Jakarta | Institut Teknologi Bandung mendirikan Cyber Security Center untuk
menangkal kejahatan di dunia maya seperti pencurian data, penyebaran
informasi palsu, serta pembobolan bank. Pusat keamanan itu sekaligus
tempat riset dan pendidikan pasca sarjana. "Indonesia masih rentan
serangan kejahatan lewat teknologi dunia maya," kata Kepala Cyber
Security Center, Yusep Rusmansyah kepada Tempo, Rabu, 30 Januari 2013.
Salah satu bukti terbaru, peretasan situs Presiden Susilo Bambang Yudhoyono oleh tamatan siswa sekolah kejuruan di Jember, Jawa Timur. "Itu masih yang sekedar iseng, upaya pencurian data di bank itu terjadi setiap hari," ucap dosen di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu.
Menurut Yusep, kerentanan bisa dilihat dari belum adanya lembaga Computer Emergency Response Team yang kuat. Di luar negeri dan negara jiran, tim penangkal itu diawaki ratusan hingga ribuan pegawai kompeten.
Data lain yang dikhawatirkan dicuri peretas misalnya KTP elektronik, hingga perang cyber yang berwujud nyata seperti pada konflik Estonia dan Rusia beberapa waktu lalu. "Listrik dan bank bisa dimatikan selama 3 hari oleh teknologi cyber," katanya.
Cyber Security Center dibangun oleh ITB bekerja sama dengan Korean International Cooperation Agency. Pemerintah Korea memberi dana hibah bangunan dan isinya, serta pelatihan tenaga ahli senilai Rp 55 miliar.
Berlokasi di kampus ITB Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, gedung itu ditargetkan selesai pada Desember 2013. Kegiatan di pusat keamanan itu meliputi riset, tempat pendidikan magister keamanan informasi, serta S-3 yang sudah dimulai Januari ini.
Program magister yang baru akan dibuka terbagi menjadi kelas reguler bagi sarjana, dan eksekutif buat penegak hukum seperti penyidik kepolisian, jaksa, hakim, pegawai KPK, termasuk pengacara, dan anggota Badan Intelejen Negara.
Selain itu akan dibuka pula kelas kursus harian hingga mingguan bagi kalangan umum. "ITB akan menyediakan banyak sumber daya manusia untuk keamanan cyber Indonesia sampai menghasilkan algoritma enkripsi yang hebat hasil buatan sendiri supaya tidak mudah di-crack," kata Yusep.
• Tempo.Co
Salah satu bukti terbaru, peretasan situs Presiden Susilo Bambang Yudhoyono oleh tamatan siswa sekolah kejuruan di Jember, Jawa Timur. "Itu masih yang sekedar iseng, upaya pencurian data di bank itu terjadi setiap hari," ucap dosen di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu.
Menurut Yusep, kerentanan bisa dilihat dari belum adanya lembaga Computer Emergency Response Team yang kuat. Di luar negeri dan negara jiran, tim penangkal itu diawaki ratusan hingga ribuan pegawai kompeten.
Data lain yang dikhawatirkan dicuri peretas misalnya KTP elektronik, hingga perang cyber yang berwujud nyata seperti pada konflik Estonia dan Rusia beberapa waktu lalu. "Listrik dan bank bisa dimatikan selama 3 hari oleh teknologi cyber," katanya.
Cyber Security Center dibangun oleh ITB bekerja sama dengan Korean International Cooperation Agency. Pemerintah Korea memberi dana hibah bangunan dan isinya, serta pelatihan tenaga ahli senilai Rp 55 miliar.
Berlokasi di kampus ITB Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, gedung itu ditargetkan selesai pada Desember 2013. Kegiatan di pusat keamanan itu meliputi riset, tempat pendidikan magister keamanan informasi, serta S-3 yang sudah dimulai Januari ini.
Program magister yang baru akan dibuka terbagi menjadi kelas reguler bagi sarjana, dan eksekutif buat penegak hukum seperti penyidik kepolisian, jaksa, hakim, pegawai KPK, termasuk pengacara, dan anggota Badan Intelejen Negara.
Selain itu akan dibuka pula kelas kursus harian hingga mingguan bagi kalangan umum. "ITB akan menyediakan banyak sumber daya manusia untuk keamanan cyber Indonesia sampai menghasilkan algoritma enkripsi yang hebat hasil buatan sendiri supaya tidak mudah di-crack," kata Yusep.
• Tempo.Co
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.