Jakarta - Pemerintah bukan tanpa alasan meluncurkan program mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC). Jika tidak ada industri mobil murah di dalam negeri, Indonesia kebanjiran impor mobil sejenis dari luar negeri.
Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian, Soerjono mengungkapkan, Thailand dan Malaysia pun sedang mengembangkan mobil murah ramah lingkungan. Dalam beberapa tahun ke depan, produk mereka akan membanjiri Indonesia.
"Kita paksakan untuk segera produksi di dalam negeri. Mau nggak mau karena nanti pasti ada mobil yang masuk ke Indonesia," kata Soerjono dalam acara Roundtable Mobil Murah Dampak dan Solusinya di Kantor Balitbang Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Selasa (22/10/2013).
Dia mengatakan, perkara macet atau tidak jalan nantinya, harus diimbangi oleh pembangunan infrastruktur dan pengaturan lalu lintas di jalan raya. Karena di kota-kota negara maju, hal tersebut sudah diterapkan.
"Dunia ini di kota besar selalu melakukan pengaturan trasnportasi di jalan. Yang terpenting di sini kita bangun infrastrukturnya. Jangan sampai kalah dengan Myanmar, kita juga bangun industrinya," jelasnya.
Dia memperkirakan, pada perdagangan bebas nanti, Thailand akan mengekspor 10.000 unit mobil LCGC ke Indonesia.
"Thailand mengangkut 10.000 LCGC. Sama banjirnya, mending kita banjiri dari produksi di dalam negeri tapi kita mampu ekspor," ujarnya.
Sudah Lalu Lalang di Jalanan, Mobil Murah Tetap Menuai Pro Kontra
Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian, Soerjono mengungkapkan, Thailand dan Malaysia pun sedang mengembangkan mobil murah ramah lingkungan. Dalam beberapa tahun ke depan, produk mereka akan membanjiri Indonesia.
"Kita paksakan untuk segera produksi di dalam negeri. Mau nggak mau karena nanti pasti ada mobil yang masuk ke Indonesia," kata Soerjono dalam acara Roundtable Mobil Murah Dampak dan Solusinya di Kantor Balitbang Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Selasa (22/10/2013).
Dia mengatakan, perkara macet atau tidak jalan nantinya, harus diimbangi oleh pembangunan infrastruktur dan pengaturan lalu lintas di jalan raya. Karena di kota-kota negara maju, hal tersebut sudah diterapkan.
"Dunia ini di kota besar selalu melakukan pengaturan trasnportasi di jalan. Yang terpenting di sini kita bangun infrastrukturnya. Jangan sampai kalah dengan Myanmar, kita juga bangun industrinya," jelasnya.
Dia memperkirakan, pada perdagangan bebas nanti, Thailand akan mengekspor 10.000 unit mobil LCGC ke Indonesia.
"Thailand mengangkut 10.000 LCGC. Sama banjirnya, mending kita banjiri dari produksi di dalam negeri tapi kita mampu ekspor," ujarnya.
Sudah Lalu Lalang di Jalanan, Mobil Murah Tetap Menuai Pro Kontra
Keberadaan mobil murah (LCGC) sejak rencana awal hingga kini terus menuai pro kontra walaupun mobil ini sudah banyak lalu lalang di jalan-jalan perkotaan seperti Jakarta. Ada pihak yang setuju dengan mobil murah namun ada yang lebih pro kepada transportasi massal.
Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Soerjono sebagai pihak yang membidani LCGC, mengungkapkan meluncurnya mobil murah di Indonesia bisa mencegah banjirnya mobil impor dari negara Thailand dan Malaysia. Apalagi, dalam hitungan tahun Indonesia dihadapkan perdagangan bebas ASEAN.
"Di awal 2015 nanti mobil yang sama buatan Thailand atau Malaysia akan menyerbu Indonesia dan kita nggak bisa apa-apakan," kata Soerjono dalam acara Roundtable Mobil Murah Dampak dan Solusinya di Kantor Balitbang Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Selasa (22/10/2013).
Acara ini juga dihadiri oleh pengamat transportasi seperti Dharmaningtyas, Ellen Tangkudung, dan Harry Budiarto.
Selain itu, latar belakang diluncurkannya LCGC karena ada 60 juta pemilik sepeda motor mengidamkan punya mobil dengan harga terjangkau dan hemat bahan bakar minyak (BBM).
Sementara itu, yang kontra pun muncul dari Pengamat Transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, ia mementahkan anggapan bahwa ada 60 juta pemilik kendaraan bermimpi untuk memiliki mobil.
"Kalau latar belakangnya gini malah jadi boros dong. Kalau pakai motor kan pemakaian bensinnya 1:30 minimal, sedangkan mobil murah ini 1:20. Berarti lebih boros dong. Jangankan 60 juta, ratusan ribu saja jadi lebih boros," katanya.
Tahun Depan, Masyarakat Bisa Beli Mobil Listrik Buatan Dalam Negeri
Direktur Industri Alat Transportasi Darat Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Soerjono sebagai pihak yang membidani LCGC, mengungkapkan meluncurnya mobil murah di Indonesia bisa mencegah banjirnya mobil impor dari negara Thailand dan Malaysia. Apalagi, dalam hitungan tahun Indonesia dihadapkan perdagangan bebas ASEAN.
"Di awal 2015 nanti mobil yang sama buatan Thailand atau Malaysia akan menyerbu Indonesia dan kita nggak bisa apa-apakan," kata Soerjono dalam acara Roundtable Mobil Murah Dampak dan Solusinya di Kantor Balitbang Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Selasa (22/10/2013).
Acara ini juga dihadiri oleh pengamat transportasi seperti Dharmaningtyas, Ellen Tangkudung, dan Harry Budiarto.
Selain itu, latar belakang diluncurkannya LCGC karena ada 60 juta pemilik sepeda motor mengidamkan punya mobil dengan harga terjangkau dan hemat bahan bakar minyak (BBM).
Sementara itu, yang kontra pun muncul dari Pengamat Transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, ia mementahkan anggapan bahwa ada 60 juta pemilik kendaraan bermimpi untuk memiliki mobil.
"Kalau latar belakangnya gini malah jadi boros dong. Kalau pakai motor kan pemakaian bensinnya 1:30 minimal, sedangkan mobil murah ini 1:20. Berarti lebih boros dong. Jangankan 60 juta, ratusan ribu saja jadi lebih boros," katanya.
Tahun Depan, Masyarakat Bisa Beli Mobil Listrik Buatan Dalam Negeri
Masyarakat bisa menikmati dan membeli mobil listrik mulai tahun 2014. Pasalnya pemilik PT Sarimas Ahmadi Pratama, Dasep Ahmadi bakal memproduksi massal mobil listrik yang dikembangkan di Depok Jawa Barat.
Dasep menuturkan, tahap awal pihaknya akan memproduksi secara massal mobil listrik jenis executive bus dengan kapasitas 17 penumpang.
"Di 2014 masyarakat bisa menggunakan mobil listrik asli buatan Indonesia," ucap Dasep kepada detikFinance Selasa (22/10/2013).
Saat ini pihaknya telah menunggu hasil penyempurnaan 3 purwa rupa atau prototype mobil listrik tipe city car, executive MPV dan executive bus. Ke-3 tipe ini telah menjalani uji sertifikasi di Kementerian Perhubungan.
Dasep menuturkan dari ke-3 mobil itu, mobil tipe executive bus yang paling siap diproduksi massal. "Executive bus yang kapasitas 17 penumpang, itu yang lebih duluan diproduksi," jelasnya.
Untuk proses produksi ini, pihaknya bakal menggandeng investor. Diakuinya sudah ada investor yang menjajaki untuk bekerjasama dengan PT Sarimas Ahmadi Pratama.
"Kita sedang cari mitra yang tertarik bagi mereka yang tertarik," sebutnya.
Nantinya mobil listrik produksnya akan banyak menggunakan komponen yang dibuat di dalam negeri. Termasuk komponen penting seperti baterai dan motor.
"Kita kan sedang pengembangan komponen misalkan baterai. Itu sudah bikin tapi yang elektronik masih banyak dari luar. Kalau motor masih dari luar tapi mau dikembangkan di dalam negeri," terangnya.
Namun Dasep enggan menyebut berapa harga per unit untuk setiap tipe mobil listrik yang bakal dijual dan meramaikan jalanan Indonesia kelak.
"Kalau harga belum. Kan harga prototype dan produksi beda," katanya.
Dasep menuturkan, tahap awal pihaknya akan memproduksi secara massal mobil listrik jenis executive bus dengan kapasitas 17 penumpang.
"Di 2014 masyarakat bisa menggunakan mobil listrik asli buatan Indonesia," ucap Dasep kepada detikFinance Selasa (22/10/2013).
Saat ini pihaknya telah menunggu hasil penyempurnaan 3 purwa rupa atau prototype mobil listrik tipe city car, executive MPV dan executive bus. Ke-3 tipe ini telah menjalani uji sertifikasi di Kementerian Perhubungan.
Dasep menuturkan dari ke-3 mobil itu, mobil tipe executive bus yang paling siap diproduksi massal. "Executive bus yang kapasitas 17 penumpang, itu yang lebih duluan diproduksi," jelasnya.
Untuk proses produksi ini, pihaknya bakal menggandeng investor. Diakuinya sudah ada investor yang menjajaki untuk bekerjasama dengan PT Sarimas Ahmadi Pratama.
"Kita sedang cari mitra yang tertarik bagi mereka yang tertarik," sebutnya.
Nantinya mobil listrik produksnya akan banyak menggunakan komponen yang dibuat di dalam negeri. Termasuk komponen penting seperti baterai dan motor.
"Kita kan sedang pengembangan komponen misalkan baterai. Itu sudah bikin tapi yang elektronik masih banyak dari luar. Kalau motor masih dari luar tapi mau dikembangkan di dalam negeri," terangnya.
Namun Dasep enggan menyebut berapa harga per unit untuk setiap tipe mobil listrik yang bakal dijual dan meramaikan jalanan Indonesia kelak.
"Kalau harga belum. Kan harga prototype dan produksi beda," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.