5 Alasan Indonesia Wajib Punya Kilang Minyak Baru
Jakarta - Indonesia harus punya kilang minyak baru dengan kapasitas yang lebih besar. Pasalnya, kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) terus meningkat.
Setidaknya ada lima alasan yang kuat mengenai Indonesia harus punya kilang minyak baru. Apa saja? Klik tautan di bawah ini untuk mengetahui.
Setidaknya ada lima alasan yang kuat mengenai Indonesia harus punya kilang minyak baru. Apa saja? Klik tautan di bawah ini untuk mengetahui.
1. Kilang Minyak Indonesia Berusia Tua
Kilang minyak Indonesia rata-rata suda tua. Indonesia terakhir kali membangun kilang pada 1994, artinya hampir 20 tahun Indonesia belum menambah jumlah kilangnya.
Saat ini Indonesia atau Pertamina hanya memiliki 6 kilang yakni, Kilang Dumai, Plaju, Balikapan, Cilacap, Balongan dan Sorong.
Saat ini Indonesia atau Pertamina hanya memiliki 6 kilang yakni, Kilang Dumai, Plaju, Balikapan, Cilacap, Balongan dan Sorong.
2. Produksi Minyak di Kilang Sendiri Rugi Rp 300/liter
Karena barusia tua, produksi dengan kilang sendiri tidak efisien. akibatnya tiap kali produksi minyak Pertamina rugi Rp 300 per liter.
"Tiap produksi minyak di kilang dalam negeri Pertamina rugi Rp300 per liter atau lebih 5% dari harga Mobs (Mean of Plats Singapore)," ujar Senior Vice Presiden Feul Marketing and Distribution Pertamina, seperti dikutip, Rabu (28/8/2013).
3. Harus impor minyak mentah 400.000 barel per hari
Kapasitas produksi kilang dalam negeri sebesar 1 juta barel, sementara produksi minyak yang hanya 840.000 bare per hari (target APBN Perubahan 2014). Sementara yang menjadi jatah milik negara hanya 60% nya saja atau sekitar 600.000 barel per hari.
Untuk mencapai kapasitas produksi kilang sebesar 1 juta barel, Pertamina melakukan tambahan impor minyak mentah sekitar sebesar 400.000 barel per hari.
4. Kebutuhan BBM terus meningkat
Kebutuhan BBM yang makin tahun makin terus meningkat. Kebutuhan konsumsi BBM Indonesia per hari saat ini mencapai 1,4 juta KL.
Sementara kilang Indonesia saat ini hanya mampu produksi BBM per harinya hanya 1 juta barel per hari. Artinya per hari Indonesia harus impor BBM sebesar sekitar 400.000 barel per hari.
5. Defisit Anggaran Akibat Banyak Impor BBM
Wakil Sekjen Apindo, Franky Sibarani meminta Pertamina bisa mengurangi impor BBM saat ini. Pasalnya sangking besarnya impor BBM, membuat penggunaan dolar oleh Pertamina sangat banyak.
"Sangking banyaknya impor, defisit perdagangan migas mencapai US$ 5 miliar, dengan kondisi rupiah melemah saat ini namun penggunaa dolar sangat besar untuk beli BBM membuat rupiah makin tertekan," ucap Franky kepada detikFinance.
Pemerintah Bangun Kilang Rp 90 Triliun, Pasokan Minyak dari Irak
Pemerintah berencana membangun 3 kilang dalam rangka mengolah minyak
mentah di dalam negeri. Dua dari 3 rencana pembangunan kilang itu akan
menggandeng swasta dan Pertamina, sisanya dibiayai penuh lewat APBN
sebesar Rp 90 triliun.
"Satu kilang kan dari APBN pemerintah, yang 2 kilang ini Senin kemarin saya dapat kabar masih dibahas antara Pertamina dengan investor, investornya mana saja nggak perlu disebutkan, hasilnya bagaimana sedang kita tunggu," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Edy Hermantoro ditemui di Ruang Komisi VII DPR, Rabu (28/8/2013).
Terkait kilang yang dibiayai APBN, Edy menyebutkan dana yang dianggarkan mencapai Rp 90 triliun, dan saat ini sedang dilakukan feasibility study (FS) atau studi kelayakan oleh Pertamina.
"Kilang APBN dananya dianggarkan Rp 90 triliun, saat ini Pertamina sedang FS, akhir Desember FS-nya selesai, pada 2014 sudah masuk FEED (Front End Engineering Design)," ujarnya.
"Kapasitas pengolahan minyaknya 300.000 barel per hari, minyak mentahnya sampai saat ini direncanakan dari Irak," tandas Edy.(rrd/hen)
"Satu kilang kan dari APBN pemerintah, yang 2 kilang ini Senin kemarin saya dapat kabar masih dibahas antara Pertamina dengan investor, investornya mana saja nggak perlu disebutkan, hasilnya bagaimana sedang kita tunggu," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Edy Hermantoro ditemui di Ruang Komisi VII DPR, Rabu (28/8/2013).
Terkait kilang yang dibiayai APBN, Edy menyebutkan dana yang dianggarkan mencapai Rp 90 triliun, dan saat ini sedang dilakukan feasibility study (FS) atau studi kelayakan oleh Pertamina.
"Kilang APBN dananya dianggarkan Rp 90 triliun, saat ini Pertamina sedang FS, akhir Desember FS-nya selesai, pada 2014 sudah masuk FEED (Front End Engineering Design)," ujarnya.
"Kapasitas pengolahan minyaknya 300.000 barel per hari, minyak mentahnya sampai saat ini direncanakan dari Irak," tandas Edy.(rrd/hen)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.