blog-indonesia.com

N 250 IPTN

Prototype pesawat pertama angkut penumpang dengan sistem fly by wire produksi IPTN, Bandung - Indonesia Teknologi

CN 235 MPA

Pesawat patroli maritim CN-235 produksi PT DI - Indonesia Teknologi

NC 212 MPA

Pesawat patroli maritim NC-212 produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

N 219

Pesawat karya anak bangsa, kerjasama BUMNIS diproduksi PT DI - Indonesia Teknologi

Drone LEN

Drone Bersenjata karya LEN - Indonesia Teknologi

Star 50

Kapal kargo 190 m dengan bobot 50.000 dwt merupakan kapal angkut terbesar pertama buatan Indonesia, produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

LPD KRI Banda Aceh

Kapal perang serba guna produksi PT PAL, Surabaya, merupakan kapal dengan panjang 125 m hasil desain anak bangsa dengan lisensi Korea - Indonesia Teknologi

SSV Filipina

Strategic Sealift Vessel produk ekspor kapal perang pertama PAL Indonesia - Indonesia Teknologi

KN Tanjung Datu 1101

KN Tanjung Datu 1101 Bakamla, kapal patroli 110m produksi PT Palindo

KRI I Gusti Ngurah Rai 332

PKR 10514 class, Kapal frigat produksi bersama PT PAL indonesia - Indonesia Teknologi

KN 321 Pulau Nipah

KN Pulau Nipah 321 Bakamla, kapal 80 m produksi PT Citra Shipyard, Batam

KRI Bung Karno 369

KRI Bung Karno 369 produksi PT Karimun Anugrah Sejati

KCR 60 KRI Tombak 629

Kapal Cepat Rudal-60 produksi PT. PAL, Indonesia. Merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

BC 60002

Kapal Patroli Bea dan Cukai produksi PT Dumas Tanjung Perak Shipyards. - Indonesia Teknologi

FPB 57 KRI Layang

Kapal patroli cepat berpeluru kendali atau torpedo 57 m rancangan Lurssen, Jerman produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

KCR 40 KRI Clurit

Kapal Cepat Rudal-40 produksi PT. Palindo Marine, Batam. Senilai kurang lebih 75 Milyar Rupiah, merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Torani 860

Kapal patroli 40 m produksi beberapa galangan kapal di Indonesia, telah diproduksi diatas 10 unit - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Tarihu

Kapal patroli 40 m berbahan plastik fiberglass produksi Fasharkan TNI AL Mentigi Tanjung Uban, Riau - Indonesia Teknologi

KRI Klewang

Merupakan Kapal Pertama Trimaran, produksi PT Lundin - Indonesia Teknologi

Hovercraft Kartika

Hovercraft utility karya anak bangsa hasil kerjasama PT. Kabindo dengan TNI-AD dengan kecepatan maksimum 40 knot dan mampu mengangkut hingga 20 ton - Indonesia Teknologi

Hovercraft Indonesia

Hovercraft Lumba-lumba dengan kecepatan maksimum 33 knot dan mampu mengangkut 20 pasukan tempur produksi PT Hoverindo - Indonesia Teknologi

X18 Tank Boat Antasena

Tank Boat Antasena produk kerjasama PT Lundin dengan Pindad - Indonesia Teknologi

Sentry Gun UGCV

Kendaraan khusus tanpa awak dengan sistem robotik yang dirancang PT Ansa Solusitama Indonesia - Indonesia Teknologi

MT Harimau 105mm

Medium tank dengan kanon 105 mm produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Badak FSV 90mm

Kendaraan tempur dengan kanon 90 mm cockeril produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Panser Anoa APC

Kendaraan angkut militer produksi PT Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Tank SBS Pindad

Kendaraan militer prototype Pindad - Indonesia Teknologi

APC PAL AFV

Kendaraan angkut pasukan amfibi hasil modifikasi dari BTR-50 PM produksi PT PAL, Surabaya sehingga meninggkatkan keamanan dan daya jelajahnya - Indonesia Teknologi

MLRS Rhan 122B

Kendaraan militer multilaras sistem roket Rhan 122B produksi PT Delima Jaya - Indonesia Teknologi

PT44 Maesa

Kendaraan angkut militer produksi Indonesia - Indonesia Teknologi

MCCV

Mobile Command Control Vehicle (MCCV) kerjasama dengan PT PT Bhinneka Dwi Persada - Indonesia Teknologi

Ganilla 2.0

Kendaraan khusus dapur lapangan produksi PT Merpati Wahana Raya - Indonesia Teknologi

Komodo 4x4

Kendaraan militer taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Maung 4x4

Kendaraan taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Turangga APC 4x4

Kendaraan militer taktis produksi PT Tugas Anda dengan chassis kendaraan Ford 550 - Indonesia Teknologi

GARDA 4x4

Kendaraan militer taktis hasil karya anak bangsa - Indonesia Teknologi

ILSV

Kendaraan taktis Indonesia Light Strike Vehicle (ILSV) produksi PT Jala Berikat Nusantara Perkasa - Indonesia Teknologi

P1 Pakci

Kendaraan taktis angkut pasukan P1 Pakci produksi PT Surya Sentra Ekajaya (SSE), berbodi monokok dengan mesin diesel 3000 cc milik Toyota Land Cruiser - Indonesia Teknologi

P2 APC Cougar

Kendaraan taktis angkut pasukan produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) dengan mesin diesel turbo bertenaga 145 hp - Indonesia Teknologi

P3 APC Ransus Cheetah

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

P6 ATAV

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

DMV30T

Kendaraan taktis Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T) menggunakan mesin diesel 3000 cc Ford Ranger produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

Mobil Hybrid LIPI

Prototipe mobil tenaga hybrid produksi LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Listrik MARLIP (Marmut LIPI)

Prototipe mobil Listrik karya LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Nasional Esemka Digdaya

Mobil hasil karya anak SMK Solo dengan rancangan dari China - Indonesia Teknologi

Teknik Sosrobahu

Struktur pondasi jalan layang yang dapat digerakan 90° sehingga tidak memakan banyak tempat dan merupakan desain anak bangsa - Indonesia Teknologi

Minggu, 31 Januari 2010

INDRA , Radar Pertama Buatan Indonesia

Radar INDRA-MXISRA (Indonesia Sea Radar)

Bandung - Ingin buktikan bahwa bangsa Indonesia tidak kalah dengan bangsa lainnya, Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET LIPI) dan PT Solusi 247 divisi Radar and Communications System (RCS) membuat radar maritim.

"Kita ingin gugah semangat bangsa Indonesia dan tunjukkan bahwa Indonesia bisa membuat radar," ujar Kepala Bidang Telekomunikasi LIPI-PPET Dr Mashury usai Seminar Radar Nasional III 2009 di ruang Embassy, Hotel Savoy Homman, Jalan Asia Afrika, Kamis (30/4/2009) sore.

Sejak tahun 2006, PPET LIPI telah mengembangkan dua versi radar. Yakni radar pengawas pantai dan radar navigasi kapal. Dalam pengembangannya, radar maritim tersebut diberi nama sementara Indonesian Radar (Indra).

Untuk membedakannya, radar navigasi kapal yang dikembangkan oleh PT Solusi 247-RCS diberi nama Indra-1 dan radar pengawas pantai yang dikembangkan oleh PPET-LIPI diberi nama Indra-2.

"Kedua radar ini menggunakan teknologi frequency-modulated continous wave (FMCW) sehingga konsumsi daya dan ukuran radar jauh lebih kecil ketimbang radar-radar yang ada dipasaran," ujar pria berkacamata ini.

Pada 24 Oktober 2008, tambah Mashury, uji coba terhadap Indra-1 dilakukan di radar test site di Cilegon Timur.

"Indra-1 berhasil mendeteksi dan mengukur jarak sebuah kapal yang sedang berlayar dengan akurat. Kita bangga dengan hasil ini. Ini bukti kita bisa membuat radar yang dibangun dan berfungsi dengan baik," ungkapnya.

Setelah lolos sejumlah tahapan tes, dalam kesempatan yang sama nama Indra-1 diganti menjadi Indonesia Sea Radar (Isra). Sedangkan Indra-2 saat ini masih dalam tahapan uji coba.

"Hari ini kita juga sekaligus meresmikan nama Isra untuk mengantikan nama Indra-1. Sedangkan nama Indra-2 nantinya akan menjadi Indera saat prototipe tersebut sudah diuji coba," terangnya.

Isra saat ini dilengkapi dengan fitur-fitur tambahan hasil kreasi anak bangsa. Fitur tersebut antara lain peta vektor, data sistem informasi maritim AIS (automatic identification system), data GPS dan data kompas yang terintegrasi dengan display. Ukuran kedua radar juga jauh lebih kecil.

"Kedua radar ini juga menggunakan teknologi frequency-modulated continous wave (FMCW) sehingga konsumsi daya dan ukuran radar jauh lebih kecil ketimbang radar-radar yang ada dipasaran," ujar pria berkacamata ini.(ern/ern)

Indra, difungsikan sebagai radar maritim, menggunakan teknologi frequency-modulated continous wave (FMCW), dengan daya pancar yang sangat kecil, yakni 1 Watt.

Berikut Spesifikasi lengkapnya :

Applications

Ships radar
Marine radar
Naval navigation

Key Features

Very low transmit power (“silent radar”)
State-of-the-art antenna technology and signal processing
Superior target detection, discrimination and localization capabilities
Covert operations ready

Specifications

Transceiver
Transmit power : 1 Watt
Frequency : X-band
Range scales : 48, 24, 12, 6, 3, 1.5, 0.75 NM
Location : Upmast (integrated with antennas)
Weight : 22 kg (antenna unit + turning mechanism – TX-RX unit)
Dimensions : 35 (w) x 45 (l) x 25 (h) cm (turning mechanism – TX-RX unit)

Antennas
Configuration : Separate TR-RX antennas
Type : Patch arrays
Beamwidth : Horizontal: 2°, Vertical: 20°
Rotation speed : Variable (max. 48 rpm)
Weight : 22 kg (antenna unit + turning mechanism – TX-RX unit)
Length : 1.2 m (4 feet)
Wind load : Relative wind 100 kt for 24 rpm and 70 kt for 48 rpm
Temperature : -25° C to +70° C

Radar Processor Unit
System : PC-based
Location : Downmast
Video output : VGA, adaptable to ARPA systems
Weight : 8 kg
Dimensions : 25 (w) x 30 (l) x 20 (h) cm
Temperature : -15° C to +55° C

Software
OS : Linux
Control : MATA (MAritime Tracking Aid)
User interface : Output: audio-visual, selectable menus and windows; Input: keypad with tracker ball

Power supply
Input : 110 / 220 V ac from vessel’s mains
Output : 12 V dc
Optional Uninterrupted Power Supply (UPS) unit available

Display unit
Resolution : Color VGA, 640 x 480 pixels

Control unit
Input control : Keypad with tracker ball
Temperature : -15° C to +55° C

Casing
All parts are protected by rust- and waterproof casing

Dalam sambutannya, perwakilan dari pihak Solusi 247 sedikit bercerita tentang perjalanan panjang Indra hingga tiba saatnya inaugurasi ini. Diawali dari tahun 2006, dimana Solusi 247 — perusahaan IT yang finansialnya tidak mau menggantungkan diri kepada bank, mendapat tawaran untuk merancang dan memproduksi radar, dimana piranti ini bukan merupakan produk industri yang banyak dikembangkan di Indonesia. Namun, dengan melihat pihak-pihak yang ikut turun tangan dalam proyek ini, yaitu IRCTR TU-Delft Belanda, ITB, UI, LIPI, akhirnya Solusi 247 menerima tawaran yang diajukan.

Prof. Leo Litghart, perwakilan dari IRCTR, turut menyampaikan dalam sambutannya, bahwa ia sangat senang dan bangga bisa turut serta dalam proyek Indra ini.

Melalui Indra, kita bisa membuktikan bahwa Indonesia telah memantapkan langkahnya untuk menjadi bangsa yang mandiri di bidang Hankam, dimana saat ini hampir 100% radar yang dioperasikan di Indonesia, baik radar pertahanan maupun radar sipil, merupakan produk luar negeri.

detik , worldpress

ROMPI TAHAN PELURU DENGAN PLATE KERAMIK

Kerjasama Balitbang Dephan dengan Balai Besar Keramik Bandung dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertahanan negara telah menghasilkan prototipe " Plate Keramik Rompi Tahan Peluru" yang telah memenuhi SST.
Plate telah lolos uji tembak dengan senjata AK-47 munisi STJ inti baja kal 7,62 mm dan SS-1 munisi STJ inti baja kal 5,56 mm, jarak tembak 25 m.

Hasil kerjasama dengan CV Fajar Indah telah menghasilkan Rompi Tahan Peluru Level III-A dan dengan Balai Besar Keramik menghasilkan Rompi Keramik Tahan Peluru Level IV

Selanjutnya Balitbang Dephan akan mengembangkan, meningkatkan dan mensosialisasikan RKTP Level IV yang siap digunakan untuk operasional TNI di medan tugas.



Persyaratan Taktis
- Rompi taktis tahan terhadap tembakan senapan laras panjang kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm
- Tahan terhadap tusukan dan bacokan

Persyaratan Teknis

Berat lengkap Rompi Taktis
1) S ≤ 4700 gram
2) M ≤ 5100 gram
3) L ≤ 5500 gram
4) LL ≤ 6000 gram

Aspek Kemampuan :

1 kondisi kering tidak tembus, dekokan skip penghalang ≤ 44mm

2 kondisi basah tidak tembus, dekokan skip penghalang ≤ 44 mm

Daya tahan tembus sajam :

1 tusukan tidak tembus
2 bacokan tidak tembus

Daya tahan sobek ≥ 5 kg
Daya tarik jahitan ≥ 5 kg
Kuat tarik kancing ≥ 0,75 kg
Daya serap air ≤ 30%

Mitra kerjasama dalam penelitian
Dalam melaksanakan litbang RKTP Level-IV, Balitbang Dephan bekerja sama dengan Balai Besar Keramik Bandung untuk pengolahan keramik, dengan Dislitbang TNI AD untuk pelaksanaan pengujian dan dengan CV Fajar Indah untuk pembuatan Rompi Tahan Peluru Level-III

Fungsi Rompi Tahan Peluru
- Melindungi personil dari tembakan di bagian tertentu
- Meningkatkan moril personil TNI dalam melaksanakan operasional di medan tugas

Keterangan :

1 Bentuk plate : segi empat, untuk Konstruksi sesuai
ditempatkan pada rompi bagian depan lengkungan dada.

2 Berat Plate 2,4kg

3 Bahan baku
a. Alumina Dalam Negeri
Bahan dopping dgn kode
1) T Luar Negeri
2) Z Dalam/Luar negeri
3) M Dalam Negeri
4) C Dalam Negeri

4 Bahan Pendukung
a. Kevlar Luar negeri
b. Fiber Dalam negeri
c. Binder Dalam negeri

5. Proses Casting & press

6. Uji Laboratorium Standard baku tahan peluru
a. Berat volume (Gr/Cm3) 3,83
b. Penyerapan Air (%) 0
c. Susut Bakar (%) 15,41
d. Kekerasan (Hohs) 8 - 9
e. Kuat Lentur (Kg/Cm3) >2308

7. Uji Balistik Sesuai SST Rompi Tahan Peluru
a. Senjata AK-47 MU kal 7,63 mm STJ Tidak tembus, Inti Baja deformasi 6 mm
b. Senjata SS-1 MU kal 5,56 mm STJ Inti Tidak tembus, Baja deformasi 4 mm

balitbang

Jumat, 29 Januari 2010

AS Tertarik Kerjasama dengan Indonesia di Bidang Iptek

26 Januari 2010

Ada kabar menarik dari Serpong, Tangerang. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima utusan Amerika Serikat Bruce Albert terkait kerjasama di bidang iptek. Dalam hal ini, pemerintah Amerika Serikat menawarkan pembentukan program perwakilan ilmiah (Science Envoys) yang memfokuskan pengembangan sumber-sumber energi terbarukan, adaptasi perubahan iklim, penanggulangan penyakit menular dan peningkatan pendidikan bidang iptek dan matematika.

Penawaran ini mengemuka sebagai tindak lanjut komitmen dari Amerika Serikat atas keberpihakannya terhadap dunia Islam. Dalam pidato yang bertajuk “New Beginning” di Kairo, Mesir, 4 Juni 2009, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengungkapkan keinginan negaranya menjalin kerja sama lebih erat dengan negara-negara muslim di dunia. Termasuk menjalin kembali hubungan bilateral bersama Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam terbesar di dunia.

Menarik? Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan pilihan berinvestasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, dengan pemahaman bahwa pengetahuan dan inovasi akan menjadi dasar kemakmuran ekonomi di berbagai negara era abad 21.

AS memprioritaskan Indonesia lantaran sebelumnya kedua negara tersebut pernah menjalin kerja sama di bidang iptek. Hampir 17 tahun lalu (1992), Prof Dr BJ Habibie yang saat itu menjabat Menegristek menandatangani kerja sama riset di bidang iptek dengan AS. Rentang waktu cukup lama, memang bagi Indonesia untuk ”belajar kembali” dari negara adidaya tersebut.

Dalam pertemuan di gedung AIPI Puspitek Serpong Tangerang tersebut, mantan Menegristek Prof. Dr BJ Habibie dan kalangan petinggi AIPI hadir mendampingi Presiden SBY. Di hadapan para pakar iptek tersebut, Presiden SBY juga menjanjikan akan meningkatkan anggaran riset penelitian mulai 2010 menjadi Rp 1,9 triliun. Sebelumnya anggaran untuk pengembangan riset dan teknologi dalam rentang 2004-2009 tidak bergeser dari angka Rp 1 triliun/tahun.

Komite Sistem Inovasi Nasional

Untuk meningkatkan pengembangan iptek di dalam negeri, Presiden SBY menegaskan secepatnya membentuk Komite Sistem Inovasi Nasional. Komite ini akan bekerja dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. ”Penguasaan iptek saat ini kian berperan menentukan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa. Penguasaan teknologi merupakan kerja terencana dan berkesinambungan yang membutuhkan perubahan pola pikir, investasi, insentif, dukungan kebijakan pemerintah, serta kolaborasi,” papar Presiden.

Menanggapi kenaikan anggaran ristek, mantan Menegristek yang juga mantan Presiden RI ke 3, Prof Dr BJ Habibie menegaskan sudah semestinya anggaran iptek ditingkatkan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing SDM. ”Anggaran tersebut dibutuhkan untuk menciptakan teknologi tepat guna bagi pasar domestik dan pasar Internasional. Teknologi yang mampu memproduksi barang sesuai jadwal, berkualitas tinggi dengan harga bersaing.”

Kendati demikian, mengingat keterbatasan anggaran dan prasarana pengembangan iptek, serta kendala tersedianya peneliti, lanjut Habibie, di masa depan pengembangan teknologi tepat guna (appropriate technology) dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan mitra asing.

Habibie juga menyinggung peran Badan Standardisasi Nasional (BSN) yang perlu lebih difungsikan dan disempurnakan dalam rangka meningkatkan produk yang berorientasi pada pasar domestik serta arus perdagangan bilateral dan multilateral. Termasuk, perhatian khusus terhadap Sistem Inovasi Nasional (SINAS). ”Untuk itu, perlu dibuat undang-undang yang menunjang DSN dan SINAS berdasarkan konsensus nasional,” ujarnya.

Disisi lain, lanjut Habibie, implementasi riset dan teknologi serta faktor penyediaan lapangan kerja, juga perlu mendapat perhatian lebih serius dan rinci. ”Prasarana dan lembaga riset dan teknologi milik pemerintah, BUMN, BUMNS perlu mendapat perhatian. Demikian pula penyediaan lapangan kerja melalui pembinaan usaha miko, kecil, menengah dank operasi diperhatikan dan dibina pula,” paparnya.

Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang pendiriannya diprakarsai BJ Habibie, pada 1960 , diharapkan pula dapat memberikan pendapat, saran, dan pertimbangan atas prakarsa sendiri atau permintaan, mengenai penguasaaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada Pemerintah serta masyarakat untuk mencapai tujuan Nasional. AIPI merupakan anggota dari InterAcademy Council yaitu suatu badan internasional yang merupakan kumpulan dari akademi ilmu pengetahuan seluruh dunia, seperti US Nasional Academy of Sciences, Chinese Academy of Sciences, Royal Netherlands Academy of Arts and Sciences (KNAW). Hasil kajian dari AIPI biasanya akan dibahas bersama dengan Dewan Riset Nasional untuk membantu merumuskan kebijakan riset yang kemudian direkomendasikan ke Presiden. *** Ap/L

technologyindonesia

Kamis, 28 Januari 2010

PUNA

BPPT-01A Wulung

JAKARTA - Teknologi penerbangan Indonesia selangkah lebih maju. Setelah meriset selama delapan tahun, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akhirnya berhasil menciptakan pesawat terbang tanpa awak. Kreasi asli putra Indonesia itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan operasi militer maupun sipil.

Litbang BPPT berhasil membuat prototipe PUNA (Pesawat Udara Nir-Awak) dengan tiga varian. Yaitu, varian Pelatuk, Gagak, dan Wulung dengan kelebihan masing-masing. ’’Sampai sekarang sudah ada sepuluh unit,’’ ujar Head of Air Platform Division BPPT Ir Akhmad Rifai di Jakarta (30/11/08).

Akhmad menjelaskan, PUNA merupakan cikal bakal pesawat intai asli rakitan putra Indonesia. Pesawat ini bisa digunakan untuk pemantauan dari udara, seperti pemetaan, pemantauan kebakaran hutan, mitigasi bencana, pencarian korban, hingga pengintaian musuh.

BPPT-02A Pelatuk

PUNA juga bisa digunakan untuk kasus-kasus darurat. ’’Misalnya, ada kasus kehilangan pesawat atau kapal. Maka, pesawat tanpa awak yang dapat dipasangi kamera ini sangat berguna dalam pencarian,’’ katanya.

BPPT fokus pada penyempurnaan sistem autonomous (waypoint) dan kemampuan manuver terbangnya. Beberapa pesawat yang siap mengudara, antara lain, BPPT-01A Wulung, BPPT-01B Gagak, dan BPPT-02A Pelatuk.

Tipe PUNA adalah :
close range
, digunakan untuk survailance dengan jangkauan 5-10 km.
medium range
dengan jangkauan sekitar 30 km.
long range
untuk jangkauan 200 km

PUNA merupakan pesawat otonomos dilengkapi kamera pengintai dan tidak dikontrol melalui remote.PUNA memiliki panjang badan empat meter dan panjang sayap tujuh meter dengan jangkau ketinggian yang cukup di atas udara.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Kusmayanto Kadiman mengatakan, BPPT sudah melakukan penelitian dan berhasil mengembangkan PUNA sebagai pesawat pengintai dari udara terhadap apa yang sedang terjadi di darat dan laut.

Ia mengatakan, PUNA nantinya akan digunakan oleh militer dan aparat kepolisian Indonesia dalam melakukan penyusupan terhadap aktivitas di daerah rawan konflik.

Pesawat PUNA juga dilengkapi kamera mini untuk memotret kejadian di lapangan dan melaporkan kepada pihak terkait sebagai barang bukti.

Selain itu, BPPT juga mengembangkan dua pesawat pengintai mini tipe lain yakni pesawat Sriti seberat 10 kilogram (kg) dan pesawat pengintai yang dinamai Alap-Alap dengan berat 25 kg, untuk memantau perairan laut Indonesia.

ANTARANews

Rabu, 27 Januari 2010

Saturn

Subchan dan Saturn (Foto: Subchan/Pool)

Oxfordshire
– Putera Indonesia Dr Subchan bersama tim Stellar meraih Ministry of Defence (MOD) Prize pemerintah Inggris untuk inovator tempur dan mendapat RJ Mitchell Trophy.

Subchan dan timnya menyingkirkan 6 tim lainnya yang masuk kualifikasi ke final kompetisi MOD’s Grand Challenge dari total 23 tim peserta.

“Tiga tim pada akhirnya menyerah sebelum bertanding karena ketidakmampuan sistem yang mereka buat,” tutur Subchan kepada detikcom, Selasa malam atau Rabu (20/8/2008) WIB.

Ditambahkan bahwa pada rentang 8-19/8/2008 merupakan hari-hari implementasi sistem hasil rancangan. Sebanyak 11 tim turun untuk melakukan pembuktian sistem mereka, mampu atau tidak melakukan apa yang diminta Dephan Inggris.

“Dari 11 tim hanya 6 tim yang akhirnya masuk final. Termasuk tim saya, Stellar, yang akhirnya menjadi pemenang,” ujar Subchan, dosen ITS yang saat ini sedang menempuh Post Doctoral di Cranfield University, Defence College of Management and technology, Defence Academy of the United Kingdom Informatics and Sensors.

Rancangan tim Stellar yang diberi nama Saturn, dinyatakan sebagai pemenang karena dinilai memiliki sistem terbaik untuk mengidentifikasi ancaman yang dihadapi pasukan Inggris dalam operasi-operasi militer saat ini.

Saturn menggunakan sistem terpadu berupa satu perangkat yang bisa terbang tinggi dan satu mini Unmanned Aerial Vehicle (UAV) serta Unmanned Ground Vehicle (UGV) dengan sebuah stasiun kontrol pengolah data visual, termal dan sensor radar.

Menteri Perlengkapan dan Logistik Pertahanan Baroness Ann Taylor memuji Subchan dan timnya telah mengikuti jejak RJ Mitchell, seorang inovator besar pertahanan Inggris.

“Kami bangga untuk menobatkan Tim Stellar sebagai pemenang kompetisi paling prestisius Dephan Inggris bidang inovator tempur. Tipe visi dan dedikasi seperti inilah yang telah membuat Inggris pemimpin dunia di bidang sains dan teknologi,” demikian Taylor seperti juga dimuat di website Dephan Inggris.(es/es)

detiknews

Selasa, 26 Januari 2010

Mobil Robot Militer Masa Depan

Morolipi (Foto: Pikiran Rakyat)

JAKARTA : Mobil robot penjinak bom (Moro)-V.1 produk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditargetkan pada 2009 sudah mampu membantu tugas militer. Kendati, pada awalnya Morolipi hanya ditargetkan membantu tugas pasukan Gegana dalam mendeteksi dan menjinakkan bom.

“ Paling tidak, ditargetkan pada 2009 mendatang, prototipe robot yang awalnya hanya ditujukan untuk membantu tugas pasukan Gegana dalam mendeteksi dan menjinakkan bom itu bisa membantu tugas militer. Karena target utama penggunaan mobil robot ini untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. Jadi, mobil ini harus mampu menjalankan beberapa fungsi pertahanan dan keamanan guna membantu tugas militer,” ujar Dr Eng Estiko Rijanto, peneliti Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI.

Estiko Rijanto menjelaskan, bak mobil robot yang digunakan oleh militer Amerika Serikat (AS) dalam invasi ke Irak, Morolipi juga akan diinovasi guna menjalankan fungsi yang sama. Meskipun untuk mencapai tahap ini, dibutuh kreasi dan keseriusan untuk mewujudkannya, termasuk pendanaan. “Pada 2008 mendatang, penelitian dan inovasi terhadap robot ini akan dilanjutkan kembali setelah pada 2007 ini sempat terhenti karena terkendala pendanaan,” ujarnya.

Hal menarik, Morolipi tidak sekadar bisa berjalan di atas tanah datar saja, tapi dapat naik-turun tangga. Nantinya, mobil robot ini disiapkan sebagai salah satu peralatan militer, sebagai mobil robot yang maju di garda depan kancah pertempuran, robot pengintai, bahkan untuk membantu pasukan anti huru-hara mengatasi kerusuhan. “Inovasi dan kreasi baru sedang disiapkan oleh para peneliti untuk semakin menyempurnakan kinerja mobil robot yang dioperasikan menggunakan joystick ini,” ujarnya.

Terkait masalah harga, Estiko menjamin mobil robot ini bisa lebih murah hingga 50% dibanding mobil robot penjinak bom impor yang kini mencapai harga sekitar Rp1 miliar per unit. “Diupayakan semua onderdil yang dibutuhkan untuk merakit mobil robot yang dikendalikan secara jarak jauh ini bisa didapatkan dari produk lokal,” ujarnya. Meskipun untuk beberapa komponen tertentu, pihaknya masih harus mengimpor beberapa onderdil, seperti motor listrik dan sabuk bergigi dua muka.

Morolipi merupakan prototipe mobil robot penjinak bom yang telah dikembangkan LIPI sejak 2004. Mobil robot ini dapat dioperasikan dari jarak jauh memakai kabel untuk menjinakkan bom dengan cara memotong kabel listrik rangkaian pemicu ledakan bom. Operator dapat mengoperasikan mobil robot itu dari jarak maksimal 6 km menggunakan joystick dengan cara melihat gambar di monitor komputer yang dikirim oleh video yang terpasang di mobil tersebut.

Prototipe teknologi itu telah didaftarkan hak kekayaan intelektualnya (HKI) dengan nomor pendaftaran paten P00200500585 (17 Oktober 2005) dan pendaftaran paten P00200600696 (30 November 2006). Namun, lanjut dia, dukungan masih diperlukan untuk melakukan penyempurnaan teknis melalui kegiatan penelitian dan pengembangan selama 1–2 tahun ke depan, agar prototipe mobil tersebut siap ditransfer ke industri swasta dan BUMN atau pengguna lainnya, seperti POLRI dan TNI. Morolipi-V.1 yang sudah berhasil dikembangkan tim peneliti LIPI memiliki spesifikasi lebar 1 x 1 meter dengan tinggi 90 cm dan berat 80–100 kg. Mobil robot ini memiliki dua ruas lengan yang dapat berputar bebas ke lima arah sehingga bisa menekuk. Masing-masing ruas lengan panjang 70 cm dan bisa bergerak 360 derajat.

Tinggi Morolipi-V.1 ini mencapai 1,5 meter, dan didukung elemen- elemen kerja berupa artikulator, pengontrol artikulator, kamera biasa, dan inframerah yang akan mengirimkan gambar lapangan secara nirkabel ke operator melalui layar komputer serta gripper sebagai alat penjepit dan pemotong kabel.

Rangkaian elektronik penggerak mulai kontak dengan roda penggerak, lengan, kopling elektronika mekanisme melewati tangga, serta pengontrol supervisor untuk memudahkan pengoperasian. Dalam suatu uji coba Morolipi dapat memotong kabel berukuran 2 mm yang mengalirkan arus listrik itu sebelum sampai ke bahan peledak.

Kecepatan robot itu menjinakkan bom sangat tergantung dari kecepatan operator mengendalikannya. Bahan bakar yang digunakan untuk menggerakkan robot, yaitu aki listrik. Selain memiliki empat roda vespa delapan inci, robot itu juga dilengkapi sabuk roda, yang membantu robot itu menaiki tangga tanpa harus terpeleset. Kecepatan geraknya sama seperti kecepatan jalan manusia, yaitu 3 meter per detik. “Dari jarak 6 km, robot penjinak bom itu bisa dioperasikan. Jarak tersebut cukup aman untuk menjinakkan bom,” ujarnya. (Abd/Lea)

technologyindonesia

Senin, 25 Januari 2010

Industri Rumah membuat komponen pesawat terbang

UAV Produksi PT Globalindo Tech.

Pabrik pesawat Industri rumahan itu berada di Indonesia, tepatnya di Jalan Aeromodelling 4, Arcamanik, Bandung Timur. (di halaman sebuah rumah penduduk)

Memang bukan pesawat terbang biasa yang bisa mengangkut penumpang, tetapi industri rumahan pembuat pesawat tanpa pemandu yang disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Dibilang pesawat mini juga tidak, sebab UAV ini punya bentangan sayap 3 meter, panjang badan 2,6 meter, dan berat 20 kilogram, termasuk kamera di dalamnya. Terbuat dari bahan fiberglass yang dicetak di pabrik itu, UAV dapat terbang pada ketinggian 1.000 meter selama 2 sampai 3 jam dengan kecepatan maksimal 150 kilometer per jam.

Berbeda dengan pesawat remote control manual, UAV yang bertenaga listrik 12 volt dapat terbang mandiri berkat navigasi GPS yang sudah ditanam di tubuhnya. Pengendali jarak jauh dua tongkat dengan enam saluran hanya digunakan saat pesawat take off dan landing. Selebihnya, ia terbang mandiri mencari titik-titik koordinat yang sudah ditentukan sebelum ia terbang dengan menggunakan peta gratisan Google Earth.

Aplikasi UAV tidak berhenti pada pemantauan kebakaran hutan, pencarian korban kecelakaan, pengamatan lalu lintas maritim, pencarian kandungan mineral bawah tanah, atau pengawasan titik semburan lumpur Lapindo, misalnya, tetapi bisa dikembangkan untuk keperluan pesawat mata-mata.

Di rumah penduduk yang sebagian halamannya dijadikan pabrik, diproduksi pula belasan tipe pesawat terbang aeromodelling untuk olahraga dan hobi, mulai pesawat helikopter sampai pesawat tempur, yang dikerjakan oleh 12 teknisi lulusan STM.
Harga per pesawat Rp 15 juta hingga Rp 25 juta. Namun, bisnis inti yang serius digarap adalah UAV.

Saat wartawan Kompas berkunjung ke industri rumahan pesawat terbang itu, satu UAV pesanan sebuah lembaga riset Malaysia sudah selesai dibuat.
Tanggal 24 Desember 2007, UAV yang kemudian diberi nama Kujang ini berhasil menjalani tes terbang di Lanud Sulaeman, Bandung.
Kujang—yang merupakan senjata khas Sunda—mengudara selama 30 menit, berhasil menelusuri rute yang ditentukan tanpa kendali radio, sampai mendarat selamat.

Kembangkan logika
Siapa otak di balik lahirnya UAV yang berteknologi tinggi made in Arcamanik ini? Dialah Endri Rachman, pelarian PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang sejak delapan tahun lalu hijrah ke Malaysia untuk mengembangkan keahliannya sebagai pensyarah alias dosen.

Kompas masih mencatat ucapan pria lulusan S-2 Technical University of Brunswick, Jerman, spesialis model autopilot ini saat ditemui satu tahun lalu. ”Saya ingin memproduksi UAV dengan logika autopilot di Indonesia, tepatnya di Bandung,” katanya (Kompas, 29/12/2006). Rupanya ia membuktikan ucapannya itu!

Tidak nasionalis? ”Terserah orang mau bilang apa. Saya ini warga negara Indonesia. Kalau saya tidak nasionalis, saya pasti tidak akan membangun pabrik pesawat ini di Arcamanik, tetapi di Malaysia. Adanya pabrik pesawat ini justru agar Malaysia tidak mengklaim UAV yang saya kembangkan sebagai miliknya,” kata Endri saat ditemui di kantor pengembangan peranti UAV di sebuah ruko di Jalan Cihampelas, Bandung.

Untuk mewujudkan niatnya, Endri bersama rekan-rekan alumni IPTN mendirikan PT GTSI dengan modal awal yang menurut dia tidak sampai Rp 300 juta. Di lantai dua ruko bekerja teknisi pesawat terbang yang rata-rata jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan IPTN. Ada Asep Permana, jebolan Jerman dan IPTN di pengembangan bisnis. Ada Widyawardana, jebolan Teknik Elektro ITB di pengembangan sistem avionic UAV. Juga ada Muhajirin, manajer drawing yang mendesain rekayasa bentuk UAV. Endri sendiri bertindak selaku direktur utama.

Mengapa dengan modal yang tidak bisa dibilang besar Endri dan kawan-kawan berani melakukan langkah besar dengan mendirikan pabrik UAV di Indonesia? Jawabannya adalah ”nama besar”, yakni nama besar Endri sebagai inovator pesawat yang laku dijual di Malaysia. Orang Malaysia yang memesan UAV pertamanya pun berani memberi panjar 70 persen dari harga UAV.

Widyawardana mengakui, mesin masih didatangkan dari Amerika Serikat. Namun ke depan, katanya, PT GTSI sudah siap merancang mesin untuk UAV. Yang dikerjakan para teknisi di lantai dua ruko itu hanya rancang bangun dan pengembangan peranti lunak dan peranti keras yang akan ditanamkan di UAV.

”Yang kami kembangkan adalah logika. Dengan demikian, kalau bicara software bukan hanya untuk UAV saja. Umumnya bisa diterapkan pada benda bergerak lainnya, seperti kapal selam tanpa awak atau bahkan peluru kendali yang tidak bisa terjangkau pandangan mata,” katanya.

Kumpulan ”teknopreneur”
Asep dan kawan-kawan di PT GTSI punya cita-cita besar, yakni menghimpun kembali para alumnus IPTN yang kini banyak berserakan di medan usaha di luar pesawat terbang sekadar, yang disebutnya ”teknopreneur”. Sudah bukan rahasia umum, selepas IPTN goyah seiring selesainya BJ Habibie mengabdi di pemerintahan, para teknisi andal IPTN banyak terserak (diaspora) di beberapa tempat.

Sebagian besar lari ke luar negeri, seperti halnya Endri ke Malaysia. Ada pula yang bertahan di dalam negeri. Asep menyebut beberapa nama, antara lain Husin, ahli helikopter andal, yang kini menjadi anggota DPRD Jawa Barat. Juga ada Lian Darmakusumah, mahasiswa terbaik lulusan aeronotika Perancis, yang kini berwirausaha.

Untuk mewujudkan langkah itu, PT GTSI mengakuisisi sebuah bengkel yang sebelumnya hanya mengerjakan pesawat aeromodelling. Pesawat kendali untuk hobi ini tetap dipertahankan. Pilihan mengembangkan UAV tidaklah keliru. Endri mengaku sudah menerima pesanan baru, juga dari Malaysia, untuk mengerjakan Kujang 2.

Perusahaan ini pun siap membuka cabang di Malaysia, sekadar mendekatkan diri kepada konsumen. Negara lain yang berpotensi sebagai pemesan adalah negara-negara Arab, seperti Uni Emirat Arab, yang sudah menyatakan minatnya memesan UAV.

”Pesanan boleh datang dari mana pun, tetapi pabrik UAV tetap harus ada di sini, di Arcamanik ini,” kata Endri.

KOMPAS

Minggu, 24 Januari 2010

NC-212

Pesawat angkut NC-212 adalah Pesawat sayap tetap yang pertama kali dibuat PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI). BJ Habibie memulai era baru dirgantara Indonesia melalui pesawat ini, karena dari pesawat 18 penumpang hasil transfer teknologi CASA Spanyol ke PT. DI inilah pesawat-pesawat lebih modern seperti CN-235 keluar dari hangar PT. DI. Di dalam negeri, NC-212 digunakan oleh seluruh angkatan, baik TNI AD, TNI AL, maupun TNI AU sebagai penerjun pasukan, angkut logistik, ambulance udara, dan maritime patrol. Untuk versi sipilnya NC-212 banyak digunakan oleh penerbangan perintis seperti Merpati atau Pelita Air. Pesawat ini juga dilengkapi ramp door untuk pengiriman kargo.
PT. Dirgantara Indonesia adalah satu-satunya perusahaan pesawat yang mempunyai lisensi untuk membuat pesawat jenis ini di luar pabrik pembuat utamanya.

Sejarah

Pada akhir 1960-an, Angkatan Udara Spanyol masih mengoperasikan pesawat kuno Junkers JU 52 dan Douglas C 47. CASA merancang C-212 sebagai alternatif modern, prototipe pertama terbang pada 26 Maret 1971. Pada 1974, Angakatan Udara Spanyol memutuskan untuk membeli C-212 untuk memordenisasi armadanya.

Ketika maskapai penerbangan sipil melihat keberhasilan tipe ini pada operasi militer, CASA membuat versi komersial sipil yang dikirim pertama kali pada bulan Juli 1975. Sampai 2006 masih tercatat beberapa pesawat ini masih operasional di seluruh dunia termasuk Merpati untuk jalur perintis di Timur Indonesia.

Ada beberapa varian C-212, mereka adalah:
Seri 100

NC212-100 (Foto AIRLINERS.NET)
  • C-212A - versi produksi militer orisinal. Dikenal juga dengan C-212-5, C-212-5 series 100M, dan oleh Angkatan Udara Spanyol sebagai T-12B and D-3A (untuk pesawat medevac) diproduksi 129 buah
  • C-212AV - versi transportasi VIP, T-12C
  • C-212B - 6 C-212A pra-produksi dikonversi untuk misi photo reconnaisssance , TR-12A
  • C-212C - versi sipil orisinal
  • C-212D - 2 C-212A pra-produksi dikonversi untuk keperluan pelatihan navigasi, TE-12B.
  • NC-212-100 - Diproduksi di bawah lisensi di Indonesia sejak 1976, PT. Dirgantara Indonesia memproduksi 28 NC-212-100 sebelum beralih ke NC-212-200.
Seri 200

NC212-200 MPA TNIAL (Foto Indoflyer)

Versi lebih panjang dengan mesin baru diperkenalkan pada tahun 1979. CASA C-212-200 juga populer sebagai pesawat skydiving , dikenal karena mempunyai kapasitas besar, menanjak dengan cepat dan pintu keluar belakang yang besar.

  • C-212 seri 200M - versi militer; dikenal juga dengan nama T-12D di Spanyol dan Tp 89 untuk Angkatan Udara Swedia. SpesialisASW dan maritime patrol aircraft juga diproduksi untuk versi ini.
  • NC-212-200 - C-212-200 - dibuat di bawah lisensi oleh PT. Dirgantara Indonesia.

Seri 300

Versi produksi standar mulai dari tahun 1987. Dilengkapi winglet untuk performa lebih baik.

  • C-212-M seri 300 atau Seri 300M - versi militer
  • C-212 seri 300 airliner - pesawat regional 26 kursi
  • C-212 seri 300 utility - versi penggunaan sipil 23 kusi
  • C-212 seri 300P - versi penggunaan sipil dengan mesin Pratt & Whitney Canada PT6A-65
Seri 400

NC212-400

Versi yang sedikit lebih besar, pertama kali terbang tahun 1987.
Kode militer Amerika Serikatnya adalah C41.


Ciri Ciri Umum
  • Kru: Dua pilot
  • Kapasitas: sampai 20 pasukan, 12 liter, atau kargo 2.820 kg
  • Panjang: 16,15 m
  • Bentang sayap: 20,28 m
  • Tinggi: 6,60 m
  • Area sayap: 41 m²
  • Berat kosong: 4.400 kg
  • Berat isi: kg ( kg)
  • Maksimum Takeoff (MTOW): 8.000 kg
  • Tenaga Penggerak: 2x Garrett AiResearch TPE-331-10R-513C, masing-masing 690 kW (925 shp)
Performa
  • Kecepatan maksimal: 370 km/j (230 mpj)
  • Jarak: 1.433 km (895 mil)
  • Ketinggian maksimal: 7.925 m (26.000 kaki)
  • Daya tanjak: 497 m/menit (1.630 kaki/menit)
  • Wing loading: kg/m² ( lb/kaki²)
  • Power/berat: kW/kg ( hp/lb)
Persenjataan
  • Sampai 500 kg (1.100 lb) senjata pada 2 cantelan. Biasanya, pod senapan mesin atau peluncur roket.
Operator Militer
  • Afrika Selatan
  • Amerika Serikat
  • Angola
  • Argentina
  • Bolivia
  • Myanmar
  • Chad
  • Chili
  • Djibouti
  • Guinea Khatulistiwa
  • Guinea
  • Ghana
  • Indonesia
  • Kolombia
  • Lesotho
  • Meksiko
  • Nikaragua
  • Panama
  • Paraguay
  • Perancis
  • Portugal
  • Spanyol
  • Swedia
  • Sudan
  • Suriname
  • Thailand
  • Uni Emirat Arab
  • Uruguay
  • Venezuela
  • Yordania
  • Zimbabwe
Setelah melakukan kontrak kerja sama dengan EADS CASA, November 2006, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kini telah mengantongi lisensi sebagai produsen dan perakit pesawat C212-400 dengan dilengkapi seluruh fasilitas produksi yang didapat dari San Pablo.

CASA Memindahkan Fasilitas Produksi C212-400 Ke PT DI


PT Dirgantara Indonesia (Persero) satu-satunya industri pesawat terbang yang ada di dunia yang direkomendasi EADS CASA (Spanyol) untuk memproduksi pesawat C212-400. Untuk merealisasikan program pembuatan pesawat jenis propeler ini maka seluruh fasilitas produksi yang ada di CASA akan dipindahkan ke PT Dirgantara Indonesia yang berlokasi di Bandung.

Menurut Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Budi Santoso, dengan adanya pemindahan fasilitas produksi dari CASA ke PTDI tentunya semua pesanan melalui EADS CASA (Spanyol) maka pembuatan pesawat C212-400 dilaksanakan di Bandung. "Berapa banyakpun EADS CASA menjual pesawat ini, pembuatannya tetap di PTDI," ujar Budi Santoso di sela-sela penandatanganan MoU Pembelian 10 unit pesawat C212-400 antara PTDI-MNA di Kantor Kementerian BUMN, Senin (28/1).

Sementara itu di tempat yang sama, disaksikan Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, PTDI menandatangani fasilitas kredit senilai US$100 juta, dari Bank BNI (US$50 juta) dan dari Bank BRI (US$50 juta). (Ant/OL-03)


Wikipedia , Kompas

Sabtu, 23 Januari 2010

IPTEK TTG : TEROPONG BIDIK MALAM SENAPAN













Teropong Bidik Malam [FOTO Defense Studies]


Kemampuan Indonesia di bidang pertahanan dan keamanan memang sudah sepantasnya disejajarkan dengan negara-negara asing. Buktinya banyak peralatan yang mendukung pertahanan dan keamanan bangsa yang bisa dibuat di dalam negeri oleh putra bangsa. Salah satu contohnya adalah Teropong Bidik Malam Senapan (TBMS), buatan para ahli di Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi, dan Metrologi (Puslit KIM) LIPI.

Menurut Ahmad Harimawan, Peneliti Instrumentasi di Puslit KIM LIPI, TBMS ini dirancang khusus untuk membidik/menembak tepat dan pengamatan pada malam hari. TBMS ini terdiri dari rumah utama (Housing) yang didalamnya terpasang unit lensa obyektif, Image Intensifier generasi 2 yang digabungkan dengan sumber tegangan, dan unit Ocular. Alat ini memiliki kemampuan untuk melihat obyek yang berada pada sumber cahaya yang sangat minim sekalipun, pemakai dapat melihat dan mengamati sasaran tanpa menggunakan bantuan cahaya buatan sehingga tidak mudah terdeteksi oleh musuh.

TBMS ini terutama dirancang untuk digunakan pada senapan infantri TNI seperti type SS1 yang sudah diproduksi 120 unit untuk digunakan di Papua pada thn 2004 dengan senapan mesin dan adaptor yang sesuai. Kalau untuk kalangan Sipil digunakan untuk survey dan penelitian pada waktu malam hari. TBMS sudah teruji kehebatannya. Kemampuan jarak pandang tergantung cuaca alam sekitar. Mis. Kalau ada binatang, bisa dideteksi hingga 300 meter.

LIPI juga sudah membuat Teropong Bidik Siang, dan saat ini sedang mengembangkan teropong bidik generasi keempat yang sudah dibuat para ahli di Puslit KIM LIPI. Generasi pertama dari Teropong Bidik Malam ini, sudah terbukti ketangguhannya ketika TNI berperang melawan Fretlin di Timor-Timur.

Yang membanggakan, lensa optic yang digunakan pada TBMS ini benar-benar dibuat sendiri oleh para ahli LIPI. “Kualitasnya pun sudah sejajar dengan alat yang diimpor dari luar negeri, diantaranya:

-Tahan udara lembab dan kedap air (standard spesifikasi militer)

-Tahan terhadap getaran tembakan 500 butir peluru (perubahan kedudukan fisir/titik bidik maksimum 1 klik).

TBMS juga dapat digunakan dengan dipegang langsung atau dengan tripod. Dan yang terpenting lagi, dari aspek kemampuan SDM, kita kuat”, tegas Harimawan.

Namun menurut Harimawan, TBMS masih mempunyai kelemahan, yaitu tidak mampu menembus kabut Hal ini akan terus dicari solusinya oleh para ahli LIPI. Kendala lain yang ditemui para ahli kita di LIPI selama mengembangkan TBMS ini, diantaranya kenadala teknis dan juga sosialisasi dari pengembangan industri TBMS. Untuk produksinya masih mengalami hambatan kekurangan dana, dan untuk sosialisasinya harus mengikuti prosedur/ birokrasi.

Yang jelas akan ada banyak teknologi yang akan dikembangkan dalam pembuatan TBMS ini nantinya. Tentu saja, para ahli di LIPI menginginkan perkembangan ini akan menambah daya guna bagi TBMS.

Akhirnya, Harimawan, mewakili para ahli di LIPI mengharapkan support dari pemerintah. Diharapkan pemerintah membentuk industri teknis untuk mensupport hasil/produk peneliti, khususnya produk Hankam. Mis. Dengan membuat Industri Strategis. Diharapkan juga Kementerian Ristek dapat mendiseminasikan iptek kepada instansi terkait untuk dapat dikembangkan lebih lanjut, supaya tidak sia-sia. (gs.y-adpkipt)

Ristek

Jumat, 22 Januari 2010

Telkom & LAPAN Genjot Teknologi Satelit

Jakarta - PT Telkom Tbk (Persero) menggandeng Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk kerjasama di bidang pengembangan dan pemanfaatan teknologi satelit dan produk lainnya.

Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansayh dan Kepala LAPAN Adi Sadewo Salatun di kantor Telkom, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (22/1/2010).

Menurut Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia, tahap awal kerjasama itu adalah penyertaan personil LAPAN untuk mengikuti program internship pada pabrik satelit Telkom-3 di Rusia.

"Selain itu, kerjasama ini juga mencakup pemanfaatan data Citra-Satelit yang disediakan LAPAN untuk kebutuhan Telkom," katanya.

Telkom juga akan memanfaatkan fasilitas Telemetry Tracking and Command (TT&C) milik LAPAN untuk back-up operasi pengendalian Satelit Telkom-1, 2 dan 3 dalam kondisi darurat, serta kerjasama desain dan perencanaan sistem satelit komunikasi GEO maupun LEO.

Menurutnya, tanggal 30 Januari 2010 mendatang, sebanyak dua tenaga ahli LAPAN dan 5 orang dari Telkom akan berangkat ke Zhelesnogorsk, Krasnoyarsky, Rusia untuk mengikuti internship selama 18 bulan.

Keterlibatan tenaga LAPAN ini memiliki keuntungan bagi kedua belah pihak, di antaranya pertukaran teknologi di bidang satelit dan roket, meningkatkan realibility pengendalian satelit milik Telkom dengan pemakaian stasiun TT&C LAPAN di Biak dan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap kemampuan dan kehandalan operasi pengendalian satelit Telkom.( ang / ash )

detikInet

Kamis, 21 Januari 2010

Anak Bantul Membuat Roket

VIVAnews -- Ardi Ahmad Syarif, pelajar SMP di Kabupetan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta akan mewakili Indonesia dalam lomba roket air tingkat Internasional yang akan berlangsung di Bangkok, Thailand pada 25 Januari 2010 mendatang.

Pelajar kelas II, SMP Negeri 1, Kasihan Bantul, Yogyakarta ini mewakili Indonesia setelah menjadi pemenang pertama lomba roket air tingkat nasional yang digelar pada tanggal 29 Oktober 2009 di Lapangan Trirenggo, Kabupaten Bantul dengan menyingkirkan 59 finalis dari seluruh Indonesia.

Rencananya, Ardi Ahmad Syarif akan berangkat ke Bangkok, Thailand pada tanggal 22 Januari 2010 besok didampingi oleh guru pembibingnya dan perwakilan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

"Ini prestasi yang sangat membanggakan bagi Kabupaten Bantul karena salah satu putra terbaik dari Bantul memakili Indonesia dalam ajang lomba roket air tingkat dunia," ujar Idham Samawi, Bupati Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY), Kamis, 21Januari 2010

Meski seluruh biaya akomodasi dan segala fasilitas lainnya nantinya ditanggung pemerintah pusat, namun Pemkab Bantul tidak akan tinggal diam. Selain doa, Pemkab juga akan memberikan uang saku kepada Ardi Ahmad Syarif. "Kami berharap, Ardhi nantinya dapat membawa harum nama bangsa Indonesia ketingkat Internsional," ujarnya.

Ardi Ahmad Syarif sendiri ketika ditanya target saat lomba roket air di Bangkok, Thailand menyatakan tidak penya target tertentu, namun targetnya adalah membawa harum nama Kabupaten Bantul khususnya dan Bangsa Indonesia. "Kalau saya sudah memasang target nantinya saya tidak bisa berkonsentrasi dalam pelaksanaan lomba," tuturnya

Lebih lanjut Ardi menyatakan untuk persiapan lomba di Bangkok, dirinya selama dua minggu ini terus melakukan latihan setiap pagi maupun sore setalah jam sekolah selesai dibawah bimbingan guru pembibingnya yaitu Bapak Warjiyo.

Suwarno ayah dari Ardi Ahmad Syarif menyatakan, kreativitas anaknya sudah terlihat sejak kanak-kanak. Ia mencontohkan bawah putra dapat merangkai alat penjepit jemuran (jepitan baju) menjadi mainan robot-robotan ataupun mainan yang menyerupai pesawat terbang.

VIVANews

Rabu, 20 Januari 2010

TNI AL Buat Kapal Cepat Rudal di Batam

Senin, 18 Januari 2010 | 02:54 WIB

Batam, Kompas - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut memesan kepada perusahaan perkapalan PT Palindo Marine Shipyard di Batam, Kepulauan Riau, untuk membuat kapal cepat rudal. TNI AL membutuhkan 22 kapal cepat rudal untuk memenuhi kebutuhan minimal dalam 15 tahun mendatang.

Hal itu dikatakan Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Madya Agus Suhartono saat mengunjungi pabrik pembuatan kapal cepat rudal (KCR) di PT Palindo Marine Shipyard (PMS), Batam, Sabtu (16/1).

Agus menjelaskan, kini TNI AL baru memesan satu KCR di PT PMS. Namun, sampai 2014, ditargetkan empat KCR dapat dibuat. ”Tetapi, itu bergantung pada anggaran dan proses lelang,” katanya.

Menurut Agus, nilai proyek pembuatan satu KCR yang dilengkapi alat navigasi dan komunikasi mencapai Rp 60 miliar. Namun, sistem persenjataan, seperti meriam dan rudal, dilengkapi kemudian oleh TNI AL.

Nilai pengadaan persenjataan untuk KCR, kata Agus, mencapai 20 juta dollar Amerika Serikat. Untuk pengadaan sistem persenjataan KCR, TNI AL akan memesan dari China atau Korea.

KCR yang dibuat di PT PMS sepanjang 43 meter dengan kecepatan maksimal 28 knot. Kerangka dan lambung KCR dibuat dari besi baja. Daya tampung bahan bakar sebanyak 50 ton. Adapun material bangunan atas dibuat dengan bahan aluminium. Proses pembuatan satu KCR selama 12 bulan.

Agus menambahkan, pemerintah berkomitmen mengembangkan industri pertahanan dalam negeri. Karena itu, industri perkapalan di dalam negeri harus dapat membuat kapal yang diinginkan TNI AL.

Dalam kesempatan tersebut, Managing Director PT PMS Harmanto mengungkapkan, PT PMS adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau swasta nasional. PT PMS selama ini memproduksi kapal cepat.

Menurut Harmanto, karyawan PT PMS sebanyak 300 orang. Selain pesanan dari TNI AL, PT PMS juga melayani pesanan kapal cepat dari mancanegara, terutama Singapura. Dengan adanya pesanan yang banyak, jumlah tenaga kerja pun saat ini ditambah menjadi sekitar 500 orang. (FER)

KOMPAS

Selasa, 19 Januari 2010

SEAMON

Seamon merupakan sistem pemantau situasi perairan sebuah wilayah yang melibatkan peralatan pemantauan (surveillance) yang dipasang pada wilayah tersebut, baik permanen (fixed) maupun bergerak (mobile) di atas kapal misalnya, berikut piranti lunak pendukungnya. Data yang tertangkap peralatan pemantauan dapat dimonitor secara lokal di tempat peralatan dipasang maupun dikirim ke tempat lain, misalnya di pusat komando, untuk dimonitor secara remote dan terpadu.

Peralatan pemantauan yang digunakan pada sistem ini adalah radar permukaan (surface radar), Automatic Identification System (AIS), dan kamera jarak jauh. Data dari ketiga peralatan ini, baik diperoleh secara otomatis maupun manual, diproses dengan aplikasi Data Processing menjadi sekumpulan data dengan format dan struktur tertentu sehingga mudah ditransmisikan ke tempat lain, baik ke sistem lokal maupun sistem pusat. Setelah masuk ke database, data tersebut bisa ditampilkan ke Display System berbasis peta di kedua lokasi.

Data object-object bergerak di wilayah perairan yang tertangkap radar serta data AIS hasil kiriman kapal-kapal (yang sudah dilengkapi AIS sesuai standar internasional) yang berlayar di sekitar peralatan terpasang memberikan gambaran situasi lalu lintas perairan sebuah wilayah dalam coverage peralatan tersebut. Integrasi data dari keduanya bisa dianalisa lebih lanjut untuk menghasilkan informasi object mana saja yang teridentifikasi (identified object) dan mana yang belum teridentifikasi (unidentified object) sehingga lebih layak untuk diperhatikan dalam monitoring situasi perairan. Jepretan kamera terhadap object-object tak teridentifikasi ini diperlukan untuk memberikan tambahan informasi visual terhadap object dimaksud. Informasi-informasi ini layak menjadi bahan bagi pengambil keputusan yang berwenang untuk dilakukannya tindakan lebih lanjut jika memang diperlukan.

Integrasi beberapa stasiun peralatan pemantauan (surveillance station) ini akan menghasilkan gambaran situasi perairan di sepanjang laut atau selat, tergantung pada letak dan coverage peralatan yang dipasang. Ditambah dengan informasi dari sumber-sumber informasi lain (internal), maka seaMont menjadi sebuah sistem surveillance untuk wilayah maritim yang semakin lengkap dan sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan.

Sistem ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan klien, baik institusi pemerintah maupun swasta dalam rangka memantau situasi perairan sesuai kebutuhan. Hal ini sangat relevan mengingat wilayah Indonesia 2/3 terdiri dari laut.

Manfaat diimplementasikannya sistem ini adalah:

  1. Membantu memberikan data yang lebih real tentang situasi perairan sebuah wilayah.
  2. Membantu identifikasi object-object di perairan yang lebih layak mendapatkan perhatian dalam monitoring.
  3. Menjadikan sistem ini sebagai alat bantu pengambilan keputusan terhadap ditemukannya object-object yang mencurigakan dengan lebih cepat dan berdasar.
  4. Mengembangkan pilot project bagian dari sistem C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance and Reconnaissance).

Sistem ini dikembangkan dengan keunggulan teknologi sebagai berikut:

  1. Radar data processing dikembangkan oleh tenaga ahli dalam negeri dengan mengembangkan algoritma sendiri.
  2. Kemampuan komunikasi data antar lokasi yang multi-thread, multi-point, dan interoperable.
  3. Dilengkapinya sistem dengan kemampuan integrasi antar data radar dan AIS dari satu sumber atau lebih dengan algoritma yang diciptakan sendiri.

Dilengkapinya sistem dengan kemampuan koneksi Display System yang multi-tasking, multi-user dan multi-point.

Infoglobal

Senin, 18 Januari 2010

N250 Gatot Kaca

Pesawat N250 Gatot Kaca (Foto AIRLINERS.NET)

Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN. Pesawat ini diberi nama gatotkoco (Gatotkaca).

Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).
Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis. Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.

Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.

Performa Pesawat

Pesawat ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang.Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 1480 km. (Pada pesawat baru, kapasitas mesin akan diturunkan yang akan menurunkan performa).


Berat dan Dimensi

* Rentang Sayap : 28 meter
* Panjang badan pesawat : 26,30 meter
* Tinggi : 8,37 meter
* Berat kosong : 13.665 kg
* Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg

(Meski mesin N 250 diturunkan kemampuannya, dimensi tidak akan diubah)

Sejarah

Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia, Indonesian Aerospace) pada Paris Air Show 1989. Pembuatan prototipe pesawat ini dengan teknologi fly by wire pertama di dunia dimulai pada tahun 1992.
Pesawat pertama (PA 1, 50 penumpang) terbang selama 55 menit pada tanggal 10 Agustus 1995. Sedangkan PA2 (N250-100,68 penumpang) sedang dalam proses pembuatan.

Saingan pesawat ini adalah ATR 42-500, Fokker F-50 dan Dash 8-300.

Video N250 :







Indoflyer

Minggu, 17 Januari 2010

Roket FFAR 2,75 inci

Roket FFAR produksi PT. Dirgantara Indonesia (photo : Bronco1978-Kaskus Militer)

FFAR
(Fin Folding Aerial Rocket ) 2,75 Inci merupakan roket kecil udara ke darat yg populer digunakan pesawat udara. Diawali dgn Transfer of Technology (ToT) dari roket Lesca buatan Eropa, Indonesia kemudian membuat FFAR, Lisensinya dari FZ belgia, pertama kali diproduksi pada 1981. Hingga kini roket ini dibuat oleh divisi senjata PT DI dan masih menjadi bagian sistem senjata utama pesawat udara TNI AU dan AD.

PT DI membuat dua varian dari roket ini, yakni RD 701 berbasis FFAR Mk 4 dan RD 7010 berbasis FFAR Mk 40. RD 701 digunakan pesawat tempur ( hi-speed aircraft ), sedang RD 7010 untuk Helikopter (low-speed aircraft). PT DI juga membuat beberapa jenis hulu ledak untuk roket ini. Diantaranya WD 701 (HE), WD 703 (smoke) dan WD 704 (inert).

PT DI sampai kini telah membuat 60% bagian FFAR didalam negeri, sisanya kami import seperti propelan (bahan bakar roket). PT DI terus mempelajari dan memodifikasi teknologi itu, sehingga bisa diproduksi sendiri. kedepan PT DI diharapkan dapat membuat roket balistik 122 mm jarak 20-40 km, roket semi kendali daya jangkau 300 km.

Spesifikasi FFAR :
Diameter : 70 mm (2,75 Inci)
Panjang : 1005,9 mm
Berat : 5 kg

Tahun ini akan memproduksi sedikitnya 10.000 roket Fin Folding Aerial Rocket untuk memenuhi permintaan Departemen Pertahanan menyusul kebijakan pemerintah yang memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri. Roket yang sebagian besar materialnya berasal dari komponen lokal itu sebenarnya memiliki kapasitas produksi hingga 20.000 unit per tahun.
Roket jenis FFAR memiliki tiga tipe berdasarkan diameter serta jarak luncur, yakni tipe MK 60 dengan diameter 100 mm serta tipe MK4 dan MK40 berdiameter 67 mm. Semua peralatan ini sebagian besar diserap oleh TNI dan sebagian lainnya diekspor ke sejumlah negara.
NDL 40 peluncur roket PT DI

NDL 40

Kemampuan membuat Roket ini menghasilkan spin-off peluncur roket NDL40. Pada 1997 PT DI membuat NDL 40 untuk keperluan angkatan darat dan pada 2005 untuk keperluan angkatan laut. Produk ini sangat cocok menggantikan peluncur Roket Marinir TNI AL yg telah uzur. PT DI melengkapi dengan sistem peluncur otomatis diatas truk yg mudah dicari di pasaran, sehingga spare part akan terjamin dari embargo luar negeri. Format NDL 40 sangat praktis dan dapat di copot maupun ditambahkan sesuai kebutuhannya. Direncanakan PT. Pindad akan memasang roket ini pada panser buatannya menggunakan peluncur NDL-40.

( BUMN-RI ) dll

Sabtu, 16 Januari 2010

Teknologi Sosrobahu

Teknik Sosrobahu merupakan teknik konstruksi yang digunakan terutama untuk memutar bahu lengan beton jalan layang dan ditemukan oleh Tjokorda Raka Sukawati. Dengan teknik ini, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, dan kemudian diputar 90° sehingga pembangunannya tidak mengganggu arus lalu lintas di jalanan di bawahnya.

Teknik ini dianggap sangat membantu dalam membuat jalan layang di kota-kota besar yang jelas memiliki kendala yakni terbatasnya ruang kota yang diberikan, terutama saat pengerjaan konstruksi serta kegiatan pembangunan infrastrukturnya tidak boleh mengganggu kegiatan masyarakat kota khususnya arus lalu-lintas dan kendaraan yang tidak mungkin dihentikan hanya karena alasan pembangunan jalan.

Latar belakang

Pada tahun 1980-an, Jakarta yang memang sudah mengalami kendala kemacetan lalu lintas, banyak membangun jalan layang sebagai salah satu solusi meningkatkan infrastruktur lalu-lintas. Sebagai kontraktor saat itu, PT. Hutama Karya mendapatkan order membangun jalan raya di atas jalan by pass A. Yani di mana pembangunannya harus memastikan bahwa jalan itu harus tetap berfungsi.

Dengan permasalahan tersebut, para direksi Hutama Karya berdiskusi setelah mendapatkan order membangun jalan layang antara Cawang sampai Tanjung_Priok sekitar tahun 1987. Persoalan rumit diurai, yang diperlukan untuk menyangga badan jalan itu adalah deretan tiang beton, satu-sama lain berjarak 30 meter, di atasnya membentang tiang beton selebar 22 meter. Batang vertikalnya (pier shaft) berbentuk segi enam bergaris tengah 4 meter, berdiri di jalur hijau. Hal ini tidak sulit, yang merepotkon adalah mengecor lengannya (pier head). Jika dengan cara konvensional, yang dilakukan adalah memasang besi penyangga (bekesting) di bawah bentangan lengan itu, tetapi bekesting itu akan menyumbat jalan raya di bawahnya. Cara lain adalah dengan bekesting gantung tetapi membutuhkan biaya lebih mahal.

Di tengah masalah itu, Ir. Tjokorda Raka Sukawati mengajukan gagasan dengan membangun tiangnya dulu dan kemudian mengecor lengannya dalam posisi sejajar dengan jalur hijau, setelah itu diputar membentuk bahu. Hanya saja kendalanya adalah bagaimana cara memutarnya karena lengan itu nantinya seberat 480 ton.

Inspirasi dari dongkrak hidrolik mobil
Ketika Tjokorda memperbaiki kendaraannya, hidung mobil Mercedes-Benz buatan 1974-nya diangkat dengan dongkrak sehingga dua roda belakang bertumpu di lantai yang licin karena ceceran tumpahan oli secara tidak sengaja. Begitu mobil itu tersentuh, badan mobil berputar dengan sumbu batang dongkrak. Satu hal yang ia catat, dalam ilmu fisika dengan meniadakan gaya geseknya, benda seberat apa pun akan mudah digeser. Kejadian tadi memberikan inspirasi bahwa pompa hidrolik bisa dipakai untuk mengangkat benda berat dan bila bertumpu pada permukaan yang licin, benda tersebut mudah digeser. Bayangan Tjokorda adalah menggeser lengan beton seberat 480 ton itu.

Kemudian Tjokorda membuat percobaan dengan membuat silinder bergaris tengah 20 cm yang dibuat sebagai dongkrak hidrolik dan ditindih beban beton seberat 80 ton. Hasilnya bisa diangkat dan dapat berputar sedikit tetapi tidak bisa turun ketika dilepas. Ternyata dongkrak tersebut miring posisinya. Tjokorda kemudian menyempurnakannya. Posisinya ditentukan persis di titik berat lengan beton di atasnya.

Untuk membuat rancangan yang pas, dasar utama ukum Pascal yang menyatakan: "Bila zat cair pada ruang tertutup diberikan tekanan, maka tekanan akan diteruskan segala arah". Zat cair yang digunakan adalah minyak oli (minyak pelumas). Bila tekanan P dimasukkan dalam ruang seluas A, maka akan menimbulkan gaya (F) sebesar P dikalikan A. Rumus itu digabungkan dengan beberapa parameter dan memberikan nama Rumus Sukawati, sesuai namanya. Rumus ini orisinil idenya karena sampai saat itu belum ada buku yang membahasnya sebab memang tidak ada kebutuhannya.

Masalah lain yang muncul ada variabelnya yang mempengaruhinya, di antaranya adalah jenis minyak yang digunakan yang tidak boleh rusak Kekentalan (viskositas). Urusan minyak menjadi hal yang krusial karena minyak inilah yang meneruskan tekanan untuk mengangkat beton yang berat itu.

Setelah semua selesai, Tjokorda mengerjakan rancangan finalnya yakni sebuah landasan putar untuk lengan beton yang dinamai Landasan Putar Bebas Hambatan (LBPH). Bentuknya dua piringan (cakram) besi bergaris tengah 80 cm yang saling menangkup. Meski tebalnya 5 cm, piring dari besi cor FCD-50 itu mampu menahan beban 625 ton.

Ke dalam ruang di antara kedua piringan itu dipompakan minyak oli. Sebuah seal (penutup) karet menyekat rongga di antara tepian piring besi itu untuk menjaga minyak tak terdorong keluar, meski dalam tekanan tinggi. Lewat pipa kecil, minyak dalam tangkupan piring itu dihubungkan dengan sebuah pompoa hidrolik. Sistem hidrolik itu mampu mengangkat beban beban ketika diberikan tekanan 78 kg/cm2. Angka ini sebenarnya angka misteri bagi Tjokorda saat itu.

Uji coba langsung di lapangan
Secara teknik penemuan itu belum diuji coba karena waktu yang terbatas, namun ia yakin temuannya itu bisa bekerja. Tjokorda bahkan berani bertanggungjawab bila lengan beton jalan layang itu tidak bisa berputar.

Pada tanggal 27 Juli 1988 pukul 10 malam waktu setempat ( Jakarta ), pompa hidrolik dioperasikan hingga titik tekan 78 kg/cm2. Lengan pier head itu, meskipun bekesting-nya telah dilepas, mengambang di atas atap pier shaft lalu dengan dorongan ringan sedikit saja, lengan beton raksasa itu berputar 90 derajat.

Ketika pier shaft itu sudah dalam posisi sempurna, secara perlahan minyak dipompa keluar dan lengan beton itumerapat ke tiangnya. Sistem LPBH itu dimatikan sehingga perlu alat berat untuk menggesernya. Namun demikian karena khawatir kontruksi itu bergeser, Tjokorda memancang delapan batang besi berdiameter 3,6 cm untuk memaku pier head ke pier shaft lewat lubang yang telah disiapkan. Kemudian satu demi satu alat LBPH itu diterapkan pada kontruksi beton lengan jembatan layang yang lain.

Penanaan Sosrobahu dan pemberian paten

Pada pemasangan ke-85, awal November 1989, Presiden Soeharto ikut menyaksikannya dan memberi nama teknologi itu Sosrobahu yang diambil dari nama tokoh cerita sisipan Mahabharata. Sejak itu LBPH tersebut dikenal sebagai Teknologi Sosrobahu.

Temuan Tjokorda digunakan insinyur Amerika Serikat dalam membangun jembatan di Seattle. Mereka bahkan patuh pada tekanan minyak 78 kg/cm2 yang menurut Tjokorda adalah misteri ketika menemukan alat LBPH Sosrobahu itu. Tjokorda kemudian membangun laboratorium sendiri dan melakukan penelitian dan hasilnya berupa perhitungan susulan dengan angka teknis tekanan 78,05 kg/cm2, nyaris persis sama dengan angka wangsit yang diperolehnya sebelum itu.

Hak paten yang diterima adalah dari pemerintah Jepang, Malaysia, Filipina. Dari Indonesia, Dirjen Hak Cipta Paten dan Merek mengeluarkan patennya pada tahun 1995 sedangkan Jepang memberinya pada tahun 1992. Saat ini teknologi Sosrobahu sudah diekspor ke Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu jalan layang terpanjang di Metro Manila, yakni ruas Vilamore - Bicutan adalah buah karya teknik ciptaan Tjokorda. Di Filipina teknologi Sosrobahu diterapkan untuk 298 tiang jalan. Sedangkan di Kuala Lumpur sebanyak 135. Saat teknologi Sosrobahu diterapkan di Filipina, Presiden Filipina Fidel Ramos berujar, "Inilah temuan Indonesia, sekaligus buah ciptaan putra ASEAN". Sementara Korea Selatan masih bersikeras ingin membeli hak patennya.

Teknologi Sosrobahu ini dikembangkan menjadi versi ke-2. Bila pada versi pertama memakai angker (jangkar) baja yang disusupkan ke beton, versi keduanya hanya memasang kupingan yang berlubang di tengah. Lebih sederhana dan bahkan hanya memerlukan waktu kurang lebih 45 menit dibandingkan dengan yang pertama membutuhkan waktu dua hari. Dalam hitungan eksak, konstruksi Sosrobahu akan bertahan hingga 100 tahun (1 abad).

Menurut Dr. Drajat Hoedajanto pakar struktur dari Institut Teknologi Bandung, Sosrobahu pada dasarnya hanya metode sangat sederhana untuk pelaksanaannya (memutar bahu lengan beton jalan layang). Sistem ini cocok dipakai pada elevated toll road (jalan tol layang dalam kota) yang biasanya mengalami kendala lalu lintas dibawahnya yang pada. Sosrobahu terbukti bermanfaat dalam proses pembangunan jalan layang, sangat aplikatif, teruji baik teknis dan ekonomis.

Wikipedia

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More