisa berkibar. Itu cukup," katanya.

Masuknya Quasar ke bidang pembangkit listrik menurut Yana bukan berarti pihaknya meninggalkan basis di industri manufaktur. "Kita mau memajukan bangsa ini dengan teknologi. Tapi ngga ada listrik? Ya, kita harus masuk ke sana. Bukan sebagai mainstream tapi supporting product," ia menandaskan.( afz / wsh )

detikINET

Minggu, 07 Februari 2010

IPTEK TTG : BAHAN BAKAR BIOGAS


Dalam sepuluh tahun terakhir ini, kita diharubirukan dengan kelangkaan demi kelangkaan bahan bakar minyak dan listrik. Minyak tanah menghilang, sekarang mulai diganti dengan gas elpiji dan kini Jakarta pun tidak luput dari pemadaman listrik secara bergilir, yang sebelumnya menjadi monopoli daerah-daerah, khususnya di luar Jawa. Ongkos yang harus dibayar dari pemadaman bergilir sungguh mahal, karena listrik menjadi urat nadi industri kecil hingga besar. Daging yang busuk karena pendingin mati berjam-jam. Pengrajin es balon yang mendadak kehilangan penghasilan suatu hari karena hal yang sama, hanyalah sebagian kecil ilustrasi ongkos pemadaman tersebut.

Berbagai analisis dan solusi diusulkan baik oleh para pejabat maupun pakar. Mulai dari yang nadanya pembelaan diri hingga usulan penggunaan pembangkit listrik tenaga surya. Sementara, di salah satu sudut kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Tim Biogas dari Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi (PTPSE) BPPT tengah mengotak-atik reaktor biogas mungil dan pembangkit listrik yang tak kalah mungil, cuma 700 watt.(ay).

Dr. Ir. M. Arif Yudiarto, M.Eng, Peneliti Utama di Pusat TPSE BPPT mengungkapkan, disaat kita kehilangan kesederhanaan berfikir, sehingga melupakan hal-hal yang kecil, muncul solusi memecahkan masalah kelangkaan listrik yang sudah demikian menggurita. Contohnya, ketika kita bicara pengadaan listrik 40.000 MW, yang ada di kepala kita hampir pasti 4 pembangkit x 10.000 MW. Kita hanya memikirkan pulau Jawa dan melupakan ada belasan ribu pulau lainnya yang memerlukan pembangkit listrik dengan daya jauh lebih kecil. Pembangkit kecil PLN sebenarnya sudah banyak tetapi tidak memadai lagi dengan pertumbuhan ekonomi dan penduduk. Bahan bakar minyak yang mahal karena harus menempuh perjalanan jauh untuk sampai ke lokasi dan tarif harga listrik yang berlaku secara nasional merupakan hambatan tersendiri dalam investasi pembangkit tambahan.

Arif dan Tim peneliti Teknologi Biogas Pusat TPSE menjelaskan Biogas merupakan salah satu bahan bakar gas yang dihasilkan dari proses fermentasi kotoran hewan. Biogas dapat digunakan di rumah tangga (untuk memasak), bahkan bisa juga digunakan untuk menyalakan generator listrik. Proses produksi biogas dari limbah pertanian dan peternakan ini dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam memproduksi listrik. Menurut Wid, harganya murah karena bahan bakunya berasal dari limbah. ”Kwlitasnya juga tidak kalah dengan BBM atau elpiji,” kata Nesha. Untuk penggunaan kompor di rumah tangga juga hemat dan dapat memasak dengan suhu hingga 700ºC, atau dengan 2 rice cooker. Layaknya elpiji, pembakaran gas methan menghasilkan api biru dan tidak mengeluarkan asap. ”Gas methane yang dihasilkan dari 40 kilogram kotoran sapi dapat digunakan untuk memanaskan kompor selama 6 jam,” tegas Kiki. Proses mikrobiologis di dalam reaktor akan menghasilkan gas methan dan kompos. Gas yang dihasilkan dialirkan melalui selang ke penampung dari plastik berkapasitas 2.000 liter dan disalurkan ke kompor. Proses ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang terdapat pasokan kotoran sapi.

Arif menambahkan, dengan inovasi teknologi, produktifitas biogas dari kotoran sapi rata-rata hanya 0,2-0,3 m3/m3 volume reaktor/hari. Artinya hanya mampu menghasilkan listrik 0,25-0,4 kwh/m3 volume reaktor/hari. Dengan investasi Rp 1,5 juta per-m3 reaktor dan anggaplah 1 kwh dibeli PLN Rp 650/kwh, maka diperlukan waktu belasan tahun untuk kembali modal. Untuk mendapatkan pasokan gas sebanyak itu, kotoran sapi harus dicampur dengan air dengan perbandingan satu banding satu dan diaduk rata dalam tangki pengumpan dari tong besi yang dipotong. Kemudian, hasilnya dimasukkan ke dalam reaktor plastik berkapasitas 5.000 liter yang di dalamnya telah dihuni berjuta-juta bakteri Methanogenesis yang berkembang biak dari 25 liter bakteri starter yang telah dimasukkan.

Bukan hal baru lagi, kata Arif, tetapi mengulangi usulan yang sama oleh orang-orang yang beda, seringkali diperlukan. Pemerintah dan PLN sebaiknya bersikap realisitik dengan melibatkan masyarakat untuk ikut memproduksi listrik tanpa birokrasi yang berbelit-belit. ”Di Jepang, rumahtangga dapat menyumbang listrik tenaga surya meski hanya beberapa watt melalui sebuah inverter. Di Thailand, pembangkit-pembangkit listrik gasifikasi skala kecil menggunakan biomassa ranting-ranting kayu yang dipangkas secara periodik dapat disalurkan ke listrik negara dengan sistem bagi hasil. Tetapi yang terjadi di Indonesia, biogas dari pengolahan limbah dengan mekanisme pendanaan CDM harus diflaring (dibakar) di udara karena tidak yakin kalau dibuat listrik akan dibeli PLN. ”Jika dibandingkan, PLN memproduksi listrik dengan ongkos Rp 1100/kwh. Listrik dari biogas dan gas sintesis jauh lebih murah. Tetapi biogas tidak dibeli hanya karena dirasa masih kurang murah lagi harganya”, ungkap Arif.

Ke depan, kata Arif, BPPT sedang mengupayakan inovasi dari dua arah, yaitu meningkatkan produktifitas biogas menjadi 1 m3 biogas/m3 volume reaktor/hari dengan penambahan limbah pati dan protein yang tinggi produktifitasnnya dan menekan biaya investasi reaktor di bawah Rp 1 juta/m3 dengan bahan dan teknik konstruksi reaktor yang lebih murah. Dengan ini, secara tekno-ekonomi akan dapat lebih diandalkan. Yang jelas, biogas selama ini telah dibuktikan di banyak negara sebagai bahan bakar yang murah karena berasal dari bahan baku limbah pertanian, perkebunan dan agroindustri.(gs.dw-adpkipt).

Ristek

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More