CEO PT Inti Irfan Setiaputra
KOMPAS.com — PT Inti (Industri Telekomunikasi Indonesia), salah satu badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang teknologi komunikasi, sejak awal Juni 2011 merakit handset telepon seluler murah dengan merek IMO. Ponsel yang dijual dengan harga antara Rp 220.000 dan Rp 440.000 ini dirakit PT Inti dengan menyasar konsumen Indonesia. Terobosan yang dilakukan Irfan Setiaputra, CEO PT Inti ini, mengejutkan. Irfan menargetkan ke depan PT Inti merakit 500.000 ponsel murah ini setiap bulan.
Irfan Setiaputra memimpin PT Inti sejak tahun 2009. Lahir di Jakarta, 24 Oktober 1964. Irfan Setiaputra adalah insinyur lulusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1989. Semasa kuliah, Irfan pernah menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Informatika (HMIF) ITB, dan setelah lulus ia pernah tergabung dalam Departemen Informasi dan Komunikasi Ikatan Alumni ITB.
Irfan Setiaputra telah berpengalaman lebih dari 24 tahun dalam industri IT dan telekomunikasi di Indonesia, dan bekerja di perusahaan lokal dan multinasional. Ayah dari dua anak ini memulai karier sebagai system analyst, dan kemudian bergabung di berbagai perusahaan, termasuk IBM Indonesia, di mana ia secara konsisten menjadi peraih penjualan tertinggi, dan di PT LinkNet Jakarta sebagai Managing Director of Linknet Internet Access Broadband Services Business Group in Across Asia Multimedia (AAM).
Pada tahun 2002-2007 Irfan menduduki posisi managing director PT Cisco Systems Indonesia. Di Cisco, Irfan berhasil meningkatkan bisnis Cisco Indonesia dari 25 juta dollar AS menjadi 125 juta dollar AS. Posisi managing director Cisco Indonesia dipegangnya selama 7 tahun (2002-2009) sebelum akhirnya memutuskan bergabung dengan Inti sebagai direktur utama.
Lelaki yang pada tahun 2000 pernah meraih penghargaan IBM STAR of the STARS Award, IBM Professional Achievement Award, dan Best CEO versi majalah SWA ini merupakan salah satu dari sedikit CEO di Indonesia yang menjadi seorang bloger. Kehadiran Irfan di kancah blog Indonesia sejak 2007 tak lepas dari semangat dan gairahnya pada internet, kolaborasi, dan jaringan. Ia memimpikan bahwa suatu saat manusia-manusia Indonesia dapat saling terhubung dengan media internet broadband. Mimpi ini pula yang membawanya bergabung dengan Inti.
Menurut Irfan, kepercayaan adalah prinsip yang utama bagi PT Inti, terlebih pada saat ini. Pada era di mana pilihan makin mengglobal dan kompetisi makin meningkat, PT Inti yakin bahwa kepercayaan merupakan cara paling efektif untuk merebut hati dan pikiran manusia. Dengan pengalaman lebih dari 35 tahun bergerak dalam industri telekomunikasi, PT Inti telah memperoleh kepercayaan itu. Sampai hari ini, PT Inti dipercaya untuk memberikan solusi kesisteman bagi para operator telekomunikasi ternama di Indonesia.
Tak hanya itu, PT Inti juga secara konsisten terlibat dalam pembangunan telekomunikasi di Indonesia sejak awal berdiri perusahaan ini. Sesuai dengan salah satu misi, yaitu berperan sebagai penggerak utama bangkitnya industri dalam negeri. Fokus PT Inti adalah memberikan jasa engineering bidang infokom (ICT) yang sesuai dengan spesifikasi dan permintaan klien serta memaksimalkan nilai. Dengan cara itu, PT Inti berharap dapat mengupayakan pertumbuhan yang berkesinambungan secara mutual. PT Inti tak hanya menjadi bagian penting dari mimpi klien mereka, tetapi bahkan juga menjadi bagian penting dari mimpi Indonesia.
Bagaimana awal mula PT Inti merakit handset ponsel IMO? Berikut ini wawancara khusus Kompas.com dengan CEO PT Inti Irfan Setiaputra di Hotel Santika Jakarta, Kamis (23/6/2011) malam.
PT Inti membuat gebrakan baru, merakit ponsel murah IMO. Bagaimana Anda memulai ini? Awalnya banyak yang minta agar saya mengembangkan PT Inti sebagai industri. Mereka minta PT Inti dibuat seperti Huawei. Suatu hari saya bertemu orang Indonesia yang punya pabrik ponsel murah IMO di China. Kami ngobrol-ngobrol, lalu tercetus keinginan membangun pabrik di Indonesia. Tenaga kerja di China makin mahal dan pengusaha harus menyediakan asrama pekerja. IMO sendiri sudah ada cukup lama, tetapi kerja sama dengan PT Inti baru mulai 1 Juni 2011.
Saya pikir ini pasar yang menarik. Bayangkan, tahun 2010 tercatat ada 30 juta handset dari berbagai merek masuk ke Indonesia. Kalau kami bisa mengambil 30 persennya saja, kan lumayan. Pada awalnya kami mengimpor ponsel IMO dari China, kami mendapatkan margin 13 persen. Setelah diputuskan merakit, margin yang kami dapat menjadi 3 persen. Mengapa? Karena kami harus perhitungkan dengan biaya investasi, pelatihan, juga biaya impor komponen, termasuk impor kardus dan stiker.
Namun, ke depan, saya sedang berpikir untuk melokasasi komponen agar dapat menghemat devisa. Saya lihat keypad, screen, baterai sudah ada yang bikin di sini. Dengan langkah ini, mudah-mudahan ke depan margin akan naik.
Apa target PT Inti ke depan terkait kerja sama dengan IMO? Saat ini PT Inti memiliki 75 pekerja lulusan SMK, yang merakit 5.000 handset setiap minggu. Pada awal kerja mereka ini dimasukkan ke dalam camp dan dididik tentara. Ternyata tenaga kerja Indonesia produktif juga. Mereka bisa merakit 100 handset setiap jam, atau 20.000 handset per bulan. Angka ini sudah mendekati angka produksi pabrik di China. Artinya, produktivitas tenaga kerja Indonesia tidak seperti diomong orang. Tenaga kerja Indonesia tetap punya daya saing tinggi.
Kami menargetkan ke depan jumlah tenaga kerja yang merakit IMO bisa sampai 500 orang dengan jumlah produksi rakitan mencapai 500.000 handset per bulan. Namun, target paling dekat adalah memproduksi 50.000 handset rakitan setiap bulan. Pasar kami saat ini di Jawa dan Sumatera, dan akan meluas ke seluruh Indonesia.
Apa saja kelebihan ponsel IMO yang dirakit PT Inti ini? Ponsel ini dijual dengan harga antara Rp 220.000 dan Rp 440.000. Meskipun harganya relatif murah, ponsel ini punya banyak aplikasi, seperti kamus gaul, Alquran, bisa nonton televisi, dan terhubung dengan jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter.
Ponsel IMO juga punya radio, kamera 2 megapiksel, dan bisa menjadi remote untuk presentasi. Untuk smartphone di bawah 100 dollar AS, spesifikasi IMO lumayan.
Setelah merakit ponsel IMO, apa yang Anda rencanakan? Kerja sama dengan IMO juga enak. Ke depan, saya pikir PT Inti bisa merakit ponsel lain dengan brand lain sesuai pesanan mereka. Kami juga berpikir mulai masuk ke konten dengan membuat berbagai aplikasi yang pas. (Robert Adhi Ksp)
•
KOMPAS