Jakarta � Sebuah kejadian menegangkan sekaligus mengharukan terjadi di
penerbangan pesawat Merpati Airlines dengan nomor penerbangan MZ 845
pada Minggu (6/1) lalu tujuan Timika-Makassar. Salah seorang penumpang,
Harmani (33) melahirkan bayi prematur dengan selamat dalam usia
kandungan 7 bulan.
Suksesnya kelahiran bayi di dalam pesawat yang sedang mengudara ini tak lepas dari peran para awak pesawat yang ikut membantu proses persalinan darurat tersebut.
Mereka adalah pilot Capt Firman Hutapea, copilot Capt Muhammad Yasin, serta empat pramugari yakni Sherly Juwita, Rahmasari, Musyawarotul dan Anisah Abdullah.
Aksi heroik di udara yang dilakukan oleh kru maskapai Tanah Air bukan kali ini saja terjadi. Tercatat, beberapa peristiwa heroik terjadi dalam dunia penerbangan kita.
Masih ingat kasus pembajakan pesawat Garuda Indonesia pada tahun 1981 silam? Pembajakan yang melegenda ini terkenal dengan istilah peristiwa Woyla. Demikian pula masih tak hilang dari ingatan kita peristiwa mendaratnya pesawat Garuda Indonesia di atas Bengawan Solo pada 2002 silam.
Berikut empat peristiwa heroik yang dilakukan oleh awak pesawat maskapai Tanah Air kita yang berhasil dihimpun merdeka.com.(mdk/hhw)
Suksesnya kelahiran bayi di dalam pesawat yang sedang mengudara ini tak lepas dari peran para awak pesawat yang ikut membantu proses persalinan darurat tersebut.
Mereka adalah pilot Capt Firman Hutapea, copilot Capt Muhammad Yasin, serta empat pramugari yakni Sherly Juwita, Rahmasari, Musyawarotul dan Anisah Abdullah.
Aksi heroik di udara yang dilakukan oleh kru maskapai Tanah Air bukan kali ini saja terjadi. Tercatat, beberapa peristiwa heroik terjadi dalam dunia penerbangan kita.
Masih ingat kasus pembajakan pesawat Garuda Indonesia pada tahun 1981 silam? Pembajakan yang melegenda ini terkenal dengan istilah peristiwa Woyla. Demikian pula masih tak hilang dari ingatan kita peristiwa mendaratnya pesawat Garuda Indonesia di atas Bengawan Solo pada 2002 silam.
Berikut empat peristiwa heroik yang dilakukan oleh awak pesawat maskapai Tanah Air kita yang berhasil dihimpun merdeka.com.(mdk/hhw)
1. Peristiwa pembajakan pesawat Woyla
Insiden pembajakan
Garuda Indonesia Penerbangan 206 atau dikenal dengan sebutan Peristiwa
Woyla adalah sebuah penerbangan maskapai Garuda Indonesia dari pelabuhan
udara sipil Talangbetutu, Palembang ke Bandara Polonia, Medan yang
mengalami insiden pembajakan pesawat. Kejadian tersebut terjadi pada 28
Maret 1981, lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein,
dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok Islam ekstremis
'Komando Jihad'.
Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla tersebut berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 WIB, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang.
Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia, akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di Bangkok, Muang Thai tanggal 31 Maret.
Pembajakan bermula saat pesawat yang dikemudikan Kapten Herman Rante baru saja terbang dari Pelud Sipil Talang Betutu, Palembang seusai transit untuk menuju Bandara Polonia, Medan. Setelah lepas landas, dua penumpang bangkit dari tempat duduk mereka, satu menuju ke kokpit dan menodongkan senjata. Satu lagi berdiri di gang antara tempat-duduk pesawat.
Pesawat dialihkan ke Penang, Malaysia, untuk pengisian bahan bakar sebelum kemudian terbang lagi ke Thailand atas paksaan teroris dan penerimaan pemerintah Thailand untuk mengizinkan pesawat tersebut mendarat di wilayahnya. Drama pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla tersebut berlangsung empat hari di Bandara Don Mueang Bangkok dan berakhir pada tanggal 31 Maret setelah serbuan kilat Grup-1 Para-Komando yang dipimpin Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan.
Pilot pesawat Garuda, Kapten Herman Rante, dan Achmad Kirang, salah satu anggota satuan Para-Komando Kopassandha, meninggal dalam baku tembak yang berlangsung selama operasi kilat pembebasan pesawat tersebut.
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla ini menjadi peristiwa terorisme bermotif 'jihad' pertama yang menimpa Indonesia dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia. (sumber: Wikipedia)(mdk/hhw)
Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla tersebut berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 WIB, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang.
Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia, akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di Bangkok, Muang Thai tanggal 31 Maret.
Pembajakan bermula saat pesawat yang dikemudikan Kapten Herman Rante baru saja terbang dari Pelud Sipil Talang Betutu, Palembang seusai transit untuk menuju Bandara Polonia, Medan. Setelah lepas landas, dua penumpang bangkit dari tempat duduk mereka, satu menuju ke kokpit dan menodongkan senjata. Satu lagi berdiri di gang antara tempat-duduk pesawat.
Pesawat dialihkan ke Penang, Malaysia, untuk pengisian bahan bakar sebelum kemudian terbang lagi ke Thailand atas paksaan teroris dan penerimaan pemerintah Thailand untuk mengizinkan pesawat tersebut mendarat di wilayahnya. Drama pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla tersebut berlangsung empat hari di Bandara Don Mueang Bangkok dan berakhir pada tanggal 31 Maret setelah serbuan kilat Grup-1 Para-Komando yang dipimpin Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan.
Pilot pesawat Garuda, Kapten Herman Rante, dan Achmad Kirang, salah satu anggota satuan Para-Komando Kopassandha, meninggal dalam baku tembak yang berlangsung selama operasi kilat pembebasan pesawat tersebut.
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla ini menjadi peristiwa terorisme bermotif 'jihad' pertama yang menimpa Indonesia dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia. (sumber: Wikipedia)(mdk/hhw)
2. Garuda Indonesia mendarat darurat di Bengawan Solo
Pilot
maskapai Garuda Indonesia, Abdul Rozak telah mengambil keputusan
penting untuk menyelamatkan penumpang dan kru pesawat. Saat cuaca buruk
dan mesin pesawat mati, pria yang sudah puluhan tahun menjadi pilot ini
mengambil keputusan tepat, mendaratkan pesawat di Kali Bengawan Solo.
Pilot pesawat Boeing 737 Garuda Airways Nomor penerbangan 421 ini harus memutar otak demi menyelamatkan para penumpang. Akhirnya, pesawat mendarat dengan baik di Bengawan Solo yang terletak di desa Serenan, Juwiring, Klaten 16 Februari 2002.
Menurut Rozak, kalau dipikir-pikir pakai akal sehat, tentu tinggal tunggu jatuhnya saja. Tapi akhirnya berkat doa dan perhitungan yang matang akhirnya para kru dan semua penumpang masih bisa selamat.
Namun, salah seorang pramugari tewas dalam insiden ini. Dia adalah Santi Anggraeni yang tewas lantaran menerjunkan dirinya ke Bengawan Solo. Diduga parasut yang dia gunakan tidak berfungsi sempurna. Jenazahnya ditemukan sekitar 10 kilometer dari lokasi mendaratnya pesawat.(mdk/hhw)
Pilot pesawat Boeing 737 Garuda Airways Nomor penerbangan 421 ini harus memutar otak demi menyelamatkan para penumpang. Akhirnya, pesawat mendarat dengan baik di Bengawan Solo yang terletak di desa Serenan, Juwiring, Klaten 16 Februari 2002.
Menurut Rozak, kalau dipikir-pikir pakai akal sehat, tentu tinggal tunggu jatuhnya saja. Tapi akhirnya berkat doa dan perhitungan yang matang akhirnya para kru dan semua penumpang masih bisa selamat.
Namun, salah seorang pramugari tewas dalam insiden ini. Dia adalah Santi Anggraeni yang tewas lantaran menerjunkan dirinya ke Bengawan Solo. Diduga parasut yang dia gunakan tidak berfungsi sempurna. Jenazahnya ditemukan sekitar 10 kilometer dari lokasi mendaratnya pesawat.(mdk/hhw)
3. Sherly, membantu persalinan bayi prematur di pesawat Merpati
Pramugari
Merpati Aitlines, Sherly Juwita (36) mendadak menjadi bidan di atas
pesawat Merpati yang sedang terbang dari Timika menuju Makassar, Minggu
(6/1). Pesawat yang berangkat dari Timika sekitar pukul 18.00 Wita itu
dihebohkan dengan kelahiran seorang bayi perempuan.
"Itu pengalaman yang luar biasa bagi saya. Sampai sekarang saya masih deg-degan," ujar Sherly dalam perbincangan dengan merdeka.com, Senin (7/1).
Sherly mengaku, waktu pesawat akan take off, Harmani (33), yang sedang hamil 28 minggu sudah menunjukkan surat dokter yang menyatakan dia boleh melakukan penerbangan. Namun, pada ketinggian 9.800 meter di atas laut atau 15 menit setelah take off, Harmani mengaku sakit pinggang.
"Saya tanya: Ibu kenapa? Ibunya langsung menjawab sakit pinggang dan sepertinya mau melahirkan," ungkap Sherly.
Sebagai kru senior, Sherly langsung menjalankan prosedur yang berlaku yaitu memberi tahu kapten yang sedang bertugas dan mengumumkan apakah ada dokter atau perawat di pesawat tersebut.
"Dan ternyata tidak ada sama sekali dokter atau perawat di pesawat. Sementara untuk balik lagi ke Timika tidak bisa, karena bandara closing," ungkap dia. Namun, ternyata satu orang yang tengah menjalani pendidikan keperawatan. "Tapi dia baru belajar menyuntik dan ukur tensi saja," kata dia.
Karena Harmani sudah tidak tahan, Sherly langsung berinisiatif untuk melakukan persalinan di atas udara. "Saya langsung meminta kru yang lain untuk mempersiapkan tempat persalinan di pantry belakang," kata dia.
Sayangnya, sang ibu sudah tidak tahan dan tidak bisa mencapai pantry. Salah satu cara agar sang ibu bisa melahirkan hanyalah dengan berbaring di satu deretan kursi tempat Harmani duduk, yaitu kursi nomor 24 A.(mdk/hhw)
"Itu pengalaman yang luar biasa bagi saya. Sampai sekarang saya masih deg-degan," ujar Sherly dalam perbincangan dengan merdeka.com, Senin (7/1).
Sherly mengaku, waktu pesawat akan take off, Harmani (33), yang sedang hamil 28 minggu sudah menunjukkan surat dokter yang menyatakan dia boleh melakukan penerbangan. Namun, pada ketinggian 9.800 meter di atas laut atau 15 menit setelah take off, Harmani mengaku sakit pinggang.
"Saya tanya: Ibu kenapa? Ibunya langsung menjawab sakit pinggang dan sepertinya mau melahirkan," ungkap Sherly.
Sebagai kru senior, Sherly langsung menjalankan prosedur yang berlaku yaitu memberi tahu kapten yang sedang bertugas dan mengumumkan apakah ada dokter atau perawat di pesawat tersebut.
"Dan ternyata tidak ada sama sekali dokter atau perawat di pesawat. Sementara untuk balik lagi ke Timika tidak bisa, karena bandara closing," ungkap dia. Namun, ternyata satu orang yang tengah menjalani pendidikan keperawatan. "Tapi dia baru belajar menyuntik dan ukur tensi saja," kata dia.
Karena Harmani sudah tidak tahan, Sherly langsung berinisiatif untuk melakukan persalinan di atas udara. "Saya langsung meminta kru yang lain untuk mempersiapkan tempat persalinan di pantry belakang," kata dia.
Sayangnya, sang ibu sudah tidak tahan dan tidak bisa mencapai pantry. Salah satu cara agar sang ibu bisa melahirkan hanyalah dengan berbaring di satu deretan kursi tempat Harmani duduk, yaitu kursi nomor 24 A.(mdk/hhw)
4. Captain Firman, dua kali membantu persalinan
Ketika
terbang di udara, Captain Firman Hutapea menyerahkan segala sesuatunya
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sekalipun dalam situasi genting, putra
Batak ini tetap berusaha tenang dan menjelaskan pada seluruh penumpang
bahwa penerbangan di bawah komandonya akan baik-baik saja.
Berhadapan dengan cuaca buruk atau turbulensi di pesawat, hal yang biasa buatnya. Sebab Firman pernah berhadapan dengan kondisi tersulit lainnya, seperti menghadapi penumpang yang melahirkan di pesawat.
Peristiwa itu pernah dia alami dua kali selama hampir 35 tahun terbang. Pertama terjadi pada tahun 1989. Saat itu, Firman membawa pesawat Casa dari Kendari ke Ujung Pandang.
"Saat itu posisi pesawat hampir mendarat ke Ujung Pandang, akhirnya karena mendapat kabar ada penumpang yang hendak melahirkan, akhirnya saya pilih muter-muter di udara sampai beberapa kali," kata Firman saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (7/1).
Firman menjelaskan, saat itu proses persalinan berjalan lancar meski berada di pesawat kecil. Setelah proses persalinan selesai barulah pesawat mendarat.
"Waktu itu bayinya laki-laki. Si penumpang saat itu niatnya memang ingin melahirkan di Makassar. Eh ternyata lahir di udara," jelasnya.
Peristiwa serupa rupanya kembali dialami Firman, Minggu (6/1) kemarin. Saat menerbangkan pesawat Merpati dari MZ 845 dari Timika menuju Makassar, seorang penumpang bernama Harmani (33) melahirkan di pesawat. Saat pesawat yang membawa 152 penumpang take off sekitar 15 menit, tiba-tiba Harmani yang tengah mengandung 7 bulan mengalami kontraksi hingga akhirnya semua crew siaga dan membantu persalinan.
"Kemarin begitu saya mendapatkan kabar ada penumpang yang hendak melahirkan, saya langsung meminta semua yang ada di pesawat berdoa. Saat itu 4 pramugari dibantu teknisi dan suaminya membantu proses persalinan. Dan Kuasa Tuhan persalinan lancar dan bagus," jelasnya.
Selam proses persalinan itu berjalan, Firman tetap fokus di ruang cockpit. Hanya saja dia meminta co pilot Captain Yasin mengawasi proses persalinan.
"Saya minta co pilot kontrol. Benar-benar saat itu semua tenang, penumpang tenang dan persalinan lancar. Setelah semua selesai baru saya gantian dengan co pilot dan mengucapkan selamat ke penumpang," bebernya sambil mengenang haru.(mdk/hhw)
Berhadapan dengan cuaca buruk atau turbulensi di pesawat, hal yang biasa buatnya. Sebab Firman pernah berhadapan dengan kondisi tersulit lainnya, seperti menghadapi penumpang yang melahirkan di pesawat.
Peristiwa itu pernah dia alami dua kali selama hampir 35 tahun terbang. Pertama terjadi pada tahun 1989. Saat itu, Firman membawa pesawat Casa dari Kendari ke Ujung Pandang.
"Saat itu posisi pesawat hampir mendarat ke Ujung Pandang, akhirnya karena mendapat kabar ada penumpang yang hendak melahirkan, akhirnya saya pilih muter-muter di udara sampai beberapa kali," kata Firman saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (7/1).
Firman menjelaskan, saat itu proses persalinan berjalan lancar meski berada di pesawat kecil. Setelah proses persalinan selesai barulah pesawat mendarat.
"Waktu itu bayinya laki-laki. Si penumpang saat itu niatnya memang ingin melahirkan di Makassar. Eh ternyata lahir di udara," jelasnya.
Peristiwa serupa rupanya kembali dialami Firman, Minggu (6/1) kemarin. Saat menerbangkan pesawat Merpati dari MZ 845 dari Timika menuju Makassar, seorang penumpang bernama Harmani (33) melahirkan di pesawat. Saat pesawat yang membawa 152 penumpang take off sekitar 15 menit, tiba-tiba Harmani yang tengah mengandung 7 bulan mengalami kontraksi hingga akhirnya semua crew siaga dan membantu persalinan.
"Kemarin begitu saya mendapatkan kabar ada penumpang yang hendak melahirkan, saya langsung meminta semua yang ada di pesawat berdoa. Saat itu 4 pramugari dibantu teknisi dan suaminya membantu proses persalinan. Dan Kuasa Tuhan persalinan lancar dan bagus," jelasnya.
Selam proses persalinan itu berjalan, Firman tetap fokus di ruang cockpit. Hanya saja dia meminta co pilot Captain Yasin mengawasi proses persalinan.
"Saya minta co pilot kontrol. Benar-benar saat itu semua tenang, penumpang tenang dan persalinan lancar. Setelah semua selesai baru saya gantian dengan co pilot dan mengucapkan selamat ke penumpang," bebernya sambil mengenang haru.(mdk/hhw)
• Merdeka
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.