Seorang petugas berjalan melintasi pesawat Airbus A400M yang mendarat pertama kali di Bandara Halim Perdanakusuma. FOTO: Afriadi Hikma/JAKARTA GLOBE.
Empat tahun lalu, kita pernah menjual pesawat ke Korea, lalu Thailand, namun selalu disaingi oleh Airbus Military.
PT Dirgantara Indonesia (Persero) bersama Airbus Military sepakat untuk membagi pangsa pasar menyusul penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara keduanya.
Dengan kesepakatan itu, Airbus hanya diperkekankan memasarkan pesawat ke kawasan Amerika dan Afrika, sementara PTDI menjual produknya ke kawasan Asia Pasifik.
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengungkapkan, kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan performa kedua perusahaan. Selain itu, pangsa pasar kedua perusahaan menjadi semakin jelas.
"Empat tahun lalu, kita pernah menjual pesawat ke Korea, lalu Thailand, namun selalu disaingi oleh Airbus Military. Jadi, kita urung menjualnya. Dengan adanya MoU ini akan semakin jelas," kata Budi, di Jakarta, hari ini.
Menurut Budi, Asia Pasifik merupakan pasar yang potensial seiring terus meningkatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Selain itu, kerjasama ini juga memudahkan perusahaan plat merah di sektor kedirgantaraan ini memasarkan hasil produksinya karena kesamaan geografis serta budaya.
"Market Asia memang kita kuasai karena sering jualan di sana. Jadi yang tidak kita kuasai tidak kita ambil. Namun, kita tidak bersaing dengan Airbus," tuturnya.
Budi mengakui setiap dua bulan sekali, PTDI dan Airbus Military melakukan pertemuan untuk membahas pemasaran serta peluang yang dapat dimanfaatkan oleh kedua perusahaan.
"Contohnya, kalau mereka mau jualan ke Amerika dan Afrika, nanti mereka kasih tahu ke kita, misalnya apa yang bisa kita bantu melalui komponen pesawatnya," ujarnya.
Budi mencontohkan, PTDI akan memasarkan CN-235 dan CN-295 ke Amerika Serikat. Perakitan akhir (final assembling) komponen pesawat ini akan dikirim ke Spanyol. "PTDI membutuhkan waktu untuk perakitan akhir 10-12 bulan, sedangkan Airbus hanya dua bulan," paparnya.
Untuk menekan waktu perakitan, PTDI mengirimkan 30 orang ke Spanyol untuk belajar cara merakit komponen pesawat dengan cepat. Sementara, pihak Spanyol bertandang ke PTDI untuk mempelajari sistem informasi dan teknologi yang dimiliki PTDI.
"Intinya, bagaimana kita dapat menekan waktu produksi, khususnya perakitan agar lebih cepat dan efisien," tuturnya.
(Berita Satu)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.