blog-indonesia.com

N 250 IPTN

Prototype pesawat pertama angkut penumpang dengan sistem fly by wire produksi IPTN, Bandung - Indonesia Teknologi

CN 235 MPA

Pesawat patroli maritim CN-235 produksi PT DI - Indonesia Teknologi

NC 212 MPA

Pesawat patroli maritim NC-212 produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

N 219

Pesawat karya anak bangsa, kerjasama BUMNIS diproduksi PT DI - Indonesia Teknologi

Drone LEN

Drone Bersenjata karya LEN - Indonesia Teknologi

Star 50

Kapal kargo 190 m dengan bobot 50.000 dwt merupakan kapal angkut terbesar pertama buatan Indonesia, produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

LPD KRI Banda Aceh

Kapal perang serba guna produksi PT PAL, Surabaya, merupakan kapal dengan panjang 125 m hasil desain anak bangsa dengan lisensi Korea - Indonesia Teknologi

SSV Filipina

Strategic Sealift Vessel produk ekspor kapal perang pertama PAL Indonesia - Indonesia Teknologi

KN Tanjung Datu 1101

KN Tanjung Datu 1101 Bakamla, kapal patroli 110m produksi PT Palindo

KRI I Gusti Ngurah Rai 332

PKR 10514 class, Kapal frigat produksi bersama PT PAL indonesia - Indonesia Teknologi

KN 321 Pulau Nipah

KN Pulau Nipah 321 Bakamla, kapal 80 m produksi PT Citra Shipyard, Batam

KRI Bung Karno 369

KRI Bung Karno 369 produksi PT Karimun Anugrah Sejati

KCR 60 KRI Tombak 629

Kapal Cepat Rudal-60 produksi PT. PAL, Indonesia. Merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

BC 60002

Kapal Patroli Bea dan Cukai produksi PT Dumas Tanjung Perak Shipyards. - Indonesia Teknologi

FPB 57 KRI Layang

Kapal patroli cepat berpeluru kendali atau torpedo 57 m rancangan Lurssen, Jerman produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

KCR 40 KRI Clurit

Kapal Cepat Rudal-40 produksi PT. Palindo Marine, Batam. Senilai kurang lebih 75 Milyar Rupiah, merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Torani 860

Kapal patroli 40 m produksi beberapa galangan kapal di Indonesia, telah diproduksi diatas 10 unit - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Tarihu

Kapal patroli 40 m berbahan plastik fiberglass produksi Fasharkan TNI AL Mentigi Tanjung Uban, Riau - Indonesia Teknologi

KRI Klewang

Merupakan Kapal Pertama Trimaran, produksi PT Lundin - Indonesia Teknologi

Hovercraft Kartika

Hovercraft utility karya anak bangsa hasil kerjasama PT. Kabindo dengan TNI-AD dengan kecepatan maksimum 40 knot dan mampu mengangkut hingga 20 ton - Indonesia Teknologi

Hovercraft Indonesia

Hovercraft Lumba-lumba dengan kecepatan maksimum 33 knot dan mampu mengangkut 20 pasukan tempur produksi PT Hoverindo - Indonesia Teknologi

X18 Tank Boat Antasena

Tank Boat Antasena produk kerjasama PT Lundin dengan Pindad - Indonesia Teknologi

Sentry Gun UGCV

Kendaraan khusus tanpa awak dengan sistem robotik yang dirancang PT Ansa Solusitama Indonesia - Indonesia Teknologi

MT Harimau 105mm

Medium tank dengan kanon 105 mm produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Badak FSV 90mm

Kendaraan tempur dengan kanon 90 mm cockeril produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Panser Anoa APC

Kendaraan angkut militer produksi PT Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Tank SBS Pindad

Kendaraan militer prototype Pindad - Indonesia Teknologi

APC PAL AFV

Kendaraan angkut pasukan amfibi hasil modifikasi dari BTR-50 PM produksi PT PAL, Surabaya sehingga meninggkatkan keamanan dan daya jelajahnya - Indonesia Teknologi

MLRS Rhan 122B

Kendaraan militer multilaras sistem roket Rhan 122B produksi PT Delima Jaya - Indonesia Teknologi

PT44 Maesa

Kendaraan angkut militer produksi Indonesia - Indonesia Teknologi

MCCV

Mobile Command Control Vehicle (MCCV) kerjasama dengan PT PT Bhinneka Dwi Persada - Indonesia Teknologi

Ganilla 2.0

Kendaraan khusus dapur lapangan produksi PT Merpati Wahana Raya - Indonesia Teknologi

Komodo 4x4

Kendaraan militer taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Maung 4x4

Kendaraan taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Turangga APC 4x4

Kendaraan militer taktis produksi PT Tugas Anda dengan chassis kendaraan Ford 550 - Indonesia Teknologi

GARDA 4x4

Kendaraan militer taktis hasil karya anak bangsa - Indonesia Teknologi

ILSV

Kendaraan taktis Indonesia Light Strike Vehicle (ILSV) produksi PT Jala Berikat Nusantara Perkasa - Indonesia Teknologi

P1 Pakci

Kendaraan taktis angkut pasukan P1 Pakci produksi PT Surya Sentra Ekajaya (SSE), berbodi monokok dengan mesin diesel 3000 cc milik Toyota Land Cruiser - Indonesia Teknologi

P2 APC Cougar

Kendaraan taktis angkut pasukan produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) dengan mesin diesel turbo bertenaga 145 hp - Indonesia Teknologi

P3 APC Ransus Cheetah

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

P6 ATAV

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

DMV30T

Kendaraan taktis Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T) menggunakan mesin diesel 3000 cc Ford Ranger produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

Mobil Hybrid LIPI

Prototipe mobil tenaga hybrid produksi LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Listrik MARLIP (Marmut LIPI)

Prototipe mobil Listrik karya LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Nasional Esemka Digdaya

Mobil hasil karya anak SMK Solo dengan rancangan dari China - Indonesia Teknologi

Teknik Sosrobahu

Struktur pondasi jalan layang yang dapat digerakan 90° sehingga tidak memakan banyak tempat dan merupakan desain anak bangsa - Indonesia Teknologi

Minggu, 31 Juli 2022

Doktor ITS Kembangkan Radar Jarak Jauh

Dengan Biaya Murah Dr Devy Kuswidiastuti ST MSc saat mempresentasikan disertasinya mengenai radar jark jauh dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Departemen Teknik Elektro ITS

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menambah daftar lulusannya yang bergelar doktor. Kali ini, Dr Devy Kuswidiastuti ST MSc dari Program Studi S3 Teknik Elektro yang berhasil meraih gelar doktor lewat penelitiannya mengenai radar jarak jauh yang dapat mencapai resolusi tinggi dalam sudut, jangkauan, dan kecepatan yang dipaparkan pada Sidang Terbuka Promosi Doktor, Selasa (26/7).

Berdasarkan keterangan perempuan kelahiran Gresik tersebut, teknologi radar phased array konvensional yang dipakai selama ini mempunyai kekurangan yaitu hanya mampu memancarkan sinyal untuk ke arah tertentu. “Namun, ketika ingin memperbesar jangkauan, radar menjadi kurang mampu untuk membedakan dari arah mana sinyal itu yang diterima oleh beam,” terangnya. Oleh karena itu, melalui disertasinya yang berjudul Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Multiple-input Multiple-output (MIMO) Radar with Circulating Codes (CC), Devy berfokus untuk mengatasi permasalahan radar dalam spesifikasi arah datang sinyal dan jangkauan yang sempit.

Dalam penelitian yang telah menerima paten pada Maret 2022 lalu dengan judul Sistem Radar Jarak Jauh dengan Sorot Jamak Serentak Menggunakan Teknik CC-OFDM MIMO tersebut, Devy memanfaatkan sinyal OFDM yang kerap kali digunakan dalam bidang komunikasi untuk diterapkan dalam teknologi radar yang ia kembangkan.

Sinyal OFDM ini akan digabungkan dengan CC MIMO yang dapat menghasilkan beam yang mengarah ke sudut tertentu dengan memberikan beda fase pada elemen yang memancarkan sinyal. “Setiap sinyal OFDM akan dikodekan dengan kode tertentu, sehingga ketika sinyal ditangkap kembali oleh penerima sinyal dapat diketahui dari arah beam mana sinyal tersebut berasal,” jelas perempuan yang juga dosen Departemen Teknik Elektro ITS ini.

Dengan begitu, lanjutnya, penambahan fitur OFDM pada CC MIMO radar ini memungkinkan untuk membuat 63 beam guna dipancarkan secara serentak. Hal tersebut yang membedakan dengan radar phased array konvensional yang hanya memancarkan sinyal ke satu arah tertentu. “Sehingga ketika radar konvensional digunakan untuk mendeteksi benda yang berada di lain arah, maka perlu adanya rotor untuk memutar radar tersebut,” ungkapnya.

Menurut Devy, untuk mengubah arah pancaran sinyal dari radar tanpa menggunakan rotor, maka beda fase dari setiap pemancar sinyal harus dimodifikasi. Saat ini, untuk mengubah beda fase, radar menggunakan komponen phase shifter. “Namun komponen phase shifter ini sangatlah mahal,” imbuh alumnus Hochschule Darmstadt, Jerman ini.

Devy meyakini, keunggulan lain dari radar rancangannya adalah dapat mengeliminasi penggunaan phase shifter yang mahal tersebut. Hal ini disebabkan beda fase yang diperlukan untuk memutar arah pancaran sinyal dapat diperoleh dari sinyal OFDM. “Dengan begitu, harga radar yang menggunakan teknik CC-OFDM MIMO ini menjadi lebih murah,” tandasnya meyakinkan.

Dengan keunggulan-keunggulan yang ditawarkan oleh penelitiannya tersebut, Devy berhasil keluar dinyatakan lulus sebagai doktor Teknik Elektro. Devy berharap penelitiannya ini dapat lanjut dalam tahap prototyping dan komersialisasi. “Dengan begitu, Indonesia mampu memproduksi radar berteknologi OFDM ini dengan biaya murah,” pungkasnya optimistis. (HUMAS ITS)

  ♔
ITS  

PT.Mobil Anak Bangsa Merilis Truk Sampah Listrik Sampai Motor

Produksi di kota Demak PT MAB pamer line up bus hingga truk sampah listrik [Foto: Ridwan Arifin]

PT Mobil Anak Bangsa merilis empat prototipe kendaraan dari motor listrik hingga truk sampah di ajang Periklindo Electric Vehicles 2022.

Seperti diketahui MAB dikenal sudah terjun lebih dulu untuk memproduksi bus listrik di pabriknya yang berlokasi di Demak, Jawa Tengah. Kini MAB memperlebar line up produk.

"Hari ini kita merilis dua prototipe. yang pertama adalah low entry electric truk," ujar Direktur Utama PT MAB Kelik Irwantono saat ditemui di PEVS 2022, JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.

Prototipe MAB Low Entry Truck-Compactor Electric Truk. Chassis truk low entry MAB dipasang alat pemadat sampah, di mana seluruhnya dioperasikan menggunakan tenaga listrik.

"Ini kita melihat ternyata market truk sendiri besar juga, lebih besar dari bus. Penggunanya perusahaan tambang, logistik sawit," sambung dia.

"Ini yang hari ini kita luncurkan platformnya apapun bisa digunakan (model lain). Hari ini yang kita launch kebetulan truk sampah," jelasnya.

Di atas kertas truk sampah itu dibekali baterai 315.85 kWh yang bisa memuntahkan tenaga puncak 200 kW dan torsi 1.994 Nm.

PT MAB punya line up Metropod [Foto: Ridwan Arifin]

Kendaraan besar yang diperkenalkan lainnya ialah purwarupa Metropod. Pendekatan kendaraan transportasi ini ditujukan sebagai angkutan first mile dan last mile.

"Metropod ini kita mikir juga adalah setelah orang turun dari halte. Mau ke rumahnya bagaimana? istilahnya first dan last mile," jelas Kelik.

Metropod bisa mengangkut 7 hingga 9 orang penumpang. Menariknya, Metropod rencananya bisa menjadi kendaraan otonom sampai level 4.

Di atas kertas, Metropod dibekali baterai 15.13 kWh yang bisa menyemburkan daya 10 kW - 20 kW, dan torsi 47 Nm - 210 Nm. Sementara kecepatan maksimumnya dibatasi 40 km/jam untuk kendaraan kecil pengangkut penumpang di lingkungan perumahan atau kompleks industri.

Motor listrik buatan PT MAB [Foto: Ridwan Arifin]

Dalam kesempatan tersebut, MAB juga memperkenalkan prototipe motor listrik dengan merek "Electro". Tak tanggung-tanggung, tiga model sekaligus diperkenalkan dengan perbedaan dari segi spesifikasi serta desain.

Electro EL02 merupakan skuter listrik modern dengan nuansa retro yang dilengkapi batterai lithium 60 volt yang bisa mencapai jarak tempuh 60 km.

Model lain yakni EL03. Tampilannya lebih sederhana ala skutik listrik pada umumnya. Hanya saja jarak tempuhnya lebih jauh yakni 100 km.

Selanjutnya, MAB juga memperkenalkan sepeda listrik Electro EL07 dengan bekal bateri 47 V 26 AH. Jarak tempuhnya sampai 80 km.

Terakhir MAB juga memperkenalkan bus listrik 12 meter MD12E LE hasil program riset bersama dengan Universitas Indonesia. Bus ini bisa mengangkut 48 penumpang dengan kapasitas 315,85 kWh yang sanggup memuntahkan daya 130 kW dan torsi 680 Nm - 2.500 Nm. (riar/lua)

  ♔
detik  

Sabtu, 30 Juli 2022

Bus Listrik Mulai Dipakai Perusahaan Tambang

Produksi PT Mobil Anak Bangsa (MAB) PT Kideco Jaya Agung (Kideco) menggunakan bus listrik buatan anak negeri yang diproduksi oleh PT Mobil Anak Bangsa (MAB). (Dok: PT Kideco Jaya Agung (Kideco))

Dalam upaya mendukung tercapainya program pemerintah terkait net zero emission yang ditargetkan tercapai pada 2050 mendatang, PT Kideco Jaya Agung (Kideco) menggunakan bus listrik untuk operasional perusahaan.

Presiden Direktur Kideco Mochamad Kurnia Ariawan menyampaikan bahwa dengan penggunaan bus listrik ini diharapkan emisi karbon di lingkungan tambang Kideco akan berkurang. Adapun bus yang digunakan adalah bus MAB tipe MD 12 E NF, produksi PT Mobil Anak Bangsa (MAB).

Bus tersebut digunakan sebagai sarana angkutan karyawan di tambang Kideco di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Mochamad Kurnia Ariawan mengatakan pihaknya sudah bersepakat dengan MAB untuk penambahan bus listrik.

"Bus ini sudah kami gunakan sejak akhir tahun lalu sebagai angkutan karyawan. Kami merasakan bus ini sangat nyaman, dan yang membanggakan adalah kendaraan ini merupakan asli buatan anak bangsa. Hal ini juga sebagai wujud nyata kami dalam upaya menurunkan emisi, pada aktivitas operasional kami," ujar Mochamad Kurnia Ariawan.

Bus yang akan dibeli adalah bus dengan panjang 12 meter itu, mampu melaju dengan kecepatan 110 kilometer per jam. Bus tersebut berkapasitas 48 tempat duduk, dan membutuhkan waktu pengisian daya selama dua puluh menit hingga tiga jam, dengan jangkauan 250 kilometer jika kapasitas baterai 100 persen. Rencananya, bus itu juga akan digunakan sebagai angkutan karyawan di tambang Kideco.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama MAB, Kelik Irwantono, menuturkan bahwa pembelian produk bus listrik MAB, menunjukan semakin tingginya kepercayaan dari perusahaan di Indonesia terhadap kendaraan listrik buatan dalam negeri.

"Kami berkomitmen menghasilkan produk kendaraan listrik yang berkualitas, untuk Indonesia yang semakin ramah lingkungan," ujarnya. (fdl/fdl)

  ♔
detik  

Jumat, 29 Juli 2022

5 Tantangan Investasi Asing di Sektor Industri Pertahanan RI

✈ Pesawat N219  [PTDI]

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja memberikan peluang kepada pihak asing untuk berinvestasi melalui skema foreign direct investment (FDI) di sektor industri pertahanan. Melalui UU itu, sektor industri pertahanan tidak lagi digolongkan dalam Daftar Negatif Investasi (DNI). Karena dianggap mempunyai sifat strategis, industri pertahanan selalu dimasukkan dalam DNI sejak era Orde Baru hingga awal 2020. Sejumlah pasal dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan diamandemen oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020, seperti Pasal 11, Pasal 21, Pasal 38 dan Pasal 52.

Sebagai turunan dari undang-undang tersebut, diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 49 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No.10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal. Dalam beleid tersebut dinyatakan bahwa entitas asing dapat menguasai saham maksimal 49% atau dalam hal kepentingan strategis, modal asing dapat melebihi 49% dengan persetujuan Menteri Pertahanan. Tentu menjadi pertanyaan mengapa negeri ini membutuhkan FDI di sektor industri pertahanan? Indonesia sangat memerlukan FDI di sektor industri pertahanan karena hampir 25 tahun terakhir industri pertahanan domestik nyaris tidak membuat kemajuan berarti.

Penguasaan teknologi tinggi masih mengandalkan dari Original Equipment Manufacturer (OEM) asing dan belum ada kemajuan signifikan terkait hal itu. Tentang permodalan dan finansial, BUMN industri pertahanan memiliki ruang finansial yang sempit dan masih mengandalkan pada suntikan penanaman modal negara (PMN) secara berkala setiap lima tahun sekali. Menyangkut pasar, BUMN industri pertahanan mayoritas jago kandang kecuali PT Dirgantara Indonesia yang telah mengekspor produknya ke luar negeri sejak era Orde Baru. Dalam hal sumber daya manusia, terjadi generational gap sekitar 15 tahun di BUMN industri pertahanan antara insinyur yang direkrut pada akhir zaman Orde Baru dengan perekrutan pertama pasca 1998, selain isu pendapatan yang kalah atraktif dibandingkan sektor swasta.

Indonesia bukan satu-satunya negara di kawasan Indo-Pasifik yang berjuang menarik FDI di sektor industri pertahanan. Australia, India, Filipina dan Thailand juga membuka kesempatan bagi FDI di sektor itu. Sejauh ini, hanya Australia dan Filipina yang sukses dalam menarik investasi asing di sektor industri pertahanan, sementara India dan Thailand belum sukses meskipun kebijakan investasi mereka cukup menarik. Terkait dengan Indonesia, berikut adalah sejumlah tantangan dalam menarik FDI di sektor industri pertahanan.

Pertama, lisensi ekspor teknologi pertahanan dan dual-use technology. Apabila terdapat Original Equipment Manufacturer (OEM) asing yang berinvestasi di Indonesia, mereka membutuhkan lisensi dari negara asalnya untuk mengekspor teknologi pertahanan dan dual-use technology ke Indonesia, di mana teknologi itu akan dipakai untuk kepentingan produksi senjata. Berdasarkan pengalaman di sejumlah negara yang menjadi pilihan bagi OEM asing untuk berinvestasi secara langsung, negara asal OEM melakukan penelaahan secara mendalam terhadap teknologi yang akan diekspor sebelum menerbitkan lisensi. Indonesia masih menjadi dinilai rawan dalam hal keamanan teknologi oleh Barat, terlebih lagi Indonesia tidak suka diikat dengan pembatasan-pembatasan teknologi.

Kedua, risiko tinggi. Indonesia mempunyai risiko tinggi dalam hal kapabilitas teknologi dan perlindungan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Resiko tinggi dalam kapabilitas teknologi yaitu penguasaan teknologi oleh BUMN industri pertahanan, mengutip data Janes, masih pada kisaran weak dan moderate-weak. Konsekuensinya, OEM asing harus mengeluarkan sumber daya untuk membantu meningkatkan kapabilitas itu agar sesuai dengan standar industri mereka. Menyangkut HAKI, Indonesia dinilai masih menghadapi tantangan untuk mengamankan HAKI, termasuk pula yang terkait dengan teknologi pertahanan dan dual use technology.

Ketiga, anggaran pertahanan. Anggaran pertahanan Indonesia yang dialokasikan untuk pengadaan senjata masih kecil. Untuk APBN, pos belanja modal hanya sekitar 27% atau sekitar Rp 20 triliunan dari total alokasi anggaran pertahanan. Pinjaman Dalam Negeri (PDN) mempunyai nilai berfluktuasi setiap lima tahun, di mana pada 2015-2019 sebesar Rp 15 triliun, sedangkan pada 2020-2024 diproyeksikan senilai Rp 41 triliun. Begitu pula dengan Pinjaman Luar Negeri (PLN) yang alokasinya berfluktuasi per lima tahun, di mana pada 2015-2019 senilai US$ 7,74 miliar dan pada 2020-2024 direncanakan sebesar US$ 20,75 miliar.

Keempat, rezim pajak. Agar Indonesia dapat menjadi sasaran FDI di sektor industri pertahanan, Indonesia harus menawarkan rezim pajak yang kompetitif. Pemerintah hendaknya menawarkan status kawasan industri di mana OEM asing berinvestasi sebagai kawasan berikat, sehingga investor secara tidak langsung dipaksa untuk berorientasi ekspor karena apabila mereka lebih banyak menjual produknya di pasar domestik, maka mereka harus membayar pajak dan bea masuk bagi bahan baku yang diimpor. Selain itu, pemerintah perlu menawarkan tax holiday kepada OEM asing yang berinvestasi di Indonesia.

Kelima, dampak finansial investasi. Semua OEM memiliki tujuan agar investasi mereka memberikan keuntungan yang maksimal melalui pendapatan dari penjualan senjata. Mengingat bahwa Indonesia masih mempunyai tantangan dalam hal alokasi belanja senjata dalam anggaran pertahanan, opsi yang realistis adalah mendorong agar OEM menjadikan investasi di Indonesia bukan saja untuk pasar domestik, tetapi juga untuk pasar regional. Apabila Indonesia tidak membolehkan OEM asing untuk mengekspor senjata yang mereka produksi di Indonesia, merupakan suatu tantangan untuk menarik FDI di sektor industri pertahanan.

Mengacu pada aturan yang berlaku, joint venture (JV) nampaknya merupakan model bisnis yang tepat untuk FDI pada sektor industri pertahanan di Indonesia. Namun tidak semua sektor pada industri pertahanan nampaknya akan menerapkan JV di Indonesia, khususnya pada sektor dirgantara dan perkapalan, karena co-production lebih realistis berdasarkan pertimbangan ceruk pasar. Sebagai contoh adalah kapal selam, pilihan yang realistis bagi OEM asing seperti Naval Group untuk memasarkan produknya di Indonesia adalah melalui co-production dengan PT PAL Indonesia daripada mendirikan JV. JV untuk industri kapal selam adalah semua keniscayaan apabila Indonesia mampu mengalokasikan anggaran besar untuk pengadaan kapal selam dalam jangka panjang.

  CNBC  

[Video] Selangkah Menuju Peluncuran Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) TA 2020, TA 2021, TA 2022

⚓️ Diposkan PAL Indonesia 992 [PAL Indonesia]

Pandemi belum usai. Indonesia masih membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai, khususnya di pulau-pulau kecil. Mengusung inovasi produk dengan memperhatikan kebutuhan armada TNI AL, PT PAL Indonesia Kembali menghadirkan produk Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) TA 2020, TA 2021, TA 2022.

Saat ini, kemajuan pembangunan kapal BRS ke-2 telah mencapai 81%. Seluruh block telah selesai proses erection atau dalam kata lain keseluruhan konstruksi (platform) kapal telah selesai, serta sistem pendorong kapal telah terpasang bersama dengan beberapa alat kesehatan di dalamnya.

Melalui kepercayaan pemerintah sekaligus TNI Angkatan Laut, PAL dapat secara aktif merealisasikan upaya mengurangi ketergantungan terhadap mitra asing, menciptakan lapangan kerja untuk pertumbuhan ekonomi, mengatasi kesenjangan melalui inovasi, serta berkontribusi dalam menjaga kedaulatan negara.

Dengan telah dilaksanakannya pengecatan akhir lambung kapal dan nomor lambung kapal, sebagai tanda dalam waktu dekat, kapal BRS ke-2 ini siap untuk melaksanakan ceremony shipnaming & launching.

  Berikut video dari Youtube : 


 ⚓️  Youtube  

Kamis, 28 Juli 2022

Presiden Yoon Sambut Jokowi

Pamer Jet KF-21 Kolaborasi Korsel-RI
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol memamerkan kesuksesan uji coba jet tempur KF-21 buatan Korsel yang berkolaborasi dengan Indonesia saat bertemu Jokowi. (Foto: AFP/-)

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pamer kesuksesan uji coba jet tempur supersonik KF-21 Boramae saat bertemu Presiden Indonesia Joko Widodo di Seoul, Kamis (28/7).

"KF-21 atau IFX jet tempur generasi terbaru yang kemungkinan kedua negara telah sukses melakukan uji coba terbang perdana beberapa waktu ini. Kedua negara menyambut capaian tersebut," kata Yoon saat konferensi pers bersama yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Indonesia dan Korsel, lanjutnya, bertekad untuk terus menjalankan kerja sama pengembangan jet tempur bersama hingga selesai dikembangkan.

Lebih jauh Yoon menerangkan bahwa program kerja sama lain di industri pertahanan juga akan terus dijalankan secara proaktif dengan memanfaatkan kemampuan teknologi dan produksi Korsel yang berkelas dunia.

Jokowi yang turut hadir dalam konferensi pers tak menyinggung sama sekali soal KF-21 yang sukses uji coba itu.

Uji coba KF-21 berlangsung pada 19 Juli lalu. Saat itu, jet tempur lepas landas dari pangkalan udara Kota Sacheon pukul 15.40 waktu setempat.

Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korsel menyampaikan KF-21 terbang selama 30 menit.

Percobaan akan terus ditempuh hingga 2026, sebelum Korsel memproduksi secara massal. Lalu pada 2030, Korsel diharapkan bisa mengirim 120 jet tempur ke Angkatan Udara mereka.

KF-21 merupakan jet tempur buatan Industri Luar Angkasa Korea 047810.KS (KAI).

Indonesia turut berperan dalam pengembangan jet tempur tersebut. Pada 2014 lalu, RI-Korsel sepakat mengembangkan jet melalui proyek senilai 8,1 triliun won atau sekitar Rp 92 triliun. (isa/rds)

  ★ CNN  

7 Poin Utama Pertemuan Jokowi-PM Jepang

 Latihan Militer - Beri Pinjaman 
https://akcdn.detik.net.id/visual/2022/07/27/jokowi-bertemu-pm-jepang-fumio-kishida_169.jpeg?w=650(AFP/KIYOSHI OTA)

P
residen Joko Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, di Tokyo, pada hari ini, Rabu (27/7).

Dalam pertemuan itu kedua pemimpin negara membahas sejumlah hal mulai dari kerja sama ekonomi, hingga Jepang siap berpartisipasi di latihan gabungan militer pada Agustus mendatang.

Berikut sejumlah poin dari hasil pertemuan Jokowi dan Kishida yang dirangkum CNNIndonesia.com

  1. Perkuat Hubungan RI-Jepang 

Kishida mengatakan bahwa Indonesia merupakan mitra strategis Jepang. Ia mengaku senang bisa kembali bertemu Jokowi untuk bertukar pandangan secara terbuka. Pertemuan dengan Jokowi ini, kata Kishida, merupakan bukti erat hubungan antara kedua negara.

"Kami akan menjadikan kunjungan Presiden Joko Widodo hari ini sebagai momentum untuk mempererat hubungan dengan Indonesia, mengingat kita akan memperingati 65 tahun hubungan diplomatik kedua negara,"ujar Kishida.

  2. Sampaikan Undangan KTT G2

Dalam pertemuan itu, Jokowi juga menyampaikan undangan secara langsung agar PM Kishida bisa menghadiri KTT G20 di Bali yang akan berlangsung pada November mendatang.

"Saya berharap PM Kishida hadir dalam KTT G20 nanti di Bali, di bulan November," ujar Jokowi dalam pernyataan resmi.

Selain itu, Jokowi mengapresiasi dukungan Jepang atas keketuaan G20 Indonesia.

Jokowi juga menyinggung soal kawasan. Untuk Kawasan Indo-Pasifik, pada 2023 Indonesia akan menjadi Ketua ASEAN dan Jepang menjadi Ketua G7.

"Kami akan terus berkoordinasi dalam merumuskan agenda prioritas keketuaan, agar lebih memberikan kontribusi terhadap perdamaian dan kesejahteraan di Kawasan dan dunia,"ucap Jokowi.

  3. Jepang Gabung Latihan Militer RI 

Dalam pertemuan dengan Jokowi, Kishida menegaskan pasukan pertahanan Jepang juga siap berpartisipasi dalam latihan militer gabungan, Garuda Shield, yang dijadwalkan akan berlangsung Agustus mendatang.

Latihan Garuda Shield juga akan melibatkan pasukan Amerika Serikat dan Australia, demikian dikutip Reuters.

  4. Donasi Kapal Patroli Laut untuk RI 

Kishida juga memaparkan Jepang siap menyediakan sejumlah kapal patroli untuk memperkuat pasukan pertahanan Indonesia, terutama pertahanan maritimnya. Hal ini dilakukan dikala banyak negara Asia Pasifik dan Asia Tenggara khawatir soal agresivitas China yang mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan.

Dalam laporan NHK, Kishida mengatakan pihaknya akan turut membantu meningkatkan patroli maritim RI. Namun, mereka tak menyebut rincian lebih lanjut berapa persisnya jumlah kapal yang disediakan pemerintahan Kishida.


  5. Jepang Beri RI Dana Pinjaman 

Kishida juga mengungkapkan Jepang siap meminjamkan dana senilai 43,6 miliar yen atau sekitar Rp 4,7 triliun kepada Indonesia untuk membangun proyek infrastruktur.

  6. Sampaikan Duka Cita untuk Eks PM Shinzo Abe 

Di lawatan kali ini, Jokowi juga menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya eks Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe.

"Atas nama masyarakat Indonesia, sekali lagi saya menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas meninggalnya mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe," ungkap Jokowi.

Bagi Jokowi, Abe adalah pemimpin Jepang yang telah membawa hubungan kedua negara menjadi mitra strategis.

  7. Kerja Sama Perdagangan-Investasi 

Jokowi-Kishida sepakat memperkuat kerja sama di bidang perdagangan dan investasi antara kedua negara.

Jokowi juga meminta agar Jepang bisa memberikan dukungan penurunan tarif untuk beberapa produk seperti tuna, pisang dan nanas serta akses pasar untuk produk mangga.

Dalam bidang investasi, Jokowi menyambut baik sejumlah investasi baru Jepang di Indonesia. Ia juga menghargai proyek-proyek yang diselesaikan tepat waktu.

Beberapa proyek strategis yang dipercepat penyelesaiannya antara lain MRT Jakarta North-South Fase II dan East-West Fase I, Kawasan Industri Papua Barat, perluasan Pelabuhan Patimban dan Jalan Tol Akses Patimban,

"Kami juga membahas komitmen kerja sama bagi kelanjutan Proyek Gas Masela," ungkap Jokowi.

Jokowi juga mendorong dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi baru Jepang untuk mendukung beberapa proyek strategis Indonesia, terutama untuk hilirisasi komoditas alam, pengembangan mobil dan motor listrik, serta sektor kesehatan dan pangan. (isa/rds)

  ★ CNN  

PAL Indonesia Akan Luncurkan Kapal BRS Kedua

⚓️ Selangkah Menuju Peluncuran Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) TA 2020, TA 2021, TA 2022 Proses pemasangan tiang agung (foremast) Kapal BRS ke-2. [PAL Indonesia]

Pandemi belum usai. Indonesia masih membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai, khususnya di pulau-pulau kecil. Mengusung inovasi produk dengan memperhatikan kebutuhan armada TNI AL, PT PAL Indonesia Kembali menghadirkan produk Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) TA 2020, TA 2021, TA 2022.

Setelah sukses melakukan seremoni serah-terima Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) yang diberi nama KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-991 pada awal tahun 2022 (14/01), PT PAL Indonesia kini tengah menjalankan produksi untuk sistershipnya, yakni Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) TA 2020, TA 2021, TA 2022. Kapal rumah sakit ini merupakan jenis kapal Landing Platform Dock (LPD), dengan fungsi asasi sebagai supporting ship, baik dalam operasi militer perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP).

Kemampuan PT PAL Indonesia dalam rancang bangun kapal perang jenis LPD ini, merupakan manifestasi keberhasilan Transfer of Technology (ToT) dengan global partnership. Kesuksesan tersebut diwujudkan melalui produk-produk andalan seperti; KRI Banjarmasin-592, kemudian disusul dengan KRI Banda Aceh-593 pada 2011, dan KRI Semarang-594 pada tahun 2019. Dengan pengalaman serta kapabilitas yang dimiliki, PAL dituntut beradaptasi dengan dinamika yang ada melalui berbagai inovasi. Setelah sukses melakukan modifikasi desain LPD pada KRI Banda Aceh-593, PAL menjawab tantangan user melalui inovasi, dengan menghadirkan desain kapal jenis LPD yang berfungsi sebagai kapal rumah sakit.

KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-991 merupakan kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) pertama dibangun di Indonesia, yang mana dari proses desain hingga produksinya dilakukan secara mandiri oleh PT PAL Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah mempunyai kapal bantu rumah sakit KRI dr. Soeharso-990 hasil alih fungsi dari KRI Tanjung Dalpele-972 yang dibeli dari Korea. Demi mewujudkan kemandirian alutsista nasional, PAL berhasil mengembangkan inovasi dalam memenuhi kebutuhan armada TNI Angkatan Laut.

Proses pembangunan kapal BRS ke-2 ini telah memakan waktu selama 32 bulan. Seperti yang kita semua tahu, pada awal tahun 2020 pandemi covid-19 telah meluluhlantakkan berbagai sektor bisnis di dunia, tak luput di Indonesia. Pandemi ini telah menyita banyak pikiran, energi pun tenaga, sekaligus menuntut kita semua untuk beradaptasi dengan ketidakpastian yang diakibatkan.

PAL sebagai industri manufaktur, yang dalam proyek ini tentunya melibatkan kolaborasi bersama mitra global yang cukup besar, baik material hingga peralatan. Dengan adanya berbagai kebijakan seperti pembatasan bepergian, impor-ekspor barang di seluruh dunia pada beberapa periode waktu. Pandemi ini telah menciptakan ruang untuk meningkatkan kolaborasi serta inovasi. Dengan dukungan TNI AL, manajemen PAL merumuskan langkah-langkah strategis agar pembangunan Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) ini dapat berjalan lancar dengan tepat mutu dan tepat waktu.

Saat ini, kemajuan pembangunan kapal BRS ke-2 telah mencapai 81%. Dimana seluruh block telah selesai proses erection atau dalam kata lain keseluruhan konstruksi (platform) kapal telah selesai, serta sistem pendorong kapal telah terpasang bersama dengan beberapa alat kesehatan di dalamnya. Sebagai sistership, spesifikasi kapal BRS ke-2 ini tidak mengalami perubahan berarti dengan kapal sebelumnya. Kapal ini dilengkapi peralatan kesehatan dan fasilitas setara rumah sakit di darat dengan tipe C.

Kapabilitas serta fasilitas yang setara dengan rumah sakit tipe C ini, memiliki kemampuan operasi yang sama dan ada fitur tambahan yang tak dimiliki rumah sakit tipe C umumnya, yakni adanya CT Scan, X-Ray, hingga ruang isolasi yang dapat dirancang untuk menangani penyakit menular sehingga dapat berguna ditengah masa pandemi seperti ini.

Selain itu, kapal ini dilengkapi fasilitas penunjang yakni 2 unit LCVP, 2 unit ambulance boat dan 1 unit RHIB, serta memiliki fasilitas deck dan hanggar yang dapat memuat 3 unit helikopter; yang berguna sebagai transportasi evakuasi. Dalam waktu dekat, kapal BRS ke-2 ini siap untuk melaksanakan ceremony shipnaming & launching.

PT PAL Indonesia berperan aktif dalam penyaluran berbagai stimulus untuk meningkatkan daya saing global. Hal ini dibuktikan melalui tingginya peminat pasar global akan inovasi rancang bangun produk LPD milik PAL. Selain meningkatkan daya saing di tingkat global, melalui kepercayaan pemerintah sekaligus TNI Angkatan Laut, PAL dapat secara aktif merealisasikan upaya mengurangi ketergantungan terhadap mitra asing, menciptakan lapangan kerja untuk pertumbuhan ekonomi, mengatasi kesenjangan melalui inovasi, serta berkontribusi dalam menjaga kedaulatan negara.

Setiap kepercayaan yang diberikan kepada PAL, dapat mempengaruhi pergerakan ekonomi makro di Indonesia, yakni melalui penyerapan tenaga kerja (labour supply) yang besar dan tumbuhnya industri pendukung lokal sehingga dapat menjadi roda pergerakan ekonomi di tingkat mikro maupun mendorong kesiapan ekosistem industri manufaktur dan industri maritim di Indonesia.

 ⚓️  PAL Indonesia  

Rabu, 27 Juli 2022

DAHANA Gelar Soft Launching Loitering Munition Bernama Rajata

✈ Rajata [Dahana]

PT DAHANA merilis inovasi terbarunya di bidang militer dengan meluncurkan Loitering Munition bernama Rajata. Acara soft launching yang dihadiri oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan, serta Pusat Kesenjataan Infanteri TNI AD itu diselenggarakan di Kantor Pussenif AD, Cipatat, Bandung, Jum’at, 22 Juli 2022.

Direktur Teknologi dan Pengembangan DAHANA, Suhendra Yusuf RPN menyampaikan, Rajata merupakan senjata penghancur berteknologi tinggi yang dapat digunakan untuk menghancurkan sasaran secara otomatis tanpa dikendalikan. Teknologi ini merupakan hal baru dan pertama yang diproduksi di Asia Tenggara.

Teknologi Rajata memungkinkan personel yang menggunakannya dapat menghancurkan target tanpa diketahui musuh, Rajata dapat menjadi salah satu alternatif solusi penggunaan rudal karena nilainya yang lebih ekonomis, serta memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan roket,” ujar Suhendra.

Loitering Munition atau dikenal merupakan pesawat tanpa awak untuk melakukan misi self destroyer dengan sistem loiter (berkeliling) di area sasaran untuk mencari target sebelum menyerang. Senjata ini biasanya digunakan untuk menyerang target-target yang memerlukan respon cepat ketika terdeteksi.

Suhendra juga mengklaim, dengan segenap kemampuannya, Rajata berpotensi untuk digunakan di seluruh matra pertahanan TNI, seperti penggunaan oleh pleton matra darat di setiap perbatasan Indonesia, pada kapal laut milik TNI AL, ataupun pada pesawat TNI AU sebagai senjata.

Rajata nantinya akan bersaing dengan Loitering Munition lain, seperti Kalashnikov milik Rusia, Warmate Polandia, Switchblade Amerika, dan Hero-30 Israel. Nama Rajata sendiri diambil dari bahasa Sanskerta yang bermakna penghancur, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh Loitering Munition ini.

Kami berharap, teknologi ini turut bersumbangsih menciptakan kemandirian Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) serta Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) Negara Republik Indonesia, dan memperkuat sistem pertahanan nasional. DAHANA berkomitmen untuk Serving the Nation Better, untuk Kemajuan Indonesia,” ujar Suhendra.

Lanjutnya lagi, ke depan Dahana juga membuka peluang untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengembangkan Rajata. Baik itu sesama Industri Pertahanan, maupun dengan pihak lain. Dahana akan concern untuk membangun Konsep Triple Helix dalam mengembangkan Rajata.

Kami juga melihat potensi pasar yang cukup besar di Asia Tenggara dan Asia pada umumnya. Sehingga jika Rajata Loitering Munition juga nantinya akan berorientasi bisnis pada masa mendatang. Jika saatnya sudah mampu diproduksi secara masal (industri),” pungkas Suhendra.

DAHANA merupakan anggota holding BUMN Industri Pertahanan, DEFEND ID. Berbagai macam produk bahan peledak militer berhasil diciptakan oleh Energetic Material Center perusahaan, seperti Bomb P Series, Roket Pertahanan, Senjata Lawan Tank, dan beberapa produk berenergi tinggi lainnya.

 
antara  

Selasa, 26 Juli 2022

Kenapa Korsel Kolaborasi dengan RI Bikin Jet Tempur Canggih KF-21?

KF-21 Boramae [ROK Armed Forces]

Jet tempur generasi baru Korea Selatan KF-21 dan KF-X menjadi sorotan setelah jet itu berhasil menjalankan tes penerbangan pertamanya pada 19 Juli.

KF-21 sendiri dibuat oleh Industri Luar Angkasa Korea (KAI), dengan kesepakatan kerja sama dari Indonesia.

Sebagaimana diberitakan South China Morning Post, Indonesia sepakat membayar 20 persen biaya produksi jet tersebut. Total biaya yang diperlukan untuk produksi jet ini mencapai US$6,7 miliar (Rp100 triliun).

Lantas, apa yang membuat Korsel dan RI berkolaborasi dalam proyek pembuatan jet KF-21 ini?

Pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Beni Sukadis, menilai kerja sama tersebut dilakukan agar kedua negara bisa lebih mandiri dalam mendapatkan alutsista mereka.

"Produksi jet tempur ini adalah bagian dari diversifikasi sumber alutsista agar tidak tergantung dengan satu negara tertentu jika di embargo," kata Beni saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (25/7).

Menurut Beni, alasan lain RI setuju membantu Korsel mengembangkan jet KF-21 ialah karena sejumlah pesawat tempur Jakarta bakal menjadi pesawat tua dalam belasan tahun.

"Kemhan [Kementerian Pertahanan] sudah memprediksi enam pesawat tempur F-16 yang kita punya saat pertama kali pada 1981-an dan 24 pesawat hibah pada 2014 sampai 2018 akan menjadi pesawat tua pada 15 sampai 20 tahun lagi," ujar Beni.

Ketika ditanya alasan RI menyetujui kerja sama tersebut, Beni menjawab, "Itu tadi, supaya bisa mandiri dari ketergantungan negara lain [Barat]."

  Untuk Imbangi Kekuatan Sejumlah Negara 
KF-21 Boramae [ROK Armed Forces]

Sementara itu, pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati juga memiliki pendapat yang senada.

"Kerja sama tersebut merupakan proyek strategis untuk memperkuat alutsista TNI. Pesawat Tempur KF-X/IF-X memenuhi prototipe pesawat tempur modern untuk mengimbangi kekuatan udara beberapa negara tertentu di kawasan," kata Susaningtyas saat diwawancara CNNIndonesia.com, Senin (25/7).

"Jadi pesawat tempur tersebut dirancang nantinya diproduksi di PT DI [Dirgantara Indonesia] dengan kapabilitas yang lebih baik dalam rancangan manuver ekstrem. Dengan dilengkapi berbagai jenis rudal dan roket, maka pesawat tempur tersebut akan menjadi salah satu tulang punggung pencapaian air superiority [superioritas udara] di langit Indonesia," katanya.

Susaningtyas juga mengungkapkan TNI perlu meningkatkan kemampuan tempurnya.

"Dalam konsep perang udara di masa mendatang, TNI memang perlu meningkatkan kemampuan tempurnya, tidak saja di ruang udara [airspace] tetapi juga di ruang angkasa [outer space]. Baik ruang udara maupun ruang angkasa, keduanya merupakan kedaulatan udara NKRI," ujarnya.

Dari sisi Korsel, Susaningtyas menyampaikan Seoul menyetujui bantuan Jakarta karena negara itu merasakan manfaat dari kerja sama keduanya.

"Korsel menyetujui tentu saja ada unsur kemanfaatannya bagi negara mereka dan untuk menjaga lingkungan strategis kawasan," ujarnya lagi.

Sementara itu, Liang Tuang Nah dari Studi Internasional Sekolah S. Rajaratnam (RSIS) mengatakan Indonesia memiliki dua pertimbangan mengenai penggunaan KF-21, yakni pertahanan wilayah yang luas dan keusangan armada pesawat.

TNI AU harus menjaga 1.904.569 km persegi wilayah darat Indonesia, pun ruang udara RI, termasuk yang berada di atas perairan dalam negeri. Ini membuat cakupan wilayah yang harus dipantau TNI AU cukup besar.

Tak hanya itu, pertimbangan operasional dan keamanan dapat terjadi dari waktu ke waktu, membuat militer RI bisa saja mengerahkan misi di zona ekonomi eksklusif (ZEE) negara itu.

"Semua ini membutuhkan armada udara yang cukup besar yang bisa dibilang tidak dimiliki oleh TNI AU, mengingat badan itu hanya memiliki 101 pesawat bersenjata dan enam pesawat patroli maritim untuk menjaga tanggung jawab ruang udara mereka yang luas," tulis Liang dalam The Diplomat.

Selain itu, Liang berpendapat tak semua pesawat tersebut selalu tersedia atau layak terbang. Sejumlah pesawat kadang harus menjalani pemeliharaan dan menunggu pengiriman suku cadang baru.

"Melihat kondisi ini, akuisis 50 jet tempur Boramae [KF-21] dalam beberapa tahun ke depan tidak tampak sebagai proposisi yang tidak masuk akal untuk penjagaan keamanan nasional," tulis Liang lagi.

Walaupun demikian, kerja sama jet KF-21 antara Korsel dan Indonesia mengalami masalah keuangan. Indonesia diketahui masih belum membayar 800 miliar won (Rp 9,1 triliun) dari 20 persen biaya produksi jet ini ke Korsel, dikutip dari The Korea Times.

Keterlambatan tersebut terjadi karena Indonesia mengalami masalah finansial.

Indonesia sendiri sepakat membayar 20 persen atau 1,6 triliun won (Rp18,2 triliun) dari biaya total produksi jet KF-21, yang mencapai 8,8 triliun won (Rp 100 triliun).

Dari kesepakatan itu, Indonesia bakal mendapatkan sejumlah jet KF-21 dan transfer teknologi.

Sementara itu, Presiden RI Joko Widodo bakal mengunjungi Korea Selatan pada Kamis (28/7) dan bertemu Presiden Yoon Suk Yeol.

Seorang pejabat kantor kepresidenan mengatakan masalah pembayaran tersebut kemungkinan bakal dibahas dalam pertemuan keduanya.

  Masalah Kolaborasi Jet KF-21 Ikut Dibahas 
Prototipe ke 5 disiapkan untuk Indonesia [Kim Jae-seob/Hankyoreh]

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) akan mengunjungi Korea Selatan pada Kamis (28/7) dan bertemu dengan Presiden Yoon Suk Yeol.

Menurut salah satu pejabat kantor kepresidenan, Jokowi bakal membahas masalah pembayaran produksi jet KF-21 dalam pertemuan itu.

Kunjungan Jokowi ke Korsel merupakan rangkaian lawatan kenegaraan di Asia Timur setelah menyambangi China dan Jepang.

"Masalah pembayaran diprediksi akan dibahas dalam pertemuan tersebut," kata seorang pejabat senior dari kantor kepresidenan, dikutip dari The Korea Times.

Sebagaimana diberitakan The Korea Times, Indonesia dan Korsel menandatangani kesepakatan atas jet tempur KF-21 pada 2010. Indonesia setuju untuk membayar 1,6 triliun won (Rp 18,2 triliun) untuk pengembangan jet tersebut.

Jumlah itu setara dengan 20 persen total biaya yang digunakan untuk mengembangkan jet itu, yakni mencapai 8,8 triliun won (Rp 100 triliun). Dari kesepakatan itu, Indonesia akan mendapatkan beberapa pesawat untuk TNI AU, pun transfer teknologi.

Meski begitu, Indonesia memiliki masalah pembayaran. RI sendiri belum membayar 800 miliar won (Rp 9,1 triliun) yang dijanjikan ke Korsel pada bulan ini akibat masalah finansial.

Pada November lalu, Indonesia sempat melakukan negosiasi ulang agar bisa tetap ikut dalam proyek KF-X. Indonesia menawarkan diri untuk membayar bagiannya dalam bentuk barter.

Dari perundingan tersebut, Indonesia dan Korsel sepakat bahwa Jakarta akan tetap menanggung 20 persen biaya pengembangan proyek. Namun, 30 persen dari biaya tersebut dapat dibayarkan menggunakan barang.

  Manfaat Kerja Sama Korsel-RI 
6 Prototipe KF-21 Boramae [ROK Armed Forces]

Menurut peneliti di Forum Pertahanan dan Keamanan Korea, Shin Jong Woo, kunjungan Jokowi ke Korsel bakal membawa dampak positif untuk mengatasi keterlambatan pembayaran biaya produksi jet KF-21 dari RI.

"Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) bertekad tidak akan mengirimkan KF-21 ke Indonesia jika negara itu tak membayar bagiannya. Meski begitu, penerbangan perdana KF-21 yang sukses bakal membawa peran positif untuk mengatasi masalah keterlambatan pembayaran saat Jokowi berkunjung ke sini," kata Shin.

"Melihat perkembangan tersebut, Indonesia, yang tadinya ragu dengan proyek KF-X, mungkin akan lebih antusias akan itu," tuturnya lagi.

Selain itu, Shin turut mengomentari kabar kemungkinan Indonesia mundur dari kesepakatan tersebut. Menurut Shin, Indonesia tak mungkin dengan gampang memutuskan keluar dari kesepakatan itu, mengingat RI tak punya jet tempur generasi 4,5 berkemampuan siluman.

"[Jet] Rafale yang dibeli Indonesia baru-baru ini bukan jet tempur siluman, KF-21 merupakan opsi yang lebih menarik, sesuatu yang tak bisa diabaikan negara itu," tutur Shin.

Seorang pejabat industri pertahanan juga menuturkan ia berharap kunjungan Jokowi ke Korsel dapat membawa kabar baik akan kerja sama kedua negara dalam program KF-X ini.

"Saya berharap kunjungan Jokowi dapat membawa hasil positif akan program KF-X," ujar pejabat itu. (pwn/bac)

  ★ CNN  

Bamsoet Dukung Kerja Sama RI-Korsel Perkuat Industri Pertahanan

KF-21 Boramae [ROKArmed Forces]

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendukung upaya LIG Nex1 sebagai salah satu pelaku industri pertahanan Korea Selatan untuk meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak di Indonesia guna memperkuat kemajuan industri pertahanan Asia. Menurut Bamsoet, dengan begitu negara di kawasan Asia tak perlu terlalu bergantung kepada industri pertahanan dari kawasan lainnya.

Bamsoet mengulas LIG Next1 telah membangun kerja sama dengan berbagai pihak di Indonesia, antara lain dengan Polri sejak tahun 2006 untuk memperkuat sistem komunikasi Bhabinkamtibmas melalui penyediaan radio PRC-999KE. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan TNI AU sejak tahun 2014 untuk memperkuat Chiron (Short Range Missile).

"Industri pertahanan Indonesia saat ini terus menggeliat, baik dari sisi pelaku usaha swasta maupun dari sisi pemerintah. Terlebih dengan telah diresmikannya Defend ID sebagai holding BUMN Industri Pertahanan. Indonesia dan Korea (Selatan) bisa menjadi mitra strategis yang kuat dalam memajukan kawasan Asia sebagai pusat industri pertahanan dunia," jelas Bamsoet dalam keterangannya, Senin (25/7/2022).

Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia itu memaparkan proyeksi pasar industri pertahanan kawasan Asia sangat besar. Untuk kawasan Asia Tenggara, diproyeksikan bisa mencapai US$ 35 miliar. Sementara itu, untuk kawasan Asia Pasifik, diperkirakan mencapai US$ 533 miliar atau lebih dari Rp 6 ribu triliun. Bamsoet menekankan potensi tersebut mesti bisa dinikmati oleh industri pertahanan Asia.

"Indonesia dan Korea (Selatan) telah sukses membangun kerja sama dalam memproduksi pesawat tempur generasi 4,5 KF-21 Boramae. Proyek yang dibangun sejak 6,5 tahun lalu ini telah sukses melaksanakan uji coba terbang pertamanya beberapa hari lalu di Bandar Udara Sacheon, Korea. Keberhasilan tersebut menjadi penanda bahwa antara Indonesia dengan Korea telah memiliki visi dan misi yang sama dalam hal memperkuat industri pertahanan nasionalnya masing-masing," tutur Bamsoet usai menerima jajaran LIG Nex1 Asia and Oceania Office, di Jakarta.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu ini menjabarkan berbagai produk kedirgantaraan yang dikembangkan LIG Nex1 antara lain sistem elektronik presisi canggih, termasuk rudal, sistem senjata bawah air, radar, peperangan elektronik, avionik, sistem komunikasi taktis, sistem kendali tembakan, sistem tempur angkatan laut, dan elektro-optik. LIG Nex1 juga menjadi salah satu pemasok utama sistem senjata untuk Angkatan Bersenjata Republik Korea, serta pengekspor sistem senjata internasional.

"Selain membangun kerja sama memproduksi berbagai kebutuhan militer dan kedirgantaraan, Indonesia dan Korea melalui LIG Nex1 juga bisa membangun kerjasama alih transfer teknologi. Sehingga industri pertahanan Korea (Selatan) dan Indonesia bisa saling menguatkan satu sama lain," ujar Bamsoet. (akd/ega)

  ★ detik  

Senin, 25 Juli 2022

Ahli Nilai KF-21 Buatan Korsel-RI Tak Sepadan Jet J-20 China

KF-21 Boramae [ROKArmed Forces]

Pengamat militer asal Macau, Antony Wong Tong, menilai jet tempur KF-21 Boramae buatan Korea Selatan kolaborasi dengan Indonesia bukan tandingan pesawat kombatan canggih China, Chengdu J-20.

Kenapa ahli menganggap KF-21 yang merupakan kerjasama Korsel-RI bukan tandingan jet tempur China Chengdu J-20?

Wang Tong menilai KF-21 masih jauh di bawah kelas Chengdu J-20 yang merupakan generasi kelima.

"KF-21 bukanlah tandingan bagi [jet tempur] China FC-31, pun J-20," kata pengamat militer yang berbasis di Macau, Antony Wong Tong, kepada South China Morning Post.

Seri jet tempur J-20 sendiri merupakan satu dari segelintir jenis jet tempur generasi kelima di dunia. Selain China, hanya Amerika Serikat dan Rusia yang memiliki jet tempur generasi kelima.

Jet tempur AS generasi tersebut dikenal dengan nama F-22 dan F-35, sementara buatan Rusia disebut Sukhoi S-57. Jet tempur generasi kelima ini menggabungkan kemampuan intai, manuver super, jelajah supersonik, hingga avionik canggih.

Wong Tong kemudian menyebut KF-21 kemungkinan dibuat untuk menyaingi jet tempur China yang merupakan tipe di bawah J-20.

  Jet Tempur China Jenis Apa yang Bisa Ditandingi KF-21? 
Jet tempur China generasi kelima Chengdu J-20. (Terrenceteo via Wikimedia CC-BY-SA-4.0)

Di antara pesawat tempur China yang bisa dibandingkan dengan KF-21 adalah Chengdeo J-10 generasi keempat. Wong Tong menaksir KF-21 bisa menjadi ancaman serius bagi J-10.

"Jet itu dapat menyaingi varian [Chengdu] J-10," kata Wong Tong lagi.

Jet tempur Chengdu J-10 buatan China masuk dalam kategori jet generasi keempat. Jet ini dipamerkan pada 2005. Ratusan jet ini juga telah digunakan di dunia.

Seperti dilaporkan South China Morning Post, J-10 merupakan jet mesin tunggal yang lebih ringan dan kecil ketimbang KF-21. Seri J-10 terbaru, seperti J-10B dan J-10C, juga dilengkapi dengan sistem avionik canggih seperti radar active electronically scanned array (AESA).

Tak hanya J-10 yang bisa terancam dengan KF-21 yang merupakan pendatang baru 'si burung besi tempur'. Jet tempur China lainnya Shenyang FC-31 juga disebut dalam ancaman jet tempur buatan Korsel-RI.

KF-21 dan FC-31 sama-sama jet tempur dengan mesin ganda. Kedua pesawat kombatan tersebut memiliki spesifikasi dan ukuran yang mirip. Kecepatan KF-21 juga didesain mencapai Mach 1,8 (2.222 km per jam), sama seperti FC-31.

Keduanya mampu membawa senjata seberat 7,7 ton dan 8 ton, dengan jarak tempur masing-masing 1.450 km dan 1.200 km.

Jet tempur China FC-31 Falcon Hawk (istimewa)

Jika KF-21 bekerja dengan baik, Wong menilai jet tersebut dapat menjadi ancaman baru bagi China, mengingat Korsel sendiri memiliki aliansi militer dengan AS.

Wong Tong juga memprediksi KF-21 berpotensi menjadi pesaing terberat FC-31 di pasar internasional.

KF-21 memiliki kualifikasi yang cukup untuk masuk ke dalam seri jet generasi keempat, atau keempat plus. Jet buatan Korsel tersebut memiliki kemampuan avionik baru, seperti radar active electronically scanned array (AESA), pod penargetan elektro-optik, sistem pelacakan dan pencarian inframerah, pun peralatan militer canggih seperti rudal udara-ke-udara dan rudal udara-ke-darat.

Dari segi produksi, pendanaan KF-21 dibantu oleh Indonesia. Jakarta berjanji membayar 20 persen dari pengembangan jet buatan Industri Luar Angkasa Korsel tersebut.

Total biaya yang diperlukan untuk pengembangan jet ini mencapai US$ 6,7 miliar atau setara Rp 100 triliun.

Reuters melaporkan Korsel telah selesai menguji coba KF-21 pada 19 Juli lalu. Prototipe jet itu lepas landas dari pangkalan udara di Kota Sacheon dan berhasil terbang selama 30 menit.

Namun, jet terbaru ini perlu menjalani berbagai tes sebelum bisa dijual ke pasaran, yakni pada 2026. (pwn/bac)

  ★ CNN  

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More