Jakarta - Indonesia sampai sekarang masih kesulitan untuk mamasarkan produknya ke Korea Selatan (Korsel). Namun justru barang-barang impor asal Korea Selatan seperti alat komunikasi dan transportasi dapat dengan mudah dijual di Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adi Lukman mendesak pemerintah agar Korsel dapat merevisi kemudahan masuknya barang impor.
"Sekarang kan Indonesia sudah banyak mengimpor produk-produk dari Korea. Tentunya ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah kita agar mendapatkan hak yang sama," kata Lukman saat dihubungi media, Kamis (22/8/2013).
Salah satu aturan yang harus direvisi adalah menurunkan tarif bea masuk hingga 50%. Padahal Indonesia hanya mengenakan tarif bea masuk produk Korea Selatan rata-rata sebeesar 5%. Pengenaan tarif bea masuk hingga 50% pada beberapa produk dianggap memberatkan para eksportir.
"Pertama mereduksi tarif bea masuk itu yang harus segera dilakukan, kita tidak mungkin dengan tarif masuknya yang 40% dan kedua kita juga minta mereka untuk saling membuka akses lancar," imbuhnya.
Hingga saat ini neraca perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan negatif. Tercatat hingga bulan Mei 2013 total ekspor Indonesia baru US$ 4,9 miliar sedangkan impornya sudah mencapai US$ 5,25 miliar.
Ia berharap pemerintah Indonesia tidak takut dan tegas berani melakukan renegosiasi kontrak perdagangan melalui FTA ASEAN-Korea.
"Oleh karena itu Korea itu sebenarnya prosek pasar yang cukup bagus karena dari segi ekonomi segala macam mirip dengan Jepang. Pemerintah harus mendesak resiprokal (kesetaraan) itu. Oke kalau disini 5% disana juga harus 5%," cetusnya.(wij/hen)
Produk Makanan Minuman RI Sulit Tembus Pasar Korsel, Kenapa?
Para pengusaha makanan dan minuman Indonesia mengaku sulit memasarkan produknya ke Korea Selatan (Korsel). Padahal Negeri Ginseng itu masih membutuhkan produk olahan dan bahan baku makanan impor dari negara lain termasuk Indonesia.
"Kita (pengusaha) masih sulit menembus pasar Korea karena masalah tarif," ungkap Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adi Lukman saat dihubungi media, Kamis (22/8/2013).
Tarif bea masuk di Korea Selatan terhadap beberapa produk impor terbilang masih tinggi. Bahkan rentang pengenaan tarif bea masuk bisa mencapai 50%.
"Untuk Korea sebenarnya kita sudah ada perjanjian free trade area (FTA) ASEAN - Korea tapi ternyata masih banyak tarif bea masuk Korea itu untuk produk makanan minuman masih tinggi bahkan beberapa itu bisa sampai 40-45% terutama produk-produk olahan. Manufaktur itu masih banyak yang diatas 40%," imbuhnya.
Selain itu faktor sulit lainnya adalah kecintaan masyarakat Korea pada produk buatannya. Masyarakat Korea dikenal setia dengan produk made in Korea sehingga menyulitkan produk asal Indonesia untuk masuk.
"Kebiasaan dari masyarakat Korea itu sulit menerima produk dari luar karena mereka sangat loyal sekali dengan produk mereka sendiri. Bukan hanya makanan saja termasuk mobil dan elektronika boleh dikatakan 80% made in Korea di sana," katanya.(wij/hen)
RI Baru Bisa Ekspor Produk Segar Paprika dan Nanas ke Korsel
"Kita (pengusaha) masih sulit menembus pasar Korea karena masalah tarif," ungkap Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adi Lukman saat dihubungi media, Kamis (22/8/2013).
Tarif bea masuk di Korea Selatan terhadap beberapa produk impor terbilang masih tinggi. Bahkan rentang pengenaan tarif bea masuk bisa mencapai 50%.
"Untuk Korea sebenarnya kita sudah ada perjanjian free trade area (FTA) ASEAN - Korea tapi ternyata masih banyak tarif bea masuk Korea itu untuk produk makanan minuman masih tinggi bahkan beberapa itu bisa sampai 40-45% terutama produk-produk olahan. Manufaktur itu masih banyak yang diatas 40%," imbuhnya.
Selain itu faktor sulit lainnya adalah kecintaan masyarakat Korea pada produk buatannya. Masyarakat Korea dikenal setia dengan produk made in Korea sehingga menyulitkan produk asal Indonesia untuk masuk.
"Kebiasaan dari masyarakat Korea itu sulit menerima produk dari luar karena mereka sangat loyal sekali dengan produk mereka sendiri. Bukan hanya makanan saja termasuk mobil dan elektronika boleh dikatakan 80% made in Korea di sana," katanya.(wij/hen)
RI Baru Bisa Ekspor Produk Segar Paprika dan Nanas ke Korsel
Ekspor produk segar Indonesia ke Korea Selatan (Korsel) relatif rendah. Padahal orang Korea Selatan sangat hobi makan produk segar seperti buah dan sayur.
"Orang Korea suka makan yang fresh dan kebutuhan ini sangat penting bagi mereka. Saat ini yang baru bisa masuk paprika dan nanas yang lainnya masih Korea kaji," ungkap Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan Dody Edward saat menyelenggarakan seminar kerjasama Korea Selatan-Indonesia di Auditorium Kementerian Perdagangan Jakarta, Kamis (22/8/2013).
Agar ekspor produk segar seperti buah dan sayur asal Indonesia bisa diterima oleh Korea Selatan, maka harus ada upaya keras yang dilakukan Kementerian Pertanian. Korea Selatan mempunyai regulasi keamanan pangan yang cukup ketat bagi produk impor yang masuk.
"Perlu komunikasi antara Kementerian terkait agar bisa komplain. Selain itu campur tangan karantina juga perlu jadi ada langkah-langkahnya," imbuhnya.
Dikatakan dia bahkan pemerintah Korea sering kali melakukan survei langsung ke negara pengeksor produk segar ke negaranya. Pemerintah Korsel sangat peduli terhadap keamanan dan kesehatan masyarakatnya.
"Pihak pembeli juga langsung melihat dapurnya. Bahkan ke depan prosesnya di sana semakin ketat. Bagaimana cara menanamnya? apakah pakai pestisida atau tidak? dan apa yang dipakai untuk menanam," cetusnya.(wij/hen)
"Orang Korea suka makan yang fresh dan kebutuhan ini sangat penting bagi mereka. Saat ini yang baru bisa masuk paprika dan nanas yang lainnya masih Korea kaji," ungkap Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan Dody Edward saat menyelenggarakan seminar kerjasama Korea Selatan-Indonesia di Auditorium Kementerian Perdagangan Jakarta, Kamis (22/8/2013).
Agar ekspor produk segar seperti buah dan sayur asal Indonesia bisa diterima oleh Korea Selatan, maka harus ada upaya keras yang dilakukan Kementerian Pertanian. Korea Selatan mempunyai regulasi keamanan pangan yang cukup ketat bagi produk impor yang masuk.
"Perlu komunikasi antara Kementerian terkait agar bisa komplain. Selain itu campur tangan karantina juga perlu jadi ada langkah-langkahnya," imbuhnya.
Dikatakan dia bahkan pemerintah Korea sering kali melakukan survei langsung ke negara pengeksor produk segar ke negaranya. Pemerintah Korsel sangat peduli terhadap keamanan dan kesehatan masyarakatnya.
"Pihak pembeli juga langsung melihat dapurnya. Bahkan ke depan prosesnya di sana semakin ketat. Bagaimana cara menanamnya? apakah pakai pestisida atau tidak? dan apa yang dipakai untuk menanam," cetusnya.(wij/hen)
Orang Korea Suka Makan, Ini Peluang Usaha yang Potensial
Korea Selatan (Korsel) dikenal sebagai negara dengan penduduk yang suka makan. Beberapa produk makanan Indonesia seperti me instan sudah dikenal lama masyarakat Korea.
"Orang Korea itu suka makan, beberapa item produk yang diminati Korea seperti mi instan, dan produk perikanan jumlahnya ada ratusan item," ungkap Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan (Kemendag) Dody Edward saat menyelenggarakan seminar kerjasama Korea Selatan-Indonesia di Auditorium Kemendag, Jakarta, Kamis (22/8/2013).
Lalu untuk beberapa produk makanan lain, Korea Selatan masih kekurangan bahan baku. Ini adalah peluang usaha menarik termasuk Indonesia yang bisa menawarkan produknya kepada negeri ginseng tersebut.
"Ubi sedang banyak diminta masyarakat Korea. Jadi ini bisa disebarluaskan karena dari ubi bisa dibikin untuk roti dan produk makanan lainnya. Sudah berapa kali dimintakan karena permintaan yang cukup besar di sana. Selain itu ada singkong juga," katanya.
Selain ubi dan singkong, masyarakat Korea Selatan saat ini juga sedang suka menikmati tren terbaru yaitu minum kopi. Sehingga kebutuhan kopi di Korea sangat besar namun produksi lokalnya sangat minim.
"Korea punya lifestyle suka minum kopi. Ini harus ditangkap dan menjadi kesempatan bagi kopi kita. Setiap tahun kita ikuti pameran kopi di Korea dan didukung oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian lain. Kopi luwak juga luar biasa dan suka mereka. Selain itu robusta dan eksportir kita mendukung ke spesialti coffee. Ini juga cukup besar permintaannya," tuturnya.
Pemerintah sendiri siap untuk memfasilitasi jika para eksportir tertarik untuk memasok kebutuhan ke Korea. "Umumnya mereka tertarik atas hasil sumber daya alam kita dan eksportir kita juga tangguh. Pemerintah siap memfasilitasi baik di tingkat pusat dan daerah," ujarnya.(wij/hen)
Korea Selatan (Korsel) dikenal sebagai negara dengan penduduk yang suka makan. Beberapa produk makanan Indonesia seperti me instan sudah dikenal lama masyarakat Korea.
"Orang Korea itu suka makan, beberapa item produk yang diminati Korea seperti mi instan, dan produk perikanan jumlahnya ada ratusan item," ungkap Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan (Kemendag) Dody Edward saat menyelenggarakan seminar kerjasama Korea Selatan-Indonesia di Auditorium Kemendag, Jakarta, Kamis (22/8/2013).
Lalu untuk beberapa produk makanan lain, Korea Selatan masih kekurangan bahan baku. Ini adalah peluang usaha menarik termasuk Indonesia yang bisa menawarkan produknya kepada negeri ginseng tersebut.
"Ubi sedang banyak diminta masyarakat Korea. Jadi ini bisa disebarluaskan karena dari ubi bisa dibikin untuk roti dan produk makanan lainnya. Sudah berapa kali dimintakan karena permintaan yang cukup besar di sana. Selain itu ada singkong juga," katanya.
Selain ubi dan singkong, masyarakat Korea Selatan saat ini juga sedang suka menikmati tren terbaru yaitu minum kopi. Sehingga kebutuhan kopi di Korea sangat besar namun produksi lokalnya sangat minim.
"Korea punya lifestyle suka minum kopi. Ini harus ditangkap dan menjadi kesempatan bagi kopi kita. Setiap tahun kita ikuti pameran kopi di Korea dan didukung oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian lain. Kopi luwak juga luar biasa dan suka mereka. Selain itu robusta dan eksportir kita mendukung ke spesialti coffee. Ini juga cukup besar permintaannya," tuturnya.
Pemerintah sendiri siap untuk memfasilitasi jika para eksportir tertarik untuk memasok kebutuhan ke Korea. "Umumnya mereka tertarik atas hasil sumber daya alam kita dan eksportir kita juga tangguh. Pemerintah siap memfasilitasi baik di tingkat pusat dan daerah," ujarnya.(wij/hen)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.