blog-indonesia.com

N 250 IPTN

Prototype pesawat pertama angkut penumpang dengan sistem fly by wire produksi IPTN, Bandung - Indonesia Teknologi

CN 235 MPA

Pesawat patroli maritim CN-235 produksi PT DI - Indonesia Teknologi

NC 212 MPA

Pesawat patroli maritim NC-212 produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

N 219

Pesawat karya anak bangsa, kerjasama BUMNIS diproduksi PT DI - Indonesia Teknologi

Drone LEN

Drone Bersenjata karya LEN - Indonesia Teknologi

Star 50

Kapal kargo 190 m dengan bobot 50.000 dwt merupakan kapal angkut terbesar pertama buatan Indonesia, produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

LPD KRI Banda Aceh

Kapal perang serba guna produksi PT PAL, Surabaya, merupakan kapal dengan panjang 125 m hasil desain anak bangsa dengan lisensi Korea - Indonesia Teknologi

SSV Filipina

Strategic Sealift Vessel produk ekspor kapal perang pertama PAL Indonesia - Indonesia Teknologi

KN Tanjung Datu 1101

KN Tanjung Datu 1101 Bakamla, kapal patroli 110m produksi PT Palindo

KRI I Gusti Ngurah Rai 332

PKR 10514 class, Kapal frigat produksi bersama PT PAL indonesia - Indonesia Teknologi

KN 321 Pulau Nipah

KN Pulau Nipah 321 Bakamla, kapal 80 m produksi PT Citra Shipyard, Batam

KRI Bung Karno 369

KRI Bung Karno 369 produksi PT Karimun Anugrah Sejati

KCR 60 KRI Tombak 629

Kapal Cepat Rudal-60 produksi PT. PAL, Indonesia. Merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

BC 60002

Kapal Patroli Bea dan Cukai produksi PT Dumas Tanjung Perak Shipyards. - Indonesia Teknologi

FPB 57 KRI Layang

Kapal patroli cepat berpeluru kendali atau torpedo 57 m rancangan Lurssen, Jerman produksi PT PAL, Surabaya - Indonesia Teknologi

KCR 40 KRI Clurit

Kapal Cepat Rudal-40 produksi PT. Palindo Marine, Batam. Senilai kurang lebih 75 Milyar Rupiah, merupakan kapal pemukul reaksi cepat produksi Indonesia. - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Torani 860

Kapal patroli 40 m produksi beberapa galangan kapal di Indonesia, telah diproduksi diatas 10 unit - Indonesia Teknologi

PC 40 KRI Tarihu

Kapal patroli 40 m berbahan plastik fiberglass produksi Fasharkan TNI AL Mentigi Tanjung Uban, Riau - Indonesia Teknologi

KRI Klewang

Merupakan Kapal Pertama Trimaran, produksi PT Lundin - Indonesia Teknologi

Hovercraft Kartika

Hovercraft utility karya anak bangsa hasil kerjasama PT. Kabindo dengan TNI-AD dengan kecepatan maksimum 40 knot dan mampu mengangkut hingga 20 ton - Indonesia Teknologi

Hovercraft Indonesia

Hovercraft Lumba-lumba dengan kecepatan maksimum 33 knot dan mampu mengangkut 20 pasukan tempur produksi PT Hoverindo - Indonesia Teknologi

X18 Tank Boat Antasena

Tank Boat Antasena produk kerjasama PT Lundin dengan Pindad - Indonesia Teknologi

Sentry Gun UGCV

Kendaraan khusus tanpa awak dengan sistem robotik yang dirancang PT Ansa Solusitama Indonesia - Indonesia Teknologi

MT Harimau 105mm

Medium tank dengan kanon 105 mm produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Badak FSV 90mm

Kendaraan tempur dengan kanon 90 mm cockeril produksi PT Pindad - Indonesia Teknologi

Panser Anoa APC

Kendaraan angkut militer produksi PT Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Tank SBS Pindad

Kendaraan militer prototype Pindad - Indonesia Teknologi

APC PAL AFV

Kendaraan angkut pasukan amfibi hasil modifikasi dari BTR-50 PM produksi PT PAL, Surabaya sehingga meninggkatkan keamanan dan daya jelajahnya - Indonesia Teknologi

MLRS Rhan 122B

Kendaraan militer multilaras sistem roket Rhan 122B produksi PT Delima Jaya - Indonesia Teknologi

PT44 Maesa

Kendaraan angkut militer produksi Indonesia - Indonesia Teknologi

MCCV

Mobile Command Control Vehicle (MCCV) kerjasama dengan PT PT Bhinneka Dwi Persada - Indonesia Teknologi

Ganilla 2.0

Kendaraan khusus dapur lapangan produksi PT Merpati Wahana Raya - Indonesia Teknologi

Komodo 4x4

Kendaraan militer taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Maung 4x4

Kendaraan taktis produksi Pindad, Bandung - Indonesia Teknologi

Turangga APC 4x4

Kendaraan militer taktis produksi PT Tugas Anda dengan chassis kendaraan Ford 550 - Indonesia Teknologi

GARDA 4x4

Kendaraan militer taktis hasil karya anak bangsa - Indonesia Teknologi

ILSV

Kendaraan taktis Indonesia Light Strike Vehicle (ILSV) produksi PT Jala Berikat Nusantara Perkasa - Indonesia Teknologi

P1 Pakci

Kendaraan taktis angkut pasukan P1 Pakci produksi PT Surya Sentra Ekajaya (SSE), berbodi monokok dengan mesin diesel 3000 cc milik Toyota Land Cruiser - Indonesia Teknologi

P2 APC Cougar

Kendaraan taktis angkut pasukan produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) dengan mesin diesel turbo bertenaga 145 hp - Indonesia Teknologi

P3 APC Ransus Cheetah

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

P6 ATAV

Kendaraan khusus produksi PT. Surya Sentra Ekajaya (SSE) - Indonesia Teknologi

DMV30T

Kendaraan taktis Dirgantara Military Vehicle (DMV-30T) menggunakan mesin diesel 3000 cc Ford Ranger produksi PT DI, Bandung - Indonesia Teknologi

Mobil Hybrid LIPI

Prototipe mobil tenaga hybrid produksi LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Listrik MARLIP (Marmut LIPI)

Prototipe mobil Listrik karya LIPI - Indonesia Teknologi

Mobil Nasional Esemka Digdaya

Mobil hasil karya anak SMK Solo dengan rancangan dari China - Indonesia Teknologi

Teknik Sosrobahu

Struktur pondasi jalan layang yang dapat digerakan 90° sehingga tidak memakan banyak tempat dan merupakan desain anak bangsa - Indonesia Teknologi

Selasa, 30 November 2010

Sekjen Kemhan Tinjau Prototype Kendaraan Taktis Produksi Dalam Negeri

PT44 Gudel (Foto : Pacific Technology)

Jakarta, DMC - Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) Marsdya TNI Eris Herryanto S.Ip, M.A, melakukan inspeksi tiga buah prototype Kendaraan Taktis (Rantis) 3/4 ton 4 x 4 produksi industri pertahanan dalam negeri, Senin (29/11) di lapangan apel Setjen Kemhan, Jakarta.

Dari ketiga buah Rantis tersebut salah satunya adalah produksi dari PT. Pindad (Persero). Sedangkan dua buah Rantis lainnya adalah produksi perusahaan swasta nasional yaitu PT. Pasific Technology Indoraya IAD dan PT. Starion.

Ketiga buah prototype Rantis rencananya akan dilakukan pengujian pada tanggal 29 November sampai dengan 4 Desember 2010 yang akan dilakukan di Laboratorium Hubdar, B2TKS dan Dislitbangad Batujajar. Kegiatan pengujiannya meliputi pengujian statis, dinamis, manuver dan uji fatigue.

Saat melakukan inspeksi, Sekjen Kemhan didampingi Irjen Kemhan Laksdya TNI Gunadi, M.D.A, Dirjen Pothan Kemhan Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji D.E.A, Kabalitbang Kemhan DR. Ir. Pos M. Hutabarat, MA dan Dirjen Ranahan Kemhan Laksda TNI Susilo serta sejumlah pejabat eselon I dan II di lingkungan Kemhan. Hadir pula Dirut PT. Pindad Adik A. Soedarsono.

Rantis 3/4 Ton Pindad (Foto : Angkasa Reader)

Rantis 3/4 Ton Pindad dirancang dengan menggunakan basis kendaraan yang memiliki tenaga 156 PS dan torsi 38.7 kg.m yang cukup besar dan memiliki kemampuan 4WD sehingga mampu mengatasi segala jenis medan, kecuali medan terputus (sungai, rawa dan laut).

Kendaraan militer ini dirancang sesuai kebutuhan serta kegiatan taktis lapangan. Rantis tersebut mampu mengangkut personel sebanyak 10 orang karena memiliki double cabin untuk empat personel termasuk pengemudi dan bak belakang yang mampu dinaiki enam personel dengan perlengkapan perorangan.
Rantis Ÿ Ton Pindad tersebut juga dapat dikembangkan sebagai kendaraan ambulance, kendaraan unit komunikasi dan kendaraan yang dipersenjatai SLT/SMB/Rudal.(BDI/RTN)


DMC

Solo Techno Park Akan Gunakan Listrik Tenaga Surya

TEMPO Interaktif, Surakarta - Dewan Riset Daerah Kota Surakarta saat ini tengah menggagas penggunaan listrik tenaga surya sebagai pembangkit di Solo Techno Park. Meski bertenaga surya, teknologi yang akan diterapkan tidak akan lagi menggunakan perangkat solarsel.


”Peralatan tersebut merupakan penemuan baru yang ramah lingkungan,” kata Ketua Dewan Riset Daerah Kota Surakarta, BB Triyatmoko.

Riset tersebut melibatkan beberapa ahli dari Jerman yang saat ini tengah melakukan penelitian bersama Akademi Teknik Mesin Indonesia (ATMI) Surakarta. Menurut Triyatmoko, proyek uji coba tersebut merupakan sebuah kerja sama antara Surakarta dengan Pemerintah Kota Munich dan Moosburg yang berada di Jerman.

Triyatmoko menjelaskan, penggunaan pembangkit listrik tenaga surya tersebut tidak lagi menggunakan perangkat solarsel, seperti yang selama ini banyak digunakan. “Peralatan solarsel tidak ekonomis lantaran harganya yang mahal,” kata Triyatmoko. Meski demikian, dia mengaku belum menghitung biaya pasti pembuatan instalasi tenaga listrik model baru tersebut.

Dia menjelaskan, peralatan tersebut pada dasarnya menggunakan sistem seperti mesin uap. Peralatan tersebut menangkap pancaran radiasi dari matahari dan digunakan untuk memanaskan tabung air yang akan dipasang di atas atap gedung Solo Techno Park. Sedangkan kalori yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin pembangkit listrik.

Dalam perhitungan yang telah dilakukan, peralatan tersebut nantinya mampu menghasilkan listrik sebesar 3 megawatt. Besarnya listrik yang dihasilkan, lanjut Triyatmoko, hampir setara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang berada di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Dia menjamin, listrik tersebut mampu memenuhi kebutuhan di Solo Techno Park.

Direncanakan, proyek pembuatan pembangkit tersebut akan segera dimulai pada awal tahun depan. “Wali Kota Munich dan Moosburg akan berkunjung ke Surakarta pada Januari tahun depan,” kata Triyatmoko. Pembicaraan teknis mengenai proyek pembuatan pembangkit listrik tenaga surya itu akan dibahas secara rinci pada saat kunjungan tersebut.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Surakarta, Anung Indro Susanto menyatakan, sangat mendukung proyek tersebut. Menurutnya, Indonesia yang berada di sekitar garis khatulistiwa sangat sesuai untuk pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya.

Anung menambahkan, peralatan pembangkit tersebut juga tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. “Sangat sesuai dengan program eco-cultural city yang tengah dikembangkan,” kata Anung.

Hanya saja, menurut Sekretaris Daerah Kota Surakarta, Budi Suharto, jika Pemerintah Kota Surakarta, belum bisa menjamin ketersediaan anggaran untuk proyek tersebut. “Proyek riset yang berhubungan dengan teknologi biasanya membutuhkan biaya tinggi,” kata Budi. Padahal, prioritas penggunaan anggaran pada tahun depan digunakan untuk pembiayaan program kesehatan, pendidikan dan perekonomian.

Meski demikian, dia berjanji untuk mencari anggaran ke pemerintah pusat. Alasannya, proyek tersebut cukup spektakuler. Sebagai alternatif, pihaknya juga akan mencoba mencari sumber dana dari pihak ketiga. “Banyak sektor swasta yang berminat dengan penemuan tersebut,” kata Budi.[Ahmad Rafiq]


TEMPOInteraktif

AXIS Perpanjang Kerjasama dengan Ericsson

Jakarta (ANTARA News) - AXIS, operator GSM dan 3G di Indonesia, telah memperpanjang kerjasama "managed services" dengan Ericsson (NASDAQ:ERIC) dalam sebuah kontrak empat tahun.

Kerjasama "managed services" itu telah dimulai sejak 2008. Ericsson sekarang akan bertanggung jawab untuk operasional, "field maintenance," "support services", dan "spare parts management" jaringan milik AXIS di Jakarta sekitarnya dan Sumatra Utara.

Ericsson akan mendukung lebih dari 3.000 radio "base station" dan sekitar delapan juta pelanggan AXIS akan merasakan manfaat dari peningkatan performa jaringan dan layanan pelanggan.

Indonesia menempatkan posisi keenam di dunia dengan jumlah pengguna telepon seluler terbanyak. Negara ini juga merupakan salah satu pasar konsumen dengan pertumbuhan tercepat, memiliki 180 juta total pelanggan.

"Saya sangat gembira untuk mengumumkan partisipasi dan kerjasama Ericsson selama masa penting ini bagi perusahaan kami. Selama lebih dari dua tahun belakangan, layanan mobile telah menjadi lebih terjangkau di Indonesia dan AXIS telah menjadi pilihan terbaik bagi orang Indonesia karena terjangkau, sederhana dan handal," Erik Aas, President Director & CEO untuk AXIS.

Kerjasama dengan Ericsson membuat AXIS fokus untuk memperluas jangkauan mereka dan membawa layanan "mobile" yang lebih terjangkau kepada seluruh pelanggan.

"Indonesia merupakan pasar penting bagi kami. Keberadaan kami di sini sejak 1907 dan kami telah berperan secara signifikan dalam pembangunan industri telekomunikasi di negara ini. Pada 2008, kami menjalin kerjasama dengan AXIS untuk membangun, menjalankan dan mengelola jaringan," kata Mats Otterstedt, President untuk Ericsson Indonesia.

3G/WCDMA yang baru di Jakarta sekitarnya. Dengan memperpanjang dan memperluas kerjasama ini, Ericsson tetap mendukung AXIS dalam pertumbuhan pasar yang sedang pesat ini.(ENY/S026)


ANTARAnews

BPPTK : Banjir Lahar Dingin dari Merapi Bisa Lama

Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta memperkirakan, bahaya lahar dingin dari material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi akan berlangsung dalam waktu yang lama, hingga mencapai lebih dari satu tahun.

"Volume material hasil erupsi Gunung Merapi yang telah terbawa sebagai lahar dingin masih sangat kecil sehingga ancaman lahar dingin masih bisa terjadi dalam waktu lama, bahkan bisa lebih dari satu tahun," kata Kepala Balai Penyelidikan dan pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo di Yogyakarta, Selasa.

Ia mencontohkan, banjir lahar dingin seperti yang terjadi di Sungai Code pada Senin malam (29/11) hanya membawa sedikit dari total volume material vulkanik Gunung Merapi yang telah dimuntahkan.

Menurut dia, lahar dingin yang membawa material hasil erupsi Gunung Merapi baru terjadi di Kali Boyong, Kali Putih dan di Kali Senowo, sehingga diperkirakan baru 10 persen dari total 140 juta material vulkanik yang telah terbawa dalam lahar dingin tersebut.

"Material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi tersebut tidak akan turun seketika menjadi lahar dingin, tetapi akan turun dalam volume-volume kecil dalam waktu yang cukup lama," katanya.

Ia mengatakan, ancaman bahaya lahar dingin tidak akan sebesar ancaman letusan Gunung Merapi yang berupa awan panas. "Namun, lahar dingin kemungkinan akan lebih sering terjadi dibanding awan panas, terlebih pada musim hujan," katanya.

Hujan dengan intensitas tinggi, minimal 40 milimeter (mm) per jam di Gunung Merapi dan terjadi selama dua jam berturut-turut, lanjut dia, bisa menyebabkan terjadinya lahar dingin.

Selain bahaya lahar dingin saat musim hujan, Subandriyo juga mengatakan, kemungkinan terjadinya "secondary explosion" di endapan lahar Merapi.

"Endapan lahar tersebut memiliki suhu yang masih cukup tinggi, sekitar 300 derajat celcius, sehingga saat ada hujan maka kemungkinan akan menyebabkan adanya letusan sekunder tersebut," katanya.

Namun demikian, letusan sekunder tersebut tidak membawa ancaman yang cukup signifikan kepada masyarakat karena merupakan fenomena alam biasa sehingga BPPTK tidak melakukan pemantauan khusus terhadap terjadinya letusan-letusan sekunder tersebut.

Pada Selasa, dilaporkan terjadinya letusan sekunder di Kali Gendol yang menyebabkan munculnya asap dengan ketinggian sekitar 300 meter.

Berdasarkan hasil pemantauan BPPTK Yogyakarta, aktivitas kegempaan Gunung Merapi hingga pukul 18.00 WIB, telah terjadi 14 kali gempa multiphase, 21 kali guguran dan dua kali gempa tektonik, sedangkan gempa "low frequensi", "tremor" dan awan panas tidak tercatat. (*)(U.E013/Y006)


ANTARAnews

BPPT : Gemuruh Air Peringatan Masyarakat Mentawai

Gelombang Tinggi membuat suara gemuruh air

Jakarta (ANTARA News) - Peringatan dini dari alam berupa suara gemuruh air seperti pesawat terbang sangat penting bagi masyarakat kepulauan dekat zona subduksi gempa untuk menghindari bencana tsunami, demikian hasil survei pascagempa dan tsunami yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

"Untuk kepulauan di barat Sumatera seperti Mentawai yang jaraknya dekat dengan zona subduksi, waktu tiba tsunami hanya 5-10 menit setelah gempa. Tidak ada yang lebih baik daripada tanda-tanda alam seperti gemuruh pesawat, khususnya di tengah berbagai keterbatasan teknologi," kata Ketua Tim Survei Balai Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr Widjo Kongko, di Jakarta, Selasa.

Hambatan bukan saja berasal dari peralatan "tsunami early warning system" (TEWS) seperti buoy yang tak berfungsi, tetapi juga fasilitas komunikasi termasuk ketiadaan sinyal telpon seluler di pulau terpencil tersebut.

Belum lagi listrik berpembangkit diesel yang hanya beroperasi hingga pukul 21.00 WIB sementara bencana gempa dan tsunami terjadi pada malam hari.

"Semua hambatan teknologi ini mengajarkan bahwa tanda-tanda alam yang paling penting untuk melarikan diri. Bahkan jika pun teknologi sudah canggih, listrik dan fasilitas komunikasi memadai, waktu 5-10 menit terlalu sebentar untuk proses distribusi informasi dari TEWS ke satelit lalu ke pusat di BMKG lalu ke Pemda dan kemudian masyarakat," katanya.

Survei 20-27 November 2010 hasil kerja sama antara BPPT dan ilmuwan Jerman itu juga menyimpulkan bahwa tinggi tsunami di kepulauan tersebut berkisar antara 1-12 meter dari muka laut, misalnya 12 meter di Pulau Libuat dan masuk hingga terjauh 450 meter di Malakopa.

Pihaknya juga menemukan banyak endapan tsunami diberbagai tempat dengan ketebalan berkisar antara 1,5-12 cm serta pecahan terumbu karang yang ukurannya besar-besar rata-rata mencapai 4x5x3 meter yang sebagian masih hidup karena berasal dari laut.

Ia juga mengingatkan, bahwa tidak berarti gempa yang pelan itu tidak akan menimbulkan tsunami karena masyarakat di kepulauan Mentawai ternyata hanya merasakan gempa yang pelan sehingga membuat mereka lengah.

"Meski pelan guncangannya tapi berayun selama sekitar tiga menit. Mereka tak menyangka karena gempa Mentawai tahun 2007 lebih keras dari ini tapi tidak menimbulkan tsunami, sehingga mereka tak menyangka bahwa tsunami kali ini datang," katanya.

Masyarakat setempat yang bermatapencaharian bukan nelayan alias petani kopra juga berpengaruh pada banyaknya korban.

Tim terdiri dari 10 ilmuwan, yakni empat orang dari BPPT, dua orang dari Badan Geologi Kementerian ESDM, seorang dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan KKP, dan tiga ilmuwan Jerman dari University of Hamburg dan FI-Leibniz University of Hannover dengan dukungan dari pemerintah Jerman melalui proyek GITEWS.

Proyek ini berupaya untuk mendokumentasikan data lapangan yang bersifat ilmiah serta hasil wawancara korban yang selamat.

Hasil survei akan menjadi masukan untuk memperbaiki sistem peringatan dini tsunami (TEWS) dan pengurangan resiko bencana. (*)(T.D009/A025)


ANTARAnews

Profesor LAPAN : Pengamatan Ionosfer Bisa Deteksi Gempa

Dr Sarmoko Saroso MSc (Antara News/LAPAN)

Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) telah meneliti bagaiamana kondisi ionosfer menjadi salah satu faktor yang bisa menandakan akan terjadi gempa, lalu apakah gempa bisa diprediksi di masa datang?

Dr Sarmoko Saroso MSc peneliti LAPAN yang baru saja dikukuhkan sebagai profesor riset di Jakarta Selasa mengungkapkan bahwa kerapatan elektron di lapisan ionosfer atau TEC (total electron content) mempunyai korelasi dengan aktivitas matahari dan gangguan medan magnet bumi.

Ionosfer merupakan lapisan di luar angkasa yang unik karena memiliki muatan partikel elektron, berbeda dengan atmosfer yang berpartikel netral.

Variasi TEC ionosfer juga mempunyai keterkaitan dengan kejadian gempa yang disebabkan oleh fenomena seismo-ionosfer, yaitu kopling antara litosfer, atmosfer, dan ionosfer, yang akan menimbulkan anomali di ionosfer sebelum kejadian gempa.

Menurut Sarmoko, pengamatan fenomena seismo-ionosfer itu memungkinkan untuk digunakan sebagai pertanda (prekursor) kejadian gempa bumi untuk keperluan mitigasi bencana.

Kerapatan elektron sebelum terjadinya gempa ternyata ada penurunan pada 2 sampai 7 hari sebelum gempa.

"Untuk prediksi gempa itu masih sainstifik prediction, ini hanya salah satu pertanda saja," kata Sarmoko, ilmuwan yang lahir di Temanggung, Jawa Tengah.

"Memang orang seismologi kebanyakan tidak percaya dengan fenomena seperti itu, tapi kita punya komunitas sehingga kita akan coba membuktikan kebenarannya."

Sarwoko juga menyertakan data pengamatan mengenai gempa berkekuatan lebih dari 5 skala richter antara Desember 1993 hingga 15 Agustus 2002 dalam orasi pengukuhannya berjudul "Ionosfer untuk Komunikasi Radio, Navigasi, dan Informasi Mitigasi Bencana".

Sebagai contoh gempa 7,5 magnitudo pada 1 Januari 1996 pada kedalaman 24 kilometer, prekursor (pertanda) dalam lapisan ionosfer sudah muncul pada H-7, kemudian H-6, dan H-3.

Selanjutnya pada gempa di Aceh 26 Desember 2004 silam yang berkekuatan amat sangat besar, 9,0 SR, berkedalaman 30 km, dapat ditentukan 3 prekursor pada 2 hingga 7 hari sebelum kejadian gempa.

Selain untuk memantau prekursor sebelum terjadinya gempa, kondisi ionosfer juga berfungsi sebagai pemantul gelombang radio. Kemampuan ionosfer dalam mamantulkan gelombang radio tergantung pada kerapatan elektron di ionosfer.

Oleh karena itu, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Eropa, dan Jepang telah membangun stasiun-stasiun pengamat ionosfer yang didukung oleh pengukuran secara langsung menggunakan roket dan satelit.

Penelitian TEC dalam lapisan ionosfer juga bisa digunakan untuk menekan perlambatan sinyal komunikasi GPS saat melewati ionosfer.

Selanjutnya hasil perhitungan koreksi waktu tunda ionosfer ini direalisasikan dalam bentuk perangkat lunak yang mempertajam koreksi dari stasiun acuan, sehingga kesalahan dalam penentukan posisi yang diakibatkan oleh perlambatan sinyal dapat ditekan sekecil mungkin.(S026/B010)


ANTARAnews

Dua Lagi Ilmuwan LAPAN Jadi Profesor Riset

Dr -Ing Soewarto Hardhienata (kiri) dan Dr Sarmoko Saroso MSc (kanan) usai pengukuhan sebagai Profesor Riset di Gedung Lapan Jakarta, Selasa. (Antara News/LAPAN

Jakarta (ANTARA News) - Dua lagi ilmuwan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dikukuhkan menjadi profesor riset sehingga lembaga ini sudah menelorkan 13 profesor riset dari lebih 300 profesor riset di seluruh Indonesia.

Pengukuhan Dr -Ing Soewarto Hardhienata dan Dr Sarmoko Saroso MSc sebagai profesor riset digelar di Gedung LAPAN Jalan Pemuda Persil No 1 Jakarta, Selasa, yang juga disaksikan oleh Kepala LAPAN Dr Adi Sadewo Salatun Msc.

Dalam orasi pengukuhannya berjudul "Ionosfer untuk Komunikasi Radio, Navigasi, dan Informasi Mitigasi Gempa", Dr Sarmoko Saroso Msc mengemukakan pentingnya penelitian ionosfer untuk mendukung komunikasi, navigasi, dan informasi mitigasi gempa.

Hasil prediksi komunikasi radio yang berisi informasi tentang rentang frekuensi, dapat digunakan untuk komunikasi radio antara dua tempat yang tetap, setiap jam pada bulan tertentu, dan sudah dapat diakses secara online.

Penelitian mengenai kondisi ionosfer juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keakuratan navigasi, global positioning system (GPS).

Akurasi dari faktor koreksi posisi tergantung pada faktor lokal diantaranya kondisi ionosfer, sehingga untuk meningkatkan akurasi yang telah dicapai dari sekitar lima meter menjadi 2 hingga 1 meter perlu penelitian lebih lanjut.

Penelitian tentang fenomena seismo-ionosfer juga terkait dengan kejadian gempa berskala besar di Indonesia, dapat menentukan prekursor gempa pada 2-7 hari sebelum kejadian. Namun, karena masih tahap studi awal, maka perlu penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil dan informasi yang lebih akurat.

Sementara Dr -Ing Soewarto Hardhienata menyampaikan orasi pengukuhan berjudul "Pengembangan Teknologi Satelit untuk Membangun Kemandirian Nasional Dalam Pemanfaatan Antariksa".

Menurut Soewarto, pemanfaatan antariksa nasional Indonesia untuk keperluan telekomunikasi, penginderaan jauh, peramalan cuaca, dan navigasi masih didominasi oleh satelit-satelit milik negara asing atau milik Indonesia yang dibeli dari luar negeri.

Dalam upaya untuk membangun kemandirian nasional dalam pemanfaatan antariksa, saat ini sedang dikembangkan dua satelit kembar "Twinsat", yaitu satelit LAPAN-A2 dan LAPAN-ORARI dengan misi utama untuk mitigasi bencana.

Sebagai tantangan ke depan perlu dikembangkan satelit misi penginderaan jauh berbasis radar dan satelit misi navigasi sehingga upaya untuk mencapai kemandirian nasional alam pemanfaatan antariksa dapat terwujud, tulis Soewarto dalam makalah orasinya.

Dr Sarmoko Saroso MSc adalah pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, 26 Mei 1949 dan pernah mengikuti program Master di jurusan Fisika ITB sebelum melanjutkan studinya ke Jepang di Departement of Geophysics Kyoto University pada 1986 dengan beasiswa dari OFP (Overseas Fellowship Program).

Pria yang memiliki jabatan fungsional Peneliti Utama - IV/e dan berkantor di LAPAN Bandung, Jabar ini meraih gelar doktor pada 1993.

Sementara Dr-Ing Soewarto Hardhienata lahir di Temanggung, Jateng, lulusan FMIPA Universitas Gadjah Mada Yogkarta 1982, Dokter Teknik Informatik, Universitas Erlangen Nuernberg Germany 1993, dan menyelesaikan pendidikan pelatihan pimpinan tingkat III, II, dan I.(S026/B010)


ANTARAnews

Pakar Bioenergi Bentuk Ikatan Ahli

Muhammad Nurhuda (44) menguji coba kompor biomas temuannya yang berbahan bakar kayu, sampah, dan plastik di rumahnya di Jalan Kendalsari, Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (15/6). Karena tidak menggunakan bahan bakar minyak, kompor biomas sangat ramah lingkungan dan efisien digunakan masyarakat di tengah tingginya harga bahan bakar minyak.

JAKARTA, KOMPAS.com- Ajang 7th Biomass Asia Workshop dimanfaatkan oleh beberapa pakar bioenergi untuk membentuk Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia. Organisasi tersebut beranggotakan para insinyur, ilmuwan dan teknolog yang berminat dalam pengembangan bioenergi.

"Tujuannya adalah mempersatukan ilmuwan dari berbagai bidang. Saat ini kan masih terpecah pada bidangnya masing-masing, nah kita ingin kumpulkan," ungkap Tatang Hermas Soerawidjaja, President IKABI.

Saat ini terkumpul 26 ilmuwan yang tergabung dalam organisasi tersebut. Dalam kesempatam pembentukannya, Tatang membacakan isi deklarasi pembentukan. Deklarasi tersebut memuat visi IKABI, yaitu menjadi panutan dalam pengembangan bionenergi di Indonesia, dan dikenal di dunia internasional.

Deklarasi juga memuat visi IKABI, yaitu membina dan menumbuhkan profesi bioenergi, penerapan teknologi bioenergi dan membantu pertumbuhan industri bioenergi di Indonesia.

Pembentukan badan yang bisa merangsang aplikasi bioenergi di Indonesia ini menurut Tatang sangat penting. "Indonesia memiliki biomassa yang sangat besar. Kalau kita tidak kelola, itu akan diimpor negara lain. Nah, itu bahaya. Kalau kita bisa kembangkan, kita ekspor hasil pengolahannya, bukan bahan mentahnya" urai Tatang.

Tatang mengungkapkan, agenda IKABI kini adalah penyusunan AD dan ART kelembagaan, ditargetkan harus selesai sebelum Januari 2011. Setelah itu, IKABI akan merencanakan menggelar kongres pertama yang direncanakan diadakan sebelum Juni 2011.

"Untuk setahun dua tahun mendatang, kita akan menguapayakan dahulu bioenergi dari biomassa bisa digunakan. Nah, ini soal kebijakan pemerintah," jelas Tatang.

Menurutnya, riset saja tak akan bisa diaplikasikan tanpa kebijakan yang mendukung.


KOMPAS

Eniya, Penerima Habibie Award Termuda

Dr Eng. Eniya Listiani Dewi, B. Eng, M. Eng

KOMPAS.com - Di antara 4 orang penerima Habibie Award 2010, salah satunya adalah Dr-Eng Eniya Listiani Dewi, peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Ia merupakan penerima Habibie Award termuda.

Karya perempuan kelahiran 14 Juni 1974 tersebut berkisar pada lingkup elektrokimia, suatu cabang ilmu kimia yang berkaitan dengan potensi listrik dan energi. Penelitiannya adalah tentang sel bahan bakar berbasis hidrogen yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi baru yang ramah lingkungan.

Salah satu karya yang mengawali kiprahnya di bidang sel bahan bakar adalah penemuan katalis baru untuk sel bahan bakar. Penemuan tersebut menurutnya adalah sebuah inovasi yang ditemukan secara kebetulan.

"Saya kan kalau sedang eksperimen suka saya tinggal waktu makan siang. Saya pikir kan tidak masalah. Nah, waktu itu ketika saya melihat hasil eksperimen setelah saya tinggal, kok jadinya berbeda, ternyata perbedaan malah jadi inovasi," terang Eniya. Polimer yang terbentuk menjadi terdiri dari 10 penyusun, padahal harusnya ada 2 penyusun.

Dari hasil karya yang kebetulan tersebut, perempuan yang menyelesaikan gelar doktor dari Fakultas Aplikasi Kimiawi, Polimer, Katalis dan Sel Bahan Bakar Waseda University ini meraih beragam penghargaan, termasuk Mizuno Awards dan Koukenkai Awards dari Waseda University dan Polymer Society Japan pada tahun 2003.

Karya terbarunya adalah ThamriON, sebuah membran sel bahan bakar temuannya yang baru saja mendapatkan penghargaan Inovasi Paten dari Ditjen HKI 2010. "Prinsipnya, ThamriON tersebut adalah membran sel bahan bakar yang terbuat dari plastik yang direaksikan dengan asam sulfat. Karena telah direaksikan, maka plastik bisa menghantarkan listrik," ungkapnya.

Nama ThamriON sendiri punya sejarah tersendiri. "Saya kan bekerja di Jalan MH Thamrin Jakarta jadi nama itu saya ambil untuk nama karya saya. Kalau ON sendiri berasal dari kata ion, karena plastiknya bisa jadi menghasilkan ion," terangnya sambil tertawa mengenang penamaan hasil karyanya.

Teknologi sel bahan bakar dan bahan pendukung lain hasil risetnya di kembangkan 80 persen dari material lokal, sehingga biayanya lebih murah. Dengan proses manufaktur secara mandiri, sel bahan bakar yang tersebut telah diterapkan untuk menyalakan perangkat elektronik dan sepeda motor dengan kapasitas 500 Watt.

Untuk mengembangkan proses produksi dan penyimpanan bahan bakar, Eniya bekerja sama dengan berbagai pihak. "Ada Teknik Kimia UGM, Pusat Teknologi Bioindustri, industri polimer dan baterai," ungkap perempuan yang kini menjadi Kepala Perekayasaan Sel Bahan Bakar di BPPT.

Eniya adalah putri pertama dari pasangan Hariyono (alm) dan Sri Ningsih, berasal dari kota Magelang, Jawa Tengah. Ketertarikannya dengan dunia teknologi dan lingkungan sudah ada sejak ia masih duduk di bangku SMA Negeri 1 Magelang.

"Sejak saya SMA, saya sudah tertarik pada hal-hal yang berbau sains dan ramah lingkungan. Waktu itu, kalau mengarang, saya selalu menulis tema-tema teknologi dan isu ramah lingkungan," ujarnya yang sebenarnya lebih menyukai ilmu fisika daripada kimia.

Setelah lulus SMA, ia beruntung dapat memperoleh beasiswa lewat program Science and Technology Advance Industrial Development (STAID) Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Ia kemudian melanjutkan pendidikan S-1 ke Waseda University.

Pendidikan strata dua dan tiga ia lanjutkan dengan beasiswa dari lembaga lain. Total masa pendidikan yang ia butuhkan untuk mencapai gelar doktor adalah 10 tahun, berawal dari tahun 1993 hingga tahun 2003.

Salah satu ambisi terbesarnya adalah mewujudkan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan dari bahan hidrogen. "Bahan hidrogen ini sangat berpotensi, bisa diproduksi dari berbagai macam sumber, termasuk biomassa," terangnya. Ambisi tersebut diperoleh setelah melihat pengembangan kota Fukuoka, Jepang yang mengaplikasikan hidrogen sebagai sumber energi.

Hidrogen bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan listrik, bahan bakar kendaraan dan lainnya. "Dengan bahan bakar hidrogen, motor tidak mengeluarkan asap, tapi air murni," jelas Eniya.

Ide Eniya dalam pemakaian hidrogen sebagai sumber bahan bakar juga dipresentasikan dalam 7th Biomass Asia Workshop yang berlangsung di gedung BPPT, Senin (29/11/2010).


KOMPAS

Inkubator Komodo, Seperti Apa Itu?

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekarang, komodo-komodo di ragunan memiliki sebuah inkubator. Bukan untuk si komodo, melainkan bagi telur-telur reptil asli Nusa Tenggara itu. Minggu (28/11/10), inkubator tersebut secara resmi digunakan di Kebun Binatang Ragunan oleh para pegiat komodo.

Seperti apa inkubatornya, yang jelas tak sama dengan inkubator untuk manusia, meski memiliki beberapa kemiripan. Inkubator berbentuk kotak dengan bagian luarnya terbuat dari bahan kayu, dilengkapi dengan kaca di bagian atasnya.

Sementara itu, di bagian dalam terdapat beberapa alat yang berfungsi untuk memantau kondisi lingkungan di dalam inkubator. "Ada termometer untuk memantau suhu serta thermohigrometer untuk memantau suhu dan kelembaban," ungkap Sukedi Saleh, pegiat komodo yang juga koordinator perawatan komodo Kebun Binatang Ragunan.

Sebagai sumber panas, lampu-lampu dipasang di dalam inkubator. Panas lampu akan memastikan temperatur inkubator optimal untuk perkembangan embrio dalam telur, antara 28 hingga 35 derajat celsius. Ada juga sprayer berisi air untuk menjaga kelembaban optimal dalam inkubator.

Di dalam inkubator, telur komodo diletakkan di dalam kotak-kotak berbahan plastik. Bagian dalam plastik diberi media pasir khusus yang berfungsi untuk membantu proses penetasan telur reptil. Jumlah telur yang diletakkan dalam inkubator kurang lebih sebanyak 100 buah, berasal dari 10 indukan.

Sepintas, inkubator ini tampak sederhana, tetapi memberi manfaat yang besar. "Inkubator berguna untuk membantu perkembangan telur, sehingga lebih banyak telur yang menetas," ungkap Sukedi yang akrab disapa Edi. Ia mengungkapkan, faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan telur adalah suhu dan kelembaban.

Pembuatan inkubator komodo ini adalah cetusan Zeby Febrina, pegiat komodo yang kini juga aktif mempromosikan Pulau Komodo sebagai salah satu keajaiban dunia. Pembuatannya sendiri dilatarbelakangi oleh masalah yang terjadi dalam proses penetasan telur komodo.

"Sampai sekarang, penetasan komodo masih menjadi masalah. Faktor perubahan iklim adalah penyebabnya," ucap Zeby. Ia mengatakan, curah hujan menyebabkan banyak telur komodo membusuk hingga hanya beberapa saja yang berhasil menetas. "Karena itulah saya punya ide membuat inkubator ini," lanjutnya.

Zeby mengatakan, inkubator tersebut adalah hasil kerja swadaya para pegiat komodo yang terdiri dari dirinya beserta para perawat komodo di Kebun Binatang Ragunan. Diharapkannya, walaupun masih sederhana, inkubator tersebut bisa mengatasi masalah penetasan yang selama ini terjadi.

Selama masa telur diinkubasi, suhu dan kelembaban dalam inkubator harus tetap dikontrol 2 kali sehari. "Jadi kalau misalnya kelembabannya kurang, harus disemprot air sehingga mencapai kelembaban yang diinginkan," kata Edi. Telur komodo sendiri kurang lebih akan berada dalam inkubator selama 8 bulan, masa yang dibutuhkan bagi embrio dalam telur untuk menetas.



KOMPAS

Indonesia Perjuangkan REDD+ di Cancun

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia memiliki target memperjuangkan kesepakatan Reduction Emission Degradation Deforestation Plus (REDD+) di konvensi tentang perubahan iklim (UNFCCC) yang diselenggarakan pada 27 November-10 Desember 2010 di Cancun, Meksiko dan dibuka secara resmi Senin ini.

"Di Cancun kita tidak akan bicara legally banding lagi. Kalau kita mampu menggolkan REDD+ ini sudah lumayan karena REDD+ konsepnya betul-betul murni dari Indonesia," kata Menteri Lingkungan Hidup (MenLH) Gusti Muhammad Hatta di Jakarta, Senin (29/11/2010).

REDD adalah skema alternatif untuk memangkas emisi gas rumah kaca menghadapi perubahan iklim yang belakangan ini menjadi permasalahan global dan mulai dirasakan dampaknya.
Pertemuan terakhir di Nagoya, kemitraan belum mencapai kesepakatan maksimal sehingga diharapkan dapat diwujudkan kesepakan di Cancun.

Dalam pertemuan tingkat tinggi di Cancun tersebut diharapkan ada kemajuan, sehingga menjadi jembatan untuk kesuksesan pelaksanaan UNFCCC ke-17 mendatang di Afrika Selatan.
UNFCCC di Cancun Meksiko akan membahas masalah mitigasi, adaptasi dan transfer teknologi yang akan dimanfaatkan menghadapi masalah perubahan iklim yang melanda dunia.

Sementara, menurut Menteri LH, Indonesia ingin REDD+ segera bisa diimplementasikan namun sampai saat ini masih menjalani persiapan terutama terkait pengukuran emisi sehingga bisa jelas pembayarannya.

Terkait implementasi tersebut, Indonesia sudah berkomitmen tidak lagi memberi izin baru untuk pemanfaatan hutan alam pada 2011, terutama lahan gambut karena emisi yang dihasilkan sangat besar.

Menurutnya, Kementerian Lingkungan Hidup terus mendorong agar pemanfaatan hutan tidak hanya kayu saja tapi juga memperhitungkan jasa lingkungan yang dihasilkan hutan tersebut seperti udara, air maupun jasa rekreasi.

Sedangkan terkait target reduksi emisi yang juga belum memiliki kesepakatan, Indonesia berupaya agar dapat ditempuh melalui pertemuan bilateral dengan target negara-negara maju.

"Kita tidak mau debat terus berjalan, hutan terus rusak tapi Indonesia tidak mendapat apa-apa. Maka saya dalam setiap pertemuan melakukan pendekatan secara bilateral agar segera disepekati," katanya.


KOMPAS

Mahasiswa Indonesia, Kamu Bisa!

Mahasiswa Institut Teknologi Bandung meluncurkan mobil hemat bahan bakar, salah satunya buatan tim Rajawali kategori desain prototipe .

Apa yang dilakukan mahasiswa di Bandung mungkin bisa dijadikan contoh bagaimana mereka bisa membagi waktu antara kewajiban dan minatnya. Terbukti mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Bandung mampu berinovasi dengan membuat mobil listrik, mobil hemat energi, dan robot juara dunia.

Kejuaraan Mobil Listrik Indonesia (KMLI) 2010 menjadi ajang adu kreasi bagi mobil Evert 21 karya tiga mahasiswa Politeknik Negeri Bandung.

Salah seorang anggota tim Evert 21 Revlex Team, Riki Rizki Maulana (22), mahasiswa Teknik Mesin, mobilnya telah mengaplikasi lengan ayun dan peredam kejut untuk penggerak depan dan belakang.

Aplikasi ini meninggalkan aplikasi mobil listrik yang dibuat rigid tanpa peredam kejut dan lengan ayun. Tujuannya mencari kestabilan kendaraan saat melakukan manuver seperti belok dalam kecepatan tinggi dan melewati kontur jalan tidak rata.

Untuk kendali bagian belakang, Evert 21 menggunakan limbah peredam kejut motor Yamaha Force One dengan tambahan dudukan untuk menyangga peredam kejut Suzuki Satria yang desainnya lebih besar.

”Pemilihan lengan ayun lebih kecil untuk menghemat ruang dan meringankan berat mobil. Namun, agar mobil lebih stabil, kami pasang peredam kejut lebih besar,” ujarnya.

Inovasi lain adalah pemilihan soket dengan satu kabel ketimbang soket konvensional yang terdiri atas beberapa kabel untuk menyalurkan listrik dari kontroler menuju motor. Tujuannya memudahkan pengecekan kabel dan mencegah korsleting.

Pekerjaan rumah

Efisiensi berat kendaraan dan sambungan daya listrik ternyata memberikan hasil positif bagi kekuatan dan kecepatan mobil. Menggunakan empat aki kering dengan total daya 48 volt, mobil dengan prinsip kerja menyalurkan tenaga listrik dari baterai yang searah yang akan menggerakkan dua motor listrik berkekuatan masing 1 kilowatt untuk menggerakkan roda, mobil mampu melaju 40-60 kilometer per jam tanpa penumpang atau 20-30 km/jam atau dengan penumpang seberat 50 kg dan dengan jarak tempuh sekitar 7,5 kilometer.

Hasil ini menempatkan mereka sebagai yang tercepat dalam uji kecepatan KMLI 2010.

Akan tetapi, pembimbing Revlex Team, Prasetyo, mengakui untuk program jangka pendek, Evert 21 mereka terkendala tingginya gesekan roda penggerak karena menggunakan bearing berbahan logam.

Sementara itu untuk program jangka panjang, Revlex Team akan mencari teknologi untuk mengganti sistem kelistrikan dari searah atau DC menjadi bolak balik atau AC. Tujuannya agar bisa mendapatkan tenaga lebih besar.

Selanjutnya adalah aplikasi sistem Continuously Variable Transmission (CVT) seperti kendaraan atomatis. Tujuannya, memberikan daya dorong lebih besar sehingga menambah tenaga mobil.

Selain itu, tim akan mengaplikasikan sistem pengisian mandiri saat mengisi ulang tenaga baterai. Sebelumnya, mayoritas kendaraan listrik masih menggunakan aki dengan pengisian manual.

”Teknologi ini sedang kami petakan dan diharapkan bisa diterapkan pada mobil listrik,” katanya.

Hemat energi

Lain lagi dengan yang dilakukan mahasiwa ITB. Sebagai syarat ikut dalam Shell Eco-Marathon Competition 2010 di Malaysia untuk tingkat Asia Tenggara, mereka membuat mobil hemat bahan bakar. Ada tiga tim yang ikut serta, yaitu Rajawali, Exia, dan Cikal.

Manajer Tim Rajawali Ananta Bagas (22) mengatakan, mobilnya mengusung mesin pemotong rumput Honda GX 35 cc dengan karburator injeksi. Untuk mengurangi gesekan pada sistem penggerak, mobil menggunakan bearing keramik untuk meminimalkan gesekan roda dan kopling magnet aplikasi dari pendingin udara untuk bagian persneling. Untuk mengurangi berat kendaraan, badan mobil dibuat dari fiber.

”Hasilnya, mobil seberat 50 kg dengan satu penumpang yang mampu melaju 30 km per jam dengan kebutuhan 1 liter bensin oktan 95 untuk 1.000-1.500 km,” ujarnya.

Kepala Divisi Mesin Tim Exia Bentang Arief Budiman (21) mengatakan, misi penghematan bahan bakar diaplikasikan dengan etanol guna menggerakkan mesin Honda GX 35 cc. Selain itu, dilakukan juga perubahan sistem kemudi dari besi menjadi kabel. Tujuannya memudahkan pengemudi dan meringankan berat kendaraan menjadi 20 kg tanpa pengemudi.

”Kami menargetkan satu liter etanol menempuh 1.000 km dengan kecepatan maksimum 25 km per jam,” ujar Bentang.

Sementara itu Manajer Cikal Teuku Naraski Zahari (22) mengatakan, karena turun di kelas urban concept, mobil harus bisa dikendarai dan beroda empat.

DU 114

Yang lebih fenomenal adalah robot DU 114 buatan Rodi Hartono, mahasiswa Universitas Komputer Bandung. DU 114 berhasil mempertahankan gelar juara di kelas Open Autonomous Fire Fighting alias robot pemadam api Robogames 2010 di San Mateo Event Center, AS, 24-25 April. Tahun lalu, DU 114 juga meraih penghargaan ini.

Rodi mengatakan, robot berukuran 28 cm x 23 cm x 21 cm ini meniru bentuk tank lengkap dengan roda penggeraknya. Tujuannya memudahkan robot menaklukkan jalan datar atau menaiki tangga. Adapun bahan tubuh dan roda robot diambil dari bahan mainan.

Hadirnya, ketiga aplikasi teknologi menandakan, mahasiswa pun bisa berbuat lebih baik untuk diri sendiri ataupun negaranya. Asalkan ada kemauan, sesuatu yang mustahil bukan tidak mungkin akan tercapai dan bahkan menjadi yang terbaik di dunia.

Jadi, tunggu apa lagi, mahasiswa Indonesia, kamu pasti bisa...!(Cornelius Helmy)


KOMPAS

Service Corner HP Ada di Politeknik Telkom

Bandung (ANTARA News) - Hewlett Packard (HP) mendirikan Service Corner di Politeknik Telkom, Bandung, Jabar, sebagai wujud kepedulian mereka terhadap dunia pendidikan Indonesia.

"HP juga peduli bagaimana mendidik mahasiswa Politeknik. Dengan adanya HP Service Corner anda bisa melihat bagaimana anak-anak Politeknik bekerja," kata Angeline Yuwono, Marketing & Communication Head HP Indonesia di Politeknik Telkom, Buah Batu, Bandung, Senin (29/11).

HP menawarkan program internship atau magang kepada mahasiswa Politeknik Telkom. Program itu akan berlangsung selama tiga bulan. Melalui program itu mahasiswa akan mendapatkan teori sekaligus praktik secara langsung.

Mereka juga juga berinteraksi dengan rekan-rekan satu kampus mereka yang merupakan pelanggan HP. Mahasiswa magang itu diberi keahlian tentang bagaimana mengelola layanan purna jual yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan.

HP Service Corner dirancang menyerupai HP Authorized Service Center. Mahasiswa yang magang juga akan mendapat sertifikat dari HP Center.

Christian Kangean, Enterprise & Education Solution Director, Personal System Group HP Indonesia mengatakan HP memiliki portfolio produk dan layanan yang sangat luas mampu memenuhi kebutuhan berbagai segmen, salah satunya adalah pendidikan.

"Dengan dibukanya HP Service Corner, kontribusi HP di dunia pendidikan tidak terbatas pada enyediaann perangkat komputasi untuk peningkatan kualitas belajar mengajar. Namun, juga sarana yang dapat dijadikan laboratorium atau tempat melakukan lokakarya bagi siswa dalam rangka mempersiapkan dirinya menjadi SDM yang trampil dan berkualitas," kata Christian.

Pihak Politeknik Telkom menyambut baik kehadiran HP Service Corner di kampus mereka karena membantu menyiapkan SDM berkualitas.

"Oleh karena itu kami menyambut baik kehadiran HP Service Corner di Politeknik Telkom yang berlokasi di Kawasan Yayasan Pendidikan Telkom, Jalan Telekomunikasi Terusan Buah Batu Bandung, karena dapat membantu kami dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan siap menjadi andalan ketika memasuki dunia kerja nanti," kata Budi Sulistyo, Direktur Politeknik Telkom.

HP Service Corner merupakan salah satu model dari Base Camp industri yan dikembangkan oleh Politeknik Telkom. Mereka sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan dalam dan luar negeri untuk meningkatkan kualitas, proses akademik dan hasil lulusan.(ENY/S026)


ANTARAnews

Kemampuan Lulusan TI Tak Penuhi Kebutuhan

Bandung, Kompas - Kemampuan lulusan perguruan tinggi bidang teknologi informasi (TI) belum sepenuhnya sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan industri. Karena itu, mereka umumnya tak langsung bekerja penuh, tetapi membutuhkan penyesuaian lebih dulu.

Direktur Politeknik Telkom Budi Sulistyo di sela-sela pembukaan HP Service Corner, Senin (29/11) di Bandung, mengatakan, lulusan bidang TI biasanya menyesuaikan waktu selama tiga bulan sejak mulai bekerja. Selain membutuhkan waktu, penye- suaian itu membutuhkan biaya karena perusahaan harus memberikan pelatihan dan menggaji mereka.

”Memang ada gap antara kurikulum di perguruan tinggi dan kemampuan yang diinginkan industri. Kurikulum perguruan tinggi itu berbasis akademik,” tuturnya. Problem tersebut, misalnya, lulusan bidang TI belum dapat mengoperasikan perangkat lunak yang dioperasikan di perusahaan.

”Contohnya, perangkat lunak tertentu untuk perbankan tak diajarkan. Masalahnya, tidak semua perangkat lunak dipelajari mahasiswa,” kata Budi. Adapun perangkat lunak yang umum dan dipelajari mahasiswa adalah Java.

Padahal, menurut dia, jumlah tenaga kerja bidang TI yang tersedia masih jauh lebih rendah daripada kebutuhannya. Politeknik Telkom, misalnya, bisa menghasilkan 236 lulusan setiap tahun. Jumlah lulusan itu baru memenuhi kurang dari 10 persen permintaan tenaga kerja bidang TI. Menjelang lulus, sekitar 30 persen mahasiswa sudah dipesan untuk bekerja di berbagai perusahaan.

Pengayaan pengetahuan

Sebagai upaya meningkatkan kemampuan lulusan Politeknik Telkom, Budi mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan perusahaan teknologi HP. Kerja sama itu berupa pengayaan pengetahuan untuk mahasiswa.

Christian Kangean, Enterprise and Education Solution Director Personal HP Systems Group HP Indonesia, menjelaskan, HP membuka laboratorium dan sarana lokakarya yang dapat digunakan mahasiswa Politeknik Telkom, yakni HP Service Corner. Mahasiswa bisa menjalani program magang.

”Mereka mempelajari teori sekaligus praktik. Jadi, HP Service Corner dirancang menyerupai pusat servis resmi peralatan TI,” katanya. Mahasiswa dibekali pengetahuan bidang administrasi dan jasa perbaikan. Setelah itu, mereka akan mendapatkan sertifikat yang berguna jika hendak bekerja.

Marketing and Partnership Manager Politeknik Telkom Nina Kurnia Hikmawati menuturkan, kebanyakan lulusan perguruan tinggi bidang TI belum percaya diri ketika baru bekerja. Karena itu, Politeknik Telkom bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti perbankan atau perusahaan telekomunikasi. (bay)


KOMPAS

Alasan Komisi VII Tolak Pertamina Beli Medco

Dua komisi di DPR yaitu Komisi VI dan VII bersuara sama menolak rencana tersebut.

Medco (VIVAnews/Tri Saputro)

VIVAnews - Rencana aksi PT Pertamina (Persero) mengakuisisi tidak langsung saham PT Medco Energi International Tbk mendapat ganjalan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sebab, dua komisi di DPR yaitu Komisi VI dan VII bersuara sama menolak rencana tersebut.

Aksi korporasi tersebut masih dalam tahap pengkajian dan belum ada keputusan resmi dari Pertamina. Pertamina saat ini baru sampai pada proses uji tuntas (due diligence) saham Encore International Ltd.

Menurut Anggota Komisi VII dari Fraksi Golkar, Satya W. Yudha, Komisi Energi menolak rencana pembelian Pertamina pada Medco karena dirasa aksi korporasi itu belum perlu ditempuh perusahaan minyak dan gas (migas) milik pemerintah tersebut.

"Kita tahu, Pertamina masih memiliki lapangan dan cadangan migas yang banyak dan belum digarap sepenuhnya," ujarnya saat dihubungi VIVAnews di Jakarta, Selasa, 30 November 2010.

Dia mengakui, Pertamina baru menguras cadangan migasnya empat persen saja, dan semestinya bisa dipacu hingga 20-30 persen. "Jadi, buat apa membeli lapangan migas dari pihak lain. Toh, saat ini masih banyak lapangan atau cadangan migasnya yang belum digarap," tutur Satya.

Mestinya, Satya menambahkan, dana untuk mengakuisisi Medco Energi melalui kepemilikan saham Encore International Ltd., disalurkan untuk menggarap lapangan dan cadangan migas milik Pertamina agar lebih produktif. "Yang ada itu juga bisa memberikan capital kalau digarap," ujarnya.


VIVAnews

Pejabat Jangan Gaptek Facebook & Twitter

INILAH.COM, Jakarta - Kejadian bobolnya akun Twitter Staf Khusus Presiden menunjukkan pejabat RI sekadar hanya bisa punya akun. Pejabat juga disarankan untuk bias memproteksi diri.

Banyak pejabat pemilik akun jejaring sosial mengalami pembajakan, disinyalir karena gagap teknologi (gaptek). Pengamat mengatakan hal itu wajar, tapi mereka harus belajar.

Pakar keamanan internet vaksin.com Alfons Tanujaya mengatakan, pejabat gaptek itu adalah sesuatu hal wajar. Bukan hanya karena beda generasi dan sudah tua, tapi pejabat juga memiliki minat yang berbeda.

Menurut statistik, sebagian besar penduduk Indonesia memang gaptek dan kebanyakan dari mereka berusia di atas 40 tahun. Sebanyak 10-20% dari jumlah penduduk Indonesia yang tergolong tidak gaptek adalah berisi anak muda.

Sedangkan pejabat yang berhasil mencapai jabatan tinggi biasanya mereka yang berusia di atas 40 tahun, “Tapi mereka tak perlu malu mengaku gaptek, kalau ada keinginan mereka masih bisa belajar,” tandasnya Alfons.

Ia mengatakan masih banyak masyarakat yang menganggap komputer merupakan sesuatu yang rumit. Namun, computer sebenarnya sangat sederhana, dan jika sudah terbiasa maka lama-lama akan bisa.

Menyangkut banyaknya pejabat yang akunnya dibobol orang lain, Alfons menilai suatu hal yang bagus bagi para pejabat mau memiliki akun di jejaring sosial. Positifnya, pejabat itu bisa menghilangkan barrier dengan masyarakat. Selain itu, birokrasi akan hilang dengan sendirinya, karena pesan dapat langsung dikirim, terutama jika pejabat itu rajin update.

“Negatifnya, jika akun pejabat tidak dijaga dengan baik, akun pejabat dapat disalahgunakan orang lain dan memalukan pejabat itu sendiri. Sebagai public figure, mereka harus sadar bahwa akun mereka menjadi incaran banyak orang,” tegasnya.

Alfons menyarankan bahwa setidaknya para pejabat ini mau memperlajari keamanan dasar. Beberapa hal itu di antaranya buat password yang sulit, misalnya menggunakan tanda minus, spasi, huruf, dan angka. Hal tersebut akan mempersulit orang menebak password akun.

Selain itu, pakar anti virus ini juga menyarankan pejabat tak menggunakan email umum seperti Yahoo Mail atau Gmail melainkan email dari Internet Service Provider (ISP) lokal.

Nantinya, jika ada masalah, pejabat itu dapat langsung menghubungi ISP lokal untuk me-reset password. “Setelah itu, akun jejaring sosial dapat diklaim kembali. Berbeda, jika menggunakan email umum, birokrasi akan sulit,” ujarnya.

Senada pengamat teknologi informatika Budi Raharjo yang juga menyarankan agar pejabat memilih password yang sulit ditebak, “Kebanyakan kasus pembajakan disebabkan password mudah ditebak,” katanya.

Selain itu, pejabat juga perlu mengklaim terlebih dahulu akun jejaring sosial mereka agar tidak digunakan orang lain. “Perihal akun itu nantinya akan digunakan atau tidak, tidak masalah, yang terpenting sudah diklaim.”

Pengamat kebijakan publik Andrinof A. Chaniago mengatakan banyak pejabat yang memang gaptek. “Kalau sekadar punya akun itu sudah biasa, tapi untuk memproteksi diri, sebagian besar orang tidak tahu,” katanya.

Menurut Andrinof, Pejabat sekarang gaptek karena kultur mereka yang priyayi dan feodal. “Baru punya jabatan eselon 4 (tingkat pejabat paling bawah) sudah mengandalkan anak buah,” tandasnya. “Seharusnya, penjabat yang sudah masuk level Menteri pun harus melek teknologi.”

Baru-baru ini akun jejaring sosial pejabat kembali dibobol orang lain. Akun Twitter milik Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, dibajak. Akibatnya, akun twitter yang biasa untuk meng-update perkembangan bencana alam ini berantakan dan simpang siur.

Namun di akun twitternya yang baru, Andi mengakui kelalaiannya sehingga dibajak orang lain. “Mungkin, semata-mata kelalaian saya, karena itu untuk selanjutnya saya menggunakan @AndiAriefNews,” tulis Andi.

Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso juga pernah dibajak akun Facebook-nya. Selain itu, Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie sebelumnya juga melaporkan adanya pembajakan atas akun Facebook miliknya. Hal ini membuat Jimly kapok aktif di dunia jejaring sosial. [ito/mdr]


Inilah

BIOMASA LIMBAH SEKAM PADI BISA DIUBAH MENJADI BIOETHANOL

Jakarta, 29/11/2010 (Kominfo-Newsroom) Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material, Unggul Priyanto mengatakan, biomasa dari limbah sekam padi dan tandan kosong kelapa sawit yang selama ini berupa serat dibuang begitu saja, bisa dirubah menjadi bioethanol sekitar 20 persen dan sisanya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.

Deputi Kepala BPPT Bidang TIEM, Unggul Priyanto berikan keterangan kepada pers, Senin (29/11) di BPPT

“Selain itu, melalui proses antara yang disebut gasifikasi juga bisa langsung diproses menjadi solar atau bensin,” kata Unggul di Jakarta, Senin (29/11).

Menurutnya, saat ini yang sedang dalam uji coba di Lampung pemanfaatan limbah biomasa adalah tandan kosong kelapa sawit. Rencananya jika nanti ada bantuan dana dari pemerintah Jepang, akan diadakan kerjasama dalam bentuk pilot project, karena selama ini hanya dalam skala-skala laboratorium saja.

Ia menambahkan, Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit nomor satu di dunia, dan produksi dari kelapa sawit hasil minyaknya hanya 20 persen, dan yang 80 persen berupa limbah, baik limbah cair, limbah dalam bentuk serat maupun tempurung kelapa sawit.

Selama ini sebagian limbah sudah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dan uap yang dipakai sendiri oleh pabrik, tapi masih banyak tersisa seperti cangkang atau tandan kosong kelapa sawit tersebut yang belum dimanfaatkan, dan hanya dibuang-buang saja.

“Saat ini kira-kira baru 15 persen dari total limbah tersebut yang dimanfaatkan, padahal menurut riset-riset yang dilakukan di Jepang bisa dimanfaatkan sampai 20 persen untuk bioethanol, dan bahkan bisa untuk bahan bakar sintetis, melalui proses gasifikasi,” paparnya.

Untuk itu, pihaknya ingin mengadakan kerjasama dengan pihak Jepang untuk memanfaatkan limbah biomasa tersebut untuk kepentingan energi. (T.Gs/rm)


bipnewsroom

Senin, 29 November 2010

4 Ilmuwan Terima Habibie Awards 2010

Franz Magnis Suseno

JAKARTA, KOMPAS.com- Empat orang ilmuwan Tanah Air akan menerima penghargaan Habibie Awards 2010. The Habibie Center, Senin (29/11/10), mengumumkan, keempat ilmuwan yang akan menerima penghargaan itu.

Hadir dalam acara tersebut Prof Dr Zuhal AQ, Dewan Pengurus Yayasan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Habibie Center.

Habibie Awards yang merupakan penghargaan tahunan sebenarnya terdiri dari lima kategori, yaitu kategori ilmu dasar, bioteknologi dan kedokteran, sosial dan ekonomi, rekayasa dan sejarah. "Tapi, kali ini penghargaan hanya diberikan di dua kategori, rekayasa dan sejarah, melihat persyaratan-persyaratan yang ada," ungkap Zuhal.

Penerima kedua penghargaan itu adalah Prof Dr Adrian Bernard Lapian, seorang tokoh yang menekuni bidang sejarah maritim serta Dr Eng Eniya Listiani Dewi, ahli dari BPPT yang menekuni bidang elektrokimia, khususnya tentang sel bahan bakar.

Dua orang pemenang tersebut dipilih berdasarkan lima syarat. "Beberapa yang dinilai adalah tentang inovasi, harus bermanfaat, ada kemampuan untuk disebarluaskan dan dikembangkan, dapat pengakuan nasional dan internasional serta konsistensi menekuni bidang yang dipilih," kata Zuhal.

Selain dua pemenang tersebut, Habibie Awards tahun ini juga memberikan penghargaan spesial pada dua tokoh yang dinilai berperan dalam pembangunan kerukunan antar umat beragama.

"Penghargaan ini kita nilai perlu, karena itu kita berusaha mewujudkannya tahun ini juga," lanjut Zulha.

Dua pakar yang menerima penghargaan tersebut adalah Prof Dr Ahmad Syafii Maarif yang kini tercatat sebagai guru besar emeritus di Universitas Negeri Yogyakarta, serta Prof Dr Franz Magnis Suseno SJ, budayawan dan agamawan yang menjadi Rektor Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta.

Para pemenang akan menerima penghargaan besok di Hotel Sahid Jaya Jakarta, diberikan serangkaian dengan ulang tahun ke 11 Habibie Center. Sebelum penganugerahan, para penerima penghargaan akan menyampaikan presentasi makalahnya.

"Saya besok akan menyampaikan presentasi dengan judul Tuhan, Kebebasan Manusia dan Keamanan Ontologis," kata Syafii Maarif. Presentasinya terinspirasi dari karya Nietsze, Tuhan Telah Mati.


KOMPAS

BPPT-JEPANG SELENGGARAKAN 7thBIOMASS-ASIA WORKSHOP

Jakarta, 29/11/2010 (Kominfo-Newsroom) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (AIST) dan New Energy Foundation (NEF) Jepang menyelenggarakan 7thBiomas-Asia Workshop di Jakarta dari 29 November – 1 Desember 201

Kegiatan tersebut sebetulnya merupakan kerjasama pengembangan teknologi di bidang biomasa untuk kepentingan energi,” kata Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material, Unggul Priyanto, dalam jumpa pers pada 7thBiomass-Asia Workshop tersebut, di Jakarta, Senin (29/11)

Ia memaparkan, biomasa ini bisa dibagi menjadi dua, yaitu biomasa yang dimanfaatkan dari limbah-limbah biomasa untuk energi, baik untuk bahan bakar maupun tenaga listrik, serta biofuel yaitu baik yang menggunakan minyak nabati maupun padi-padian untuk membuat bahan bakar.

“Oleh karena itu, dalam workshop tersebut kita akan sharing dengan beberapa pengalaman di negara-negara Asia, terutama negara maju seperti Jepang, bagaimana memanfaatkan limbah-limbah tersebut untuk energi,” katanya.

Selain itu, BPPT dengan AIST Jepang, juga merencanakan mengadakan kerjasama untuk memanfaatkan limbah-limbah biomasa, dari tandan kosong kelapa sawit, sekam padi dan lain-lain untuk membuat bahan bakar sintetis.

“Jadi dalam sharing tersebut nanti ada dua, yaitu satu sharing pengalaman riset dari masing-masing negara, dan yang kedua kita akan berusaha mencocokan kira-kira apa yang bisa kita kerjasamakan untuk memanfaatkan biomasa sebagai sumber energi,” katanya.

Sementara itu, Director Biomass Technology Research Center AIST Jepang, Kinya Sakanishi, pada kesempatan tersebut mengatakan, sampai pertemuan biomasa yang ke-6 dua tahun yang lalu, pertemuan tersebut disponsori dan diprakarsai oleh pihak Kementerian Pendidikan Nasional Jepang.

Pada pertemuan biomasa yang ke-7 ini, disamping disponsori oleh AIST, NEF, dan Kementerian METI, Jepang, juga dari BPPT serta seluruh network yang telah terlibat sejak pertemuan biomasa yang pertama sampai yang ke-6.

“Kami berharap dari pertemuan ini akan menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi kita bersama,” paparnya.

Peserta workshop tersebut berasal dari berbagai negara di Asia Timur, peserta dari Indonesia dan Jepang merupakan peserta terbanyak, dan juga hadir peserta antara lain dari Korea Selatan, Malaysia, Thailand, Vietnam, China, dan Filipina.

Untuk memberikan gambaran pengembangan dan penerapan teknologi bahan bakar nabati di Indonesia kepada para peserta, rencananya akan dilakukan technical tour dengan mengunjungi pabrik biodiesel PT Darmex Biofuels di Bekasi, Jawa Barat, dan pusat penelitian bahan bakar nabati di Puspiptek Serpong, Tangerang, Banten.

Diproyeksikan 7thBiomass-Asia Workshop tersebut dapat memberikan rekomendasi kebijakan bagi masing-masing negara Asia dalam pemanfaatan biomasa untuk energi secara ramah lingkungan dan berkelanjutan, rekomendasi teknologi bagi industri bahan bakar nabati Asia.

Selain itu, juga rekomendasi arah penelitian dan pengembangan energi biomasa yang menjawab berbagai masalah-masalah yang menghambat tercapainya kemakmuran Asia. (T. Gs/toeb)



bipnewsroom

Dengan Sriti, Pantauan Jadi Lebih Jeli

Pesawat tanpa awak BPPT dapat memotret Daerah bencana dan kapal pencuri ikan. Beratnya 8,5 kilogram dan mudah diangkut.


Badannya yang putih makin bersinar terkena sorot lampu di ruang pamer Kemayoran, Jakarta Pusat. Sriti, nama pesawat tanpa awak karya ahli Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), memang ikut serta dalam pameran Indo Defense, yang digelar bulan lalu. Sriti, yang mampu terbang hingga 3.000 kaki, menjadi salah satu primadona pameran.

"Pesawat ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan pertahanan dan keamanan nirmiliter," kata Mohammad Dahsyat, Chief Engineer Program Pesawat Udara Nirawak BPPT, kemarin. Sriti dapat mengawasi praktek pencurian ikan, pembalakan hutan, dan aktivitas mata-mata di wilayah perbatasan. Tak hanya itu, kata Dahsyat, pesawat ini juga mampu mengamati daerah korban bencana, seperti letusan gunung berapi, tsunami, kebakaran hutan, dan daerah yang terkena kebocoran radiasi nuklir atau bahan kimia beracun.

Konfigurasi pesawat dengan berat 8,5 kilogram ini tidak memiliki ekor dan dikenal dengan istilah flying wing atau tailless. Bentuk semacam ini memiliki kelebihan lantaran gaya hambat menjadi minimal sehingga penggunaan bahan bakar lebih irit. Apalagi bentangan sayap Sriti cuma 2.838,3 milimeter dan panjang badan 1.078,1 milimeter.

Menurut Dahsyat, negara-negara maju mengembangkan konfigurasi ini untuk pesawat udara nirawak (PUNA) masa depan. Amerika Serikat menjadi negara pertama yang mengembangkan pesawat tanpa awak. Sejak 1970-an, negara adidaya ini menjadikannya pesawat intai.

Mulai 1990-an, BPPT merancang bangun sejumlah PUNA dengan jenis wulung, gagak, pelatuk, dan alap-alap. Berat pesawat- pesawat tersebut 120 kilogram dengan jangkauan sampai 120 kilometer. Sriti merupakan generasi terakhir dengan keunggulan sistem tenaga pen dorong menggunakan mesin motor bakar dua langkah berbahan metanol. Jangkauan terbang dirancang hingga radius 45 kilometer dan mampu terbang hingga 2 jam serta kecepatan jelajah sekitar 55 knot.

Untuk menjalankan fungsinya, Sriti dilengkapi kamera dengan spesifikasi PTZ (Pan- Tilt-Zoom). Hasil-hasil gambar video dikirim melalui modem dari onboard (di pesawat) ke GCS (ground control system) melalui modem. Untuk bahan dokumentasi, gambar-gambar tersebut direkam di bawah. Pesawat ini dilengkapi sistem otonom yang dihidupkan pada kondisi tertentu untuk terbang mandiri ke titik koordinat yang diinginkan. "Kami terus melakukan pengujian untuk memperoleh sistem yang andal sebelum memproduksi Sriti pada 2011," kata Dahsyat.

Karena tanpa ekor pesawat, Sriti lebih mudah dilepas dan dipasang kembali karena hanya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Fuselage; dua sayap kiri dan kanan; serta dua bagian kecil, yaitu winglet kiri dan kanan. "Jadi bisa dipasang oleh tiga orang," kata Ade Purwanto, salah satu anggota tim kontrol rancang bangun Sriti.

Skenarionya, kata Ade, satu orang membawa badan pesawat, lainnya membawa komputer jinjing pengendali pesawat dan peluncur (launcher) pesawat. Semua peralatan itu dapat diangkut olah satu kendaraan truk mini (pickup). Ringan dan sedikitnya alat penunjang memungkinkan Sriti dibawa ke hutan maupun medan yang tak memiliki landasan untuk pesawat.

Cara mendaratnya juga mudah." Cukup ditabrakkan ke jaring," kata Ade. Di daratan, Sriti bahkan dapat mendarat di rerumputan tinggi atau ilalang. Dengan adanya peluncur dan jaring, Sriti dapat lepas landas dan mendarat di kapal perang atau kapal patroli penangkap illegal fishing.

Direktur Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan BPPT Djoko Purwono Soehardi mengakui Kementerian Kelautan dan Perikanan serta TNI Angkatan Laut tertarik kepada Sriti. Pihaknya sedang menyiapkan nota kesepahaman dengan kedua instansi tersebut. Tahun depan, mereka melakukan uji coba bersama di kapal masing-masing.

Menurut Djoko, Sriti membuat operasi kapal patroli menjadi efisien karena dapat melihat lebih jauh kapal-kapal asing yang melakukan pencurian ikan di perairan Indonesia "Potret bidikan Sriti dapat jadi alat bukti," katanya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, ujar Djoko, juga berkepentingan dengan Sriti untuk memantau kondisi daerah yang baru dilanda bencana. UNTUNG WIDYANTO | KURNIASIH BUDI


KoranTempo

Warna Putih untuk Kamuflase

Sriti dilengkapi kamera dan menggunakan sistem telemetri. Kamera pengintai dipasang di bagian bawah pesawat. Data yang ditangkap kamera terekam langsung di Ground Control Station. "Bila pesawat jatuh, tak ada data yang terekam di badan pesawat. Data pun aman," kata Ade Purwanto, anggota tim kontrol rancang bangun Sriti.

Ground Control Station memang yang mengendalikan pesawat. Catapult take off digunakan saat lepas landas atau mendarat. Saat di udara, Sriti bergerak sesuai dengan titik-titik yang telah ditentukan di komputer. Pergerakan pesawat menggunakan software Dynamic c# dengan prosesor Rabbit 4000, yang telah dikembangkan tim BPPT. Untuk mengendalikan Sriti, dibutuhkan joystick, laptop, modem, dan antena.

Jarak maksimal antara pusat kontrol dan pesawat adalah 60 mil. Di atas kedua sayap, terdapat antena video dan antena kontrol untuk mengendalikan pesawat. Antena kontrol menggunakan frekuensi 900 MHz, sedangkan antena video menggunakan frekuensi 2,4 GHz.

Mesin yang dipasang pada bagian belakang pesawat adalah mesin helikopter kecil buatan Jepang. Memang tak semua bagian pesawat diproduksi khusus. Baling-baling di bagian belakang pesawat, misalnya, dibeli di pasar. Ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk kamuflase saat terbang pada siang hari, Sriti sengaja dicat warna putih. Pada masa depan, boleh jadi Sriti terbang malam, kata Ade, asalkan dilengkapi kamera inframerah. KURNIASIH BUDI


KoranTempo

Mahasiswa Ciptakan Alat Pendeteksi Banjir

ilustrasi

YOGYAKARTA (SINDO) – Bencana banjir yang kerap melanda di hampir seluruh wilayah Indonesia mengilhami empat mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Yogyakarta untuk menciptakan alat pendeteksi banjir.

Alat yang diberi nama early flood warning system (EFWS) ini cukup menarik karena merupakan peralatan sederhana yang dapat dibuat secara mandiri oleh warga. Bahan-bahan yang dibutuhkan mudah didapatkan seperti pipa paralon, karet, lampu sirene, modul sirene, pengeras suara, lempeng konduktor tembaga, dan gabus. Seluruh bahan itu kemudian dirangkai sedemikian rupa dengan menerapkan sistem rangkaian listrik tertutup. “Alat ini tidak menerapkan sistem rangkaian instalasi listrik yang rumit.

Dengan demikian, masyarakat dapat membuat alat pendeteksi banjir secara mandiri,” kata salah satu pencipta EFWS, Dian Pratama Sari, kemarin. Selain Dian, penemu yang lain adalah Muhammad Taufiq, Yuli Estrian, dan Dodi Krisdianto. Muhammad Taufiq menjelaskan, cara merangkai EFWS yaitu dengan memasang tongkat alumunium ringan di atas gabus.Pada ujung tongkat alumunium itu dipasang konduktor yang sudah dihubungkan dengan kabel listrik. “Bila volume air sungai meningkat, air mendorong gabus dan karet ke atas.

Ketika ujung tongkat alumunium bergerak menyentuh lempeng konduktor yang sudah dihubungkan dengan sirene,akan muncul isyarat tanda bahaya banjir,” katanya. Dari uji coba yang dilakukan, ketika dua konduktor saling sentuh dan terjadi aliran listrik,bunyi dan nyala lampu sirene sebagai isyarat tanda bahaya menyala selama dua hingga tiga menit.“Terdengar dalam radius 100 meter dari pusat terjadinya banjir. Alat ini telah diujicobakan di Selokan Mataram, Yogyakarta, dengan hasil memuaskan,”tambah Taufiq.

Lantaran rangkaian yang sederhana dan mudah dibuat secara mandiri oleh warga,EFWS pernah mendapatkan penghargaan medali emas pada Program Kreativitas Mahasiswa 2010. Dengan memanfaatkan hukum fisika Archimedes,alat tersebut dapat memberikan peringatan berupa bunyi sirene dan nyala lampu peringatan hingga jarak 100 meter.

Di Yogyakarta, upaya mencegah terjadinya banjir memang sudah dilakukan.Dari pengerukan material sampai pembuatan tanggul-tanggul di tepi sungai. Dengan alat EFWS ini setidaknya masyarakat tidak harus berdiam diri di dekat sungai untuk memantau perkembangan aliran air sungai ketika hujan turun. (maha deva)


SINDO

Kebijakan Operator Ancam Pemain Server Pulsa

"Menerapkan kebijakan hard cluster sama saja dengan membuat bisnis server pulsa punah."

Daftar harga pulsa isi ulang yang menyederhanakan angka ribuan menjadi satuan (VIVAnews/ Tri Saputro)

VIVAnews - Server pulsa adalah salah satu elemen di dalam rantai distribusi pulsa dari operator pada konsumen, di mana server meliputi mesin yang mentop-up pulsa elektrik berbasis teknologi chip multi-operator.

Sayang, sejak kemunculannya sekitar enam tahun lalu, keberadaan server pulsa ternyata tidak disambut terlalu baik oleh operator, sang penggawa bisnis selular.

Hal itu ditunjukkan dengan inisiatif sejumlah operator besar yang menerapkan kebijakan baru. Hard cluster namanya. Apa itu hard cluster? Kenapa kebijakan tersebut muncul?

Asosiasi Server Pulsa Indonesia (Aspindo), yang merupakan organisasi nirlaba yang terdiri dari para pengusaha server pulsa di Indonesia, geleng kepala. Mereka tidak tahu-menahu tentang kebijakan tersebut. Pasalnya, para anggota Aspindo tidak disosialisasikan tentang kebijakan tersebut.

"Yang kami pahami, kebijakan hard cluster hanya memperbolehkan penjualan pulsa di suatu wilayah tertentu saja. Misalnya, distribusi pulsa untuk Jawa Barat hanya boleh dijual di Jawa Barat. Jika ditop-up ke nomor di luar wilayah tersebut, maka pengisian pulsanya gagal dan tidak akan terisi," kata Dwi Lesmana, ketua umum Aspindo, pada VIVAnews di Jakarta, Senin 29 November 2010.

"Teknologi mereka cukup canggih. BTS-BTS milik operator mampu mendeteksi nomor pelanggan yang akan diisi pulsanya. Jika BTS menemukenali pelanggan berada di luar area cluster, otomatis tidak akan terisi," tandasnya.

Kedengarannya sederhana. Tapi, ternyata dampak dari kebijakan baru ini bukan main. Jaringan server pulsa yang telah terbangun selama enam tahun dan melibatkan sekitar 10-20 juta orang di Indonesia akan punah. "Jika hard cluster diberlakukan, chip-chip yang ada di server pulsa otomatis tidak ada gunanya lagi. Sementara bisnis server kan multi-cluster," ujar Dwi.

"Padahal, teknologi chip multi-operator dan multi-cluster lah yang membuat bisnis server pulsa tumbuh. Pulsa bisa ditop-up di mana saja. Bahkan dengan ini bisnis pulsa bisa menjangkau pelanggan secara nasional," imbuhnya.

"Kami cukup beriklan di koran, website, dan sebagainya. Mereka dapat berjualan pulsa dengan satu ponsel yang terkoneksi dengan server pulsa. Jadi, tidak terbatas menjual pulsa di wilayah tempat kita tinggal saja," tukasnya.

Kabarnya, dua operator besar akan menerapkan aturan hard cluster di tahun 2011. Rumor yang beredar, dikatakan Dwi, XL membatasi distribusi pulsa per kecamatan saja. Di luar kecamatan tertentu, pulsa tidak akan terdistribusi. Sementara Telkomsel juga kurang lebih sama. Sedangkan Indosat belum dimulai. (hs)


VIVAnews

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More