Basarnas kerahkan helikopter cari pesawat hilang
Samarinda - Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) akan mengerahkan
satu unit helikopter untuk pencarian pesawat yang diperkirakan jatuh di
kawasan Taman Nasional Kutai (TNK) di perbatasan Kabupaten Kutai Timur
dengan Kota Bontang, Kalimantan Timur.
"Sabtu pagi ini, helikopter milik Basarnas akan dikerahkan untuk melakukan pencarian posisi pasti jatuhnya pesawat tersebut," ungkap Kepala Bandara Temindung Samarinda, Rajoki Aritonang, kepada wartawan, Sabtu dinihari.
Selain heli milik Basarnas, sebuah pesawat milik PT Intan Angkasa lanjut dia akan ikut dikerahkan pada proses pencarian tersebut.
"Pihak PT Intan Angkasa selaku pemilik pesawat yang hilang itu juga akan mengerahkan sebuah pesawat untuk membantu pencarian. Pagi ini (Sabtu) heli dan pesawat tersebut akan diterbangkan dari Bandara Temindung Samarinda selanjutnya akan mengitari kawasan yang diduga lokasi jatuhnya pesawat itu," kata Rajoki Aritonang.
Berdasarkan pantauan hingga Sabtu dinihari, sejumlah personbil baik dari kepolisian, Basarnas, maupun TNI terlihat masih berada di Bandara Temindung Samarinda yang dijadikan sebagai Posko Pencarian Pesawat Hilang.
Pada Jumat malam, 15 anggota Basarnas dengan menggunakan beberapa mobil, terlihat meninggalkan kawasan Bandara Temindung.
"Sejak Jumat malam, tim yang terdiri dari satu peleton personil Batalyon 611 Awang Long, Brimob telah dikerahkan ke lokasi. Terakhir, tim dari Basarnas juga sudah bergerak ke arah lokasi yang diduga titik jatuhnya pesawat itu," ungkap Rajoki Aritonang.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomer registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat pagi sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni, Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal serta seorang pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, `take off` atau lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat pagi sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat siang sekitar pukul 13.51 Wita.(A053/Z002)
"Sabtu pagi ini, helikopter milik Basarnas akan dikerahkan untuk melakukan pencarian posisi pasti jatuhnya pesawat tersebut," ungkap Kepala Bandara Temindung Samarinda, Rajoki Aritonang, kepada wartawan, Sabtu dinihari.
Selain heli milik Basarnas, sebuah pesawat milik PT Intan Angkasa lanjut dia akan ikut dikerahkan pada proses pencarian tersebut.
"Pihak PT Intan Angkasa selaku pemilik pesawat yang hilang itu juga akan mengerahkan sebuah pesawat untuk membantu pencarian. Pagi ini (Sabtu) heli dan pesawat tersebut akan diterbangkan dari Bandara Temindung Samarinda selanjutnya akan mengitari kawasan yang diduga lokasi jatuhnya pesawat itu," kata Rajoki Aritonang.
Berdasarkan pantauan hingga Sabtu dinihari, sejumlah personbil baik dari kepolisian, Basarnas, maupun TNI terlihat masih berada di Bandara Temindung Samarinda yang dijadikan sebagai Posko Pencarian Pesawat Hilang.
Pada Jumat malam, 15 anggota Basarnas dengan menggunakan beberapa mobil, terlihat meninggalkan kawasan Bandara Temindung.
"Sejak Jumat malam, tim yang terdiri dari satu peleton personil Batalyon 611 Awang Long, Brimob telah dikerahkan ke lokasi. Terakhir, tim dari Basarnas juga sudah bergerak ke arah lokasi yang diduga titik jatuhnya pesawat itu," ungkap Rajoki Aritonang.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomer registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat pagi sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni, Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal serta seorang pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, `take off` atau lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat pagi sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat siang sekitar pukul 13.51 Wita.(A053/Z002)
Tim SAR fokus pencarian di Gunung Pilar
Samarinda - Tim SAR yang melakukan pencarian pesawat yang hilang kontak
sejak Jumat (24/8) berkonsentrasi di sekitar Gunung Pilar, tepatnya di
kilometer 31 poros Sangatta (ibukota Kabupaten Kutai Timur) dengan Kota
Bontang."Saat ini tim masih terus mencoba menembus lokasi yang
diduga tempat jatuhnya pesawat tersebut," tutur Kapolresta Samarinda
Kombespol Arief Prapto, Sabtu.
Untuk mencapai lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat itu, katanya, harus ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang 20 kilometer.
"Kondisi jalan hancur dan harus ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang 20 kilometer. Tim sempat beristrahat dan pagi ini akan melanjutkan perjalanan menuju titik diduga jatuhnya pesawat itu," kata Arief Prapto
Sebelumnya, Kepala Bandara Temindung Samarinda, Rajoki Aritonang mengatakan, pesawat survei yang hilang kontak sejak Jumat pagi dipastikan jatuh di kawasan Taman Nasional Kutai (TNK) di perbatasan antara Kabupaten Kutai Timur dengan Kota Bontang.
"Berdasarkan laporan masyarakat yang berkembang hingga saat ini (Sabtu dini hari) ada kemungkinan lokasi yang diduga jatuhnya pesawat itu di areal perbukitan Gunung Pilar yang sering disebut sebagai Teluk Tabah atau sekitar 13 kilometer dari bibir pantai Teluk Tabah. Lokasi itu masuk dalam kawasan hutan TNK yang berada di poros Sanggatta dengan Kota Bontang," kata Aritonang.
Hingga Sabtu dini hari, katanya, tim yang beranggota satu peleton TNI, satu peleton Brimob, Basarnas, Polresta Samarinda, Polresta Bontang, dan Polres Kutai Timur telah berada di ring dua.
"Tim saat ini sudah berada di kawasan Teluk Tabah atau di areal ring dua dari lokasi yang diduga jatuhnya pesawat itu. Kawasan itu merupakan kawasan hutan dan lokasinya sulit dijangkau karena harus ditempuh dengan berjalan kaki enam kilometer dari kawasan permukiman," katanya.
Ia menyebut, medan cukup berat sehingga kemungkinan evakuasi butuh waktu relatif lama.
"Melihat kondisi medan yang cukup berat, kemungkinan proses evakuasi sedikit terhambat namun tim saat ini terus bergerak untuk mencapai lokasi," katanya.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomer registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13.51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan kembali ke Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga diduga jatuh di kawasan TNK.(A053/I007)
Untuk mencapai lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat itu, katanya, harus ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang 20 kilometer.
"Kondisi jalan hancur dan harus ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang 20 kilometer. Tim sempat beristrahat dan pagi ini akan melanjutkan perjalanan menuju titik diduga jatuhnya pesawat itu," kata Arief Prapto
Sebelumnya, Kepala Bandara Temindung Samarinda, Rajoki Aritonang mengatakan, pesawat survei yang hilang kontak sejak Jumat pagi dipastikan jatuh di kawasan Taman Nasional Kutai (TNK) di perbatasan antara Kabupaten Kutai Timur dengan Kota Bontang.
"Berdasarkan laporan masyarakat yang berkembang hingga saat ini (Sabtu dini hari) ada kemungkinan lokasi yang diduga jatuhnya pesawat itu di areal perbukitan Gunung Pilar yang sering disebut sebagai Teluk Tabah atau sekitar 13 kilometer dari bibir pantai Teluk Tabah. Lokasi itu masuk dalam kawasan hutan TNK yang berada di poros Sanggatta dengan Kota Bontang," kata Aritonang.
Hingga Sabtu dini hari, katanya, tim yang beranggota satu peleton TNI, satu peleton Brimob, Basarnas, Polresta Samarinda, Polresta Bontang, dan Polres Kutai Timur telah berada di ring dua.
"Tim saat ini sudah berada di kawasan Teluk Tabah atau di areal ring dua dari lokasi yang diduga jatuhnya pesawat itu. Kawasan itu merupakan kawasan hutan dan lokasinya sulit dijangkau karena harus ditempuh dengan berjalan kaki enam kilometer dari kawasan permukiman," katanya.
Ia menyebut, medan cukup berat sehingga kemungkinan evakuasi butuh waktu relatif lama.
"Melihat kondisi medan yang cukup berat, kemungkinan proses evakuasi sedikit terhambat namun tim saat ini terus bergerak untuk mencapai lokasi," katanya.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomer registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13.51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan kembali ke Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga diduga jatuh di kawasan TNK.(A053/I007)
Persawat hilang terdeteksi kritis bahan bakar
Samarinda - Pesawat survei yang dinyatakan hilang sejak Jumat pagi (24/8)
sempat terdeteksi citra satelit milik Singapura masih bergerak sementara
bahan bakar dalam kritis, kata Kapolresta Samarinda, Komisaris Besar
Arief Prapto, Sabtu.
"Berdasarkan data satelit Singapura yang diterima pihak bandara kemudian kami terjemahkan bahwa pada data terakhir pesawat dalam kondisi critical time dengan bahan bakar yang sudah kritis namun masih moving atau bergerak," ungkap Arief Prapto.
Pesawat tersebut lanjut Arief Prapto terdeteksi citra satelit milik Singapura pada Jumat siang sekitar pukul 14. 00 Wita.
Tim SAR kata Arief Prapto juga akan memulai pencarian pada titik koordinat terakhir berdasarkan hasil deteksi satelit Singapura tesebut.
"Jadi, berdasarkan asumsi itulah, pagi ini tim akan memulai melakukan pencarian berdasarkan titik koordinat yang telah ditentukan. Pesawat itu terakhir terdeteksi satelit masih bergerak walaupun kondisi bahan bakar kritis di sekitar poros Sangatta (ibukota Kabupaten Kutai Timur) dengan Kota Bontang," kata Arief Prapto.
Kesulitan menemukan titik koordinat pesawat itu lanjut dia akibat tidak berfungsinya ELT (Emergency Locator Transmitter).
"Berdasarkan informasi yang kami terima dari Basarnas, memang ELT pesawat itu tidak berfungsi. Semestinya, dalam situasi darurat ELT itu memancarkan sinar sehingga pihak Basarnas menduga alat itu kehabisan baterai," ungkap Arief Prapto.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomer registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.(Ant)
"Berdasarkan data satelit Singapura yang diterima pihak bandara kemudian kami terjemahkan bahwa pada data terakhir pesawat dalam kondisi critical time dengan bahan bakar yang sudah kritis namun masih moving atau bergerak," ungkap Arief Prapto.
Pesawat tersebut lanjut Arief Prapto terdeteksi citra satelit milik Singapura pada Jumat siang sekitar pukul 14. 00 Wita.
Tim SAR kata Arief Prapto juga akan memulai pencarian pada titik koordinat terakhir berdasarkan hasil deteksi satelit Singapura tesebut.
"Jadi, berdasarkan asumsi itulah, pagi ini tim akan memulai melakukan pencarian berdasarkan titik koordinat yang telah ditentukan. Pesawat itu terakhir terdeteksi satelit masih bergerak walaupun kondisi bahan bakar kritis di sekitar poros Sangatta (ibukota Kabupaten Kutai Timur) dengan Kota Bontang," kata Arief Prapto.
Kesulitan menemukan titik koordinat pesawat itu lanjut dia akibat tidak berfungsinya ELT (Emergency Locator Transmitter).
"Berdasarkan informasi yang kami terima dari Basarnas, memang ELT pesawat itu tidak berfungsi. Semestinya, dalam situasi darurat ELT itu memancarkan sinar sehingga pihak Basarnas menduga alat itu kehabisan baterai," ungkap Arief Prapto.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomer registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.(Ant)
Pesawat yang dinyatakan hilang belum ditemukan
Samarinda - Pesawat Survei milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo
Chief Tain bernomer registrasi PK-IWH yang hilang kontak dan diduga
jatuh di Gunung Pilar Sangatta, Kutai Timur, Kaltim, hingga pukul 10.55
Wita pagi ini belum ditemukan.
"Tim SAR yang berjalan kaki dari jalan Poros Sangatta-Bontang sejak kemarin, mulai tadi malam sudah berada di lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat, bahkan pencarian pagi ini juga dilakukan dengan helikopter," ujar Kabid Perhubungan Udara Dinas Perhubungan Kalimantan Timur (Kaltim) Hasbi di Samarinda, Sabtu.
Hingga kini, lanjut Hasbi, pihaknya terus melakukan pemantauan mengenai perkembangan Tim SAR dalam melakukan pencarian. Pemantaun dilakukan melalui Bandara Temindung Samarinda.
Lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat, katanya sangat jauh, yakni harus berjalan kaki sekitar 20 kilometer dari jalan Poros Sangatta-Bontang, tepatnya di kilometer 31 sehingga tugas pencarian dipercayakan kepada Tim SAR.
Pesawat survei tersebut berpenumpang tiga orang yang salah satunya adalah warga negara Australia.
Tiga penumpang itu adalah, Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor bernama Jandri Hendrizal, dan pendamping dari Kementerian Pertahanan RI Kapten Suyoto.
Pesawat sedianya melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, namun setelah lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita, dilaporkan kehilangan kontak pada pukul 08.04 Wita, dan dinyatakan hilang sekitar pukul 13.51 Wita.
Berdasarkan perkembangan terakhir, pesawat tersebut sempat terdeteksi citra satelit milik Singapura pada Jumat pukul 14.000 Wita, masih bergerak namun kondisi bahan bakar kritis.(Ant)
"Tim SAR yang berjalan kaki dari jalan Poros Sangatta-Bontang sejak kemarin, mulai tadi malam sudah berada di lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat, bahkan pencarian pagi ini juga dilakukan dengan helikopter," ujar Kabid Perhubungan Udara Dinas Perhubungan Kalimantan Timur (Kaltim) Hasbi di Samarinda, Sabtu.
Hingga kini, lanjut Hasbi, pihaknya terus melakukan pemantauan mengenai perkembangan Tim SAR dalam melakukan pencarian. Pemantaun dilakukan melalui Bandara Temindung Samarinda.
Lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat, katanya sangat jauh, yakni harus berjalan kaki sekitar 20 kilometer dari jalan Poros Sangatta-Bontang, tepatnya di kilometer 31 sehingga tugas pencarian dipercayakan kepada Tim SAR.
Pesawat survei tersebut berpenumpang tiga orang yang salah satunya adalah warga negara Australia.
Tiga penumpang itu adalah, Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor bernama Jandri Hendrizal, dan pendamping dari Kementerian Pertahanan RI Kapten Suyoto.
Pesawat sedianya melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, namun setelah lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita, dilaporkan kehilangan kontak pada pukul 08.04 Wita, dan dinyatakan hilang sekitar pukul 13.51 Wita.
Berdasarkan perkembangan terakhir, pesawat tersebut sempat terdeteksi citra satelit milik Singapura pada Jumat pukul 14.000 Wita, masih bergerak namun kondisi bahan bakar kritis.(Ant)
Helikopter sisir kawasan TNK cari pesawat jatuh
Samarinda - Helikopter milik PT Intan Angkasa pada Sabtu siang berangkat
dari Bandara Temindung Samarinda, Kalimantan Timur, untuk menyisir
kawasan TNK (Taman Nasional Kutai) untuk mencari pesawat survei yang
hilang sejak Jumat pagi (24/8) dan diduga jatuh di kawasan itu.
Sebelum meninggalkan Bandara Temindung Samarinda sekitar pukul 10. 15 Wita, helikopter tersebut terlihat mengisi bahan bakar termasuk menyiapkan beberapa drum bahan bakar sebagai persediaan selama proses penyisiran.
Helikopter tersebut juga mengangkut tim dari Elliot Geophysics International dan Basarnas.
"Hari ini, dua unit helikopter masing-masing milik Basarnas dan PT Intan Angkasa dikerahkan untuk melakukan pencarian dari sisi udara, sementara sisi darat tim telah dikerahkan ke lokasi sejak Jumat malam dan saat ini mereka sudah melakukan penyisiran di titik koordinat saat terakhir kali pesawat itu terdeteksi satelit milik Singapura," ungkap Kapolresta Samarinda, Komisaris Besar Arief Prapto.
Informasi yang berhasil dihimpun dari salah satu tim yang ikut melakukan penyisiran, pada Sabtu siang, tim SAR yang melakukan pencarian melalui darat telah berada di titik koordinat 117 derajat 19 menit, 8 detik Lintang Timur sementara dari perkiraan pesawat kehilangan kontak berada pada koordinant 117 derajat 19 menit 5,7 detik lintang Barat.
Sejauh ini, tim SAR belum berhasil menemukan adanya tanda-tanda lokasi jatuhnya pesawat tersebut.
Pihak Bandara Temindung Samarinda juga telah mendirikan sebuah tenda di posko.
Sementara, sejumlah petugas Tim Disaster Victim Identification (DVI) dari Polda Kaltim juga terlihat sudah berada di Bandara Temindung.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomor registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang, yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.(A053/Y008)
Sebelum meninggalkan Bandara Temindung Samarinda sekitar pukul 10. 15 Wita, helikopter tersebut terlihat mengisi bahan bakar termasuk menyiapkan beberapa drum bahan bakar sebagai persediaan selama proses penyisiran.
Helikopter tersebut juga mengangkut tim dari Elliot Geophysics International dan Basarnas.
"Hari ini, dua unit helikopter masing-masing milik Basarnas dan PT Intan Angkasa dikerahkan untuk melakukan pencarian dari sisi udara, sementara sisi darat tim telah dikerahkan ke lokasi sejak Jumat malam dan saat ini mereka sudah melakukan penyisiran di titik koordinat saat terakhir kali pesawat itu terdeteksi satelit milik Singapura," ungkap Kapolresta Samarinda, Komisaris Besar Arief Prapto.
Informasi yang berhasil dihimpun dari salah satu tim yang ikut melakukan penyisiran, pada Sabtu siang, tim SAR yang melakukan pencarian melalui darat telah berada di titik koordinat 117 derajat 19 menit, 8 detik Lintang Timur sementara dari perkiraan pesawat kehilangan kontak berada pada koordinant 117 derajat 19 menit 5,7 detik lintang Barat.
Sejauh ini, tim SAR belum berhasil menemukan adanya tanda-tanda lokasi jatuhnya pesawat tersebut.
Pihak Bandara Temindung Samarinda juga telah mendirikan sebuah tenda di posko.
Sementara, sejumlah petugas Tim Disaster Victim Identification (DVI) dari Polda Kaltim juga terlihat sudah berada di Bandara Temindung.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomor registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang, yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.(A053/Y008)
Pencarian pesawat hilang masih bergantung data satelit
Samarinda - Pencarian pesawat survei yang hilang masih bergantung pada data satelit Singapura, kata Kapolresta Samarinda, Kalimantan Timur, Komisaris Besar Arief Prapto kepada wartawan Minggu dinihari.
"Semua informasi yang diberikan masyarakat baik yang mendengar adanya dentuman di sekitar Teluk Kaba dan kawasan Gunung Pilar maupun yang melihat pesawat melintas di lereng Gunung Sekerat telah kami tindaklanjuti namun belum membuahkan hasil. Jadi, pencarian akan kami lakukan dengan berpatokan pada data satelit terakhir milik Singapura yang berhasil mendeteksi pesawat itu masih bergerak dalam kondisi kritis bahan bakar," ungkap Arief Prapto.
Berdasarkan analisis deteksi satelit dan hasil evaluasi pencarian pada hari kedua pasca hilangnya peswat itu, Tim SAR lanjut Arief Prapto telah memetakan lokasi dan menentukan satu titik koordinat sebagai fokus penyisiran pada Minggu.
"Berdasarkan evaluasi terhadap pencarian yang telah dilakukan pada Sabtu (25/8) dan dengan mempertimbangkan hasil identifikasi teknis terkait deteksi satelit terakhir yang kami analisis kembali kemudian mengkalkulasi berbagai kemungkinan itu maka pada Minggu pagi ini pencarian akan difokuskan pada suatu tempat di titik koordinat yang diduga kuat atau memiliki peluang besar untuk membuahkan hasil," katanya.
Area pencarian yang sudah dipetakan itu lanjut Arief Prapto yang juga sebagai penanggung jawab Posko Pencarian Korban Pesawat Hilang Bandara Temindung Samarinda, masih bersentuhan dengan kawasan TNK (Taman Nasional Kutai).
"Areal yang akan menjadi fokus penyisiran itu masih bersentuhan dengan kawasan TNK juga bisa mengarah ke pantai. Area pencarian tetap berpijak hasil kalkulasi deteksi satelit terkait pergerakan pesawat yang mengalami krisis bahan bakar sebab data itu sangat akurat dan bisa dipertanggungjawabkan," katanya.
"Pemetaan area fokus pencarian ini merupakan kawasan hutan dengan kondisi sangat rapat atau hutan lebat sehingga mungkin inilah yang menjadi salah satu hambatan tim dalam melakukan penyisiran," ungkap Arief Prapto.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomor registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.(A053/M020)
Empat helikopter dikerahkan pada pencarian pesawat hilang
Samarinda - Empat helikopter akan dikerahkan pada proses pencarian
pesawat survei yang hilang dan diperkirakan jatuh di sekitar kawasan TNK
(Taman Nasional Kutai) di poros Sanggatta (ibukota Kabupaten Kutai
Timur) dengan Kota Bontang, pada Minggu.
Komandan Kodim 0901 Samarinda, Letnan Kolonel Inf Junaidi M, kepada wartawan Minggu dinihari, menyatakan, empat helikoptar yang akan dikerahkan pada proses pencarian pesawat jatuh itu salah satu milik TNI AD yakni heli MI 17.
"Pagi ini (Minggu) ada empat helikopter telah disiapkan untuk melakukan pencarian pesawat carter yang hilang itu, salah satunya helikopter MI 17 milik TNI AD," ungkap Junaidi M.
Tiga helikopter lainnya lanjut dia yakni, dua unit milik PT Intan Angkasa dan satu helikopter milik Polda Kaltim.
"Keempat heli itu sudah siap dioperasikan dan pada Minggu sekitar pukul 08. 00 Wita akan mulai dikerahkan untuk melakukan pencarian melalui pemantauan udara pada titik koordinat yang sudah ditentukan," kata Junaidi M.
Selain empat unit helikopter, proses pencarian pesawat yang hilang pada hari ketiga atau Minggu itu lanjut Junaidi M juga akan melibatkan 150 personil TNI, 150 personil Polri serta dari unsur masyarakat.
"Proses pencarian akan dilakukan pada dua area yakni pantauan udara dan penyisiran lewat darat. Pada penyisiran darat itu melibatkan 400 personil terdiri dari 150 personil TNI ditambah 150 personil Polri sisanya dari unsur masyarakat," katanya.
"Pembagian tugas telah dilakukan sehingga proses penyisiran yang akan dilakukan hari ini (Minggu) sudah terkordinasi dengan harapan akan membuahkan hasil yang optimal," ungkap Junaidi M.
Sementara, Kepala Bandara Temindung Samarinda, Rajoki Aritonang mengatakan, dari empat helikopter yang telah disiapkan itu, tiga diantaranya akan melakukan pemantauan sementara heli milik Polda Kaltim akan disiagakan sebagai cadangan.
"Pusat Posko Pencarian Korban Pesawat Hilang tetap dipusatkan di Bandara Temindung Samarinda dan semua koordinasi sejauh ini berjalan dengan baik serta progres pencarian terus meningkat," kata Rajoki Aritonang.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.(A053/M020)
Komandan Kodim 0901 Samarinda, Letnan Kolonel Inf Junaidi M, kepada wartawan Minggu dinihari, menyatakan, empat helikoptar yang akan dikerahkan pada proses pencarian pesawat jatuh itu salah satu milik TNI AD yakni heli MI 17.
"Pagi ini (Minggu) ada empat helikopter telah disiapkan untuk melakukan pencarian pesawat carter yang hilang itu, salah satunya helikopter MI 17 milik TNI AD," ungkap Junaidi M.
Tiga helikopter lainnya lanjut dia yakni, dua unit milik PT Intan Angkasa dan satu helikopter milik Polda Kaltim.
"Keempat heli itu sudah siap dioperasikan dan pada Minggu sekitar pukul 08. 00 Wita akan mulai dikerahkan untuk melakukan pencarian melalui pemantauan udara pada titik koordinat yang sudah ditentukan," kata Junaidi M.
Selain empat unit helikopter, proses pencarian pesawat yang hilang pada hari ketiga atau Minggu itu lanjut Junaidi M juga akan melibatkan 150 personil TNI, 150 personil Polri serta dari unsur masyarakat.
"Proses pencarian akan dilakukan pada dua area yakni pantauan udara dan penyisiran lewat darat. Pada penyisiran darat itu melibatkan 400 personil terdiri dari 150 personil TNI ditambah 150 personil Polri sisanya dari unsur masyarakat," katanya.
"Pembagian tugas telah dilakukan sehingga proses penyisiran yang akan dilakukan hari ini (Minggu) sudah terkordinasi dengan harapan akan membuahkan hasil yang optimal," ungkap Junaidi M.
Sementara, Kepala Bandara Temindung Samarinda, Rajoki Aritonang mengatakan, dari empat helikopter yang telah disiapkan itu, tiga diantaranya akan melakukan pemantauan sementara heli milik Polda Kaltim akan disiagakan sebagai cadangan.
"Pusat Posko Pencarian Korban Pesawat Hilang tetap dipusatkan di Bandara Temindung Samarinda dan semua koordinasi sejauh ini berjalan dengan baik serta progres pencarian terus meningkat," kata Rajoki Aritonang.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.(A053/M020)
400 personil SAR lakukan penyisiran di TN Kutai
Samarinda - Sebanyak 400 personil tim SAR gabungan yang terdiri, 150
personil TNI, 150 personil Polri serta 100 relawan mulai melakukan
penyisiran di sekitar kawasan Taman Nasional (TN) Kutai.
Berdasarkan pantauan, pada Minggu pagi sekitar pukul 08. 45 Wita,, dua heli milik PT Intan Ankasa terlihat meninggalkan Bandara Temindung Samarinda bersama sejumlah personil Tim SAR.
"Pagi ini tim SAR mulai bergerak menyisir titik koordinat yang telah kami tetapkan. Kami berharap, penyisiran hari ini membuahkan hasil yang optimal," ungkap Kapolresta Samarinda, Komisaris Besar Arief Prapto, di Posko Penanggulangan Pencarian Korban Pesawat Hilang di Bandara Temindung, Minggu.
Selain penyisiran lewat darat yang melibatkan 400 personil Tim SAR kata Arief Prapto, pencarian juga dilakukan melalui pemantauan udara menggunakan tiga helikopter.
Dalam pemantauan lewat udara, empat heli sudah dikerahkan, tiga diantaranya akan melakukan penyisiran sementara satu heli milik Polda Kaltim disiapkan sebagai cadangan, kata Arief yang juga sebagai penanggung jawab Posko Penanggulangan Pencarian Korban Pesawat Hilang Bandara Temindung Samarinda.
Sementara, Perwira Operasi Kodim 0909 Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Mayor Inf Kurniawan dihubungi dari Samarinda, mengatakan, upaya pencarian hilangnya pesawat PA-31Navajo di hari ketiga (Minggu), tim akan melakukan penyisiran pada sembilan titik dengan melibatkan 228 personil.
"Sebanyak 228 personil ini akan dibagi dalam sembilan tim sementara 36 personil disiagakan di posko sebagai tim cadangan," ungkap Kurniawan.
Dari sembilan titik yang menjadi sasaran pencarian itu lanjut Kurniawan, empat titik dilakukan melalui pemantauan udara.
"Pencarian dititikberatkan di wilayah Kabupaten Kutai Timur diantaranya di Telaga Bening,Teluk Pandan, Sungai Santan serta di areal wilayah tambang milik Indominco," katanya.
"Semua areal pencarian tersebut masuk kawasan Taman Nasional Kutai," ungkap Kurniawan.
Pada proses pencarian di hari ketiga hilangnya pesawat carter milik PT Intan Angkasa itu kata dia juga melibatkan empat unit helikopter, yakni dua heli milik PT Intan Angkasa jenis MD-500, satu unit heli MI-17 milik TNI AD yang didatangkan dari Tarakan serta heli jenis BO-105 milik Polda Kaltim.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto.
Pesawat lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam.
Dari Bandara Temindung Samarinda pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TN Kutai.(ANT)
Berdasarkan pantauan, pada Minggu pagi sekitar pukul 08. 45 Wita,, dua heli milik PT Intan Ankasa terlihat meninggalkan Bandara Temindung Samarinda bersama sejumlah personil Tim SAR.
"Pagi ini tim SAR mulai bergerak menyisir titik koordinat yang telah kami tetapkan. Kami berharap, penyisiran hari ini membuahkan hasil yang optimal," ungkap Kapolresta Samarinda, Komisaris Besar Arief Prapto, di Posko Penanggulangan Pencarian Korban Pesawat Hilang di Bandara Temindung, Minggu.
Selain penyisiran lewat darat yang melibatkan 400 personil Tim SAR kata Arief Prapto, pencarian juga dilakukan melalui pemantauan udara menggunakan tiga helikopter.
Dalam pemantauan lewat udara, empat heli sudah dikerahkan, tiga diantaranya akan melakukan penyisiran sementara satu heli milik Polda Kaltim disiapkan sebagai cadangan, kata Arief yang juga sebagai penanggung jawab Posko Penanggulangan Pencarian Korban Pesawat Hilang Bandara Temindung Samarinda.
Sementara, Perwira Operasi Kodim 0909 Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Mayor Inf Kurniawan dihubungi dari Samarinda, mengatakan, upaya pencarian hilangnya pesawat PA-31Navajo di hari ketiga (Minggu), tim akan melakukan penyisiran pada sembilan titik dengan melibatkan 228 personil.
"Sebanyak 228 personil ini akan dibagi dalam sembilan tim sementara 36 personil disiagakan di posko sebagai tim cadangan," ungkap Kurniawan.
Dari sembilan titik yang menjadi sasaran pencarian itu lanjut Kurniawan, empat titik dilakukan melalui pemantauan udara.
"Pencarian dititikberatkan di wilayah Kabupaten Kutai Timur diantaranya di Telaga Bening,Teluk Pandan, Sungai Santan serta di areal wilayah tambang milik Indominco," katanya.
"Semua areal pencarian tersebut masuk kawasan Taman Nasional Kutai," ungkap Kurniawan.
Pada proses pencarian di hari ketiga hilangnya pesawat carter milik PT Intan Angkasa itu kata dia juga melibatkan empat unit helikopter, yakni dua heli milik PT Intan Angkasa jenis MD-500, satu unit heli MI-17 milik TNI AD yang didatangkan dari Tarakan serta heli jenis BO-105 milik Polda Kaltim.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto.
Pesawat lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam.
Dari Bandara Temindung Samarinda pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TN Kutai.(ANT)
Pesawat hilang ditemukan hancur tabrak gunung
Samarinda - Pesawat jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain yang dikabarkan hilang sejak Jumat (24/8) akhirnya ditemukan dalam kondisi hancur dan terbakar di lereng Gunung Mayang Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Brigadir Jenderal Rusli Nasution kepada wartawan, Minggu malam mengatakan pesawat milik PT Intan Perkasa yang dicarter oleh Elliot Geophysics untuk melakukan survei di salah satu kawasan tambang batu bara di area Bontang itu ditemukan pertama kali oleh dua personil Brimob dan seorang anggota Basarnas pada Minggu sore sekitar pukul 17. 25 Wita.(ANT)
(Antara)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.