JAKARTA - Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) melakukan
kerjasama mengembangkan industri biodiesel dengan PT Medco Inti Dinamika
yang merupakan bagian dari Medco Group.
"Kita merasa punya keterkaitan dalam program Medco yakni pengembangan biodiesel. Salah satu program prioritas kita pengembangan teknologi khususnya untuk pabrik yang memproduksi biodiesel, jadi kita sinergi dengan melakukan kerjasama," kata Kepala BPPT Marzan A Iskandar usai menandatangani MoU di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, BPPT telah mampu mengembangkan teknologi untuk produksi biodiesel dengan kualitas baik satu hingga 30 ton per hari.
Sementara itu, Kepala Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi BPPT Riza mengatakan BPPT selain mengembangkan produk biodiesel juga mengembangkan rancang bangun atau industri untuk memproduksi biodiesel.
Kerjasama yang dilakukan dengan Medco, menurut dia, selain mengembangkan biodiesel dengan membangun laboratorium hingga menghasilkan sampel juga kerjasama dalam bidang riset untuk membangun pabrik biofuel. "Biodiesel kan termasuk sebagai biofuel." Namun demikian, ia mengatakan untuk memproduksi biodiesel skala industri maka kerjasama tersebut akan fokus untuk membangun satu pabrik biodiesel.
Terkait dengan mutu dari biodiesel yang akan dihasilkan dari pabrik tersebut, menurut dia, terdapat 18 parameter dalam memproduksi biodiesel. Sepanjang 18 parameter tersebut dipenuhi makan hasil produksi ia yakini akan baik.
Sedangkan terkait biaya produksi, ia mengatakan harga produk biodiesel yang akan dihasilkan cukup bersaing dengan harga diesel dari fosil. Sejauh ini biaya produksi akan sangat tergantung pada harga minyak sawit mentah/CPO ditambah ongkos produksi Rp1500 hingga Rp2000 per liter.
Sedangkan pendiri PT Medco Energi International Tbk Arifin Panigoro mengatakan optimistis bahwa Indonesia mampu menghasilkan biodiesel hingga 100 juta ton per tahun. Dan pada akhirnya PT Pertamina (Persero) bisa menjadi seperti Petrobras di Brasil yang sangat berpengaruh dalam menentukan biofuel dunia.
Indonesia bisa jadi seperti itu, sekarang saja produksi CPO sudah 30 juta ton dan akan naik cepat sampai 50 juta ton karena banyak perkebunan yang belum menghasilkan.
"Jika kita bisa yakinkan bahwa biodiesel tidak bertabrakan dengan kebutuhan makanan maka produksi 100 juta ton dapat dilakukan," ujarnya.(ant/hrb)
"Kita merasa punya keterkaitan dalam program Medco yakni pengembangan biodiesel. Salah satu program prioritas kita pengembangan teknologi khususnya untuk pabrik yang memproduksi biodiesel, jadi kita sinergi dengan melakukan kerjasama," kata Kepala BPPT Marzan A Iskandar usai menandatangani MoU di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, BPPT telah mampu mengembangkan teknologi untuk produksi biodiesel dengan kualitas baik satu hingga 30 ton per hari.
Sementara itu, Kepala Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi BPPT Riza mengatakan BPPT selain mengembangkan produk biodiesel juga mengembangkan rancang bangun atau industri untuk memproduksi biodiesel.
Kerjasama yang dilakukan dengan Medco, menurut dia, selain mengembangkan biodiesel dengan membangun laboratorium hingga menghasilkan sampel juga kerjasama dalam bidang riset untuk membangun pabrik biofuel. "Biodiesel kan termasuk sebagai biofuel." Namun demikian, ia mengatakan untuk memproduksi biodiesel skala industri maka kerjasama tersebut akan fokus untuk membangun satu pabrik biodiesel.
Terkait dengan mutu dari biodiesel yang akan dihasilkan dari pabrik tersebut, menurut dia, terdapat 18 parameter dalam memproduksi biodiesel. Sepanjang 18 parameter tersebut dipenuhi makan hasil produksi ia yakini akan baik.
Sedangkan terkait biaya produksi, ia mengatakan harga produk biodiesel yang akan dihasilkan cukup bersaing dengan harga diesel dari fosil. Sejauh ini biaya produksi akan sangat tergantung pada harga minyak sawit mentah/CPO ditambah ongkos produksi Rp1500 hingga Rp2000 per liter.
Sedangkan pendiri PT Medco Energi International Tbk Arifin Panigoro mengatakan optimistis bahwa Indonesia mampu menghasilkan biodiesel hingga 100 juta ton per tahun. Dan pada akhirnya PT Pertamina (Persero) bisa menjadi seperti Petrobras di Brasil yang sangat berpengaruh dalam menentukan biofuel dunia.
Indonesia bisa jadi seperti itu, sekarang saja produksi CPO sudah 30 juta ton dan akan naik cepat sampai 50 juta ton karena banyak perkebunan yang belum menghasilkan.
"Jika kita bisa yakinkan bahwa biodiesel tidak bertabrakan dengan kebutuhan makanan maka produksi 100 juta ton dapat dilakukan," ujarnya.(ant/hrb)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.