Mushika (mushikaformulaitb.com) |
Bandung - Institut Teknologi Bandung (ITB) berpartisipasi
dalam lomba mobil balap tingkat mahasiswa se-Asia Formula Society of
Automotive Engineers International (SAE) di Jepang pada 3-7 September
2012.
Pelepasan mobil balap beserta tim dilakukan di pusat mahasiswa Kampus ITB, Bandung, Senin, yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Rektor ITB Akhmaloka.
Lomba mobil balap Formula SAE yang diikuti oleh mahasiswa dari beberapa negara Asia seperti Jepang, China, India, Korea Selatan, Singapura, Thailand, dan Malaysia itu baru pertama kali diikuti oleh ITB yang mengirim satu tim bernama Mushika.
Ketua Tim Mushika Tri Aghna Satriya memasang target menjadi pemenang dalam kategori pendatang terbaik atau "best rookie" pada keikutsertaan yang pertama mereka.
"Pesaing terbesar kami dalam kategori itu adalah Thailand karena di negara itu sudah ada lomba sejenis yang didukung oleh pemerintah setempat," ujarnya.
Tri Aghna menjelaskan mobil balap dengan kapasitas mesin 600 cc itu diproduksi oleh tim selama hampir setahun dengan biaya sekitar Rp230 juta.
"Untuk mesin, ban, dan velg masih beli. Tetapi totalnya hampir 70 persen mobil balap ini kami buat sendiri termasuk shock breaker yang dirancang khusus," ujarnya.
Mobil balap berbahan bakar Pertamax racing itu berkecepatan maksimal 120 kilometer per jam dengan kemampuan akselerasi pertama sejauh 75 meter dalam waktu lima detik.
Kompetisi Formula SAE terdiri atas dua kategori yang wajib diikuti oleh semua peserta yaitu kategori statis dan dinamis.
Penilaian kategori statis di antaranya meliputi desain, biaya dan manufaktur, presentasi laik ekonomis untuk skala produksi, serta pemeriksaan teknis. Sedang penilaian kategori dinamis mencakup akselerasi, kemampuan belok, ketahanan, serta efisiensi bahan bakar.
Dosen pembimbing dari Fakultas Teknik Mesin ITB, Indra Nurhadi, mengatakan memproduksi mobil balap ringan namun kuat, aman dan lincah bukanlah perkara mudah.
"Selain harus memenuhi standar spesifikasi tertentu yang ditentukan panitia, mobil balap ini juga harus memenuhi standar keselamatan," ujarnya.
Tim Mushika tidak hanya harus menghadapi kendala teknis selama memproduksi mobil balap tersebut, tetapi juga masalah dana yang harus dikumpulkan dari para sponsor dan juga sumbangan alumni.
Meski biaya produksi mobil balap sudah terpenuhi, Tri Aghna menjelaskan, tim Mushika yang memberangkatkan 14 personil ke Jepang pada 3-7 September masih harus merogoh kocek sendiri untuk membayar biaya tiket pesawat dan akomodasi selama mengikuti perlombaan.
Namun pada acara pelepasan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan langsung menyampaikan komitmennya untuk menutupi semua kekurangan biaya.
Heryawan berjanji memberikan bantuan dana Rp100 juta untuk mendukung tim Mushika berlaga di Jepang.(D013)
Pelepasan mobil balap beserta tim dilakukan di pusat mahasiswa Kampus ITB, Bandung, Senin, yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Rektor ITB Akhmaloka.
Lomba mobil balap Formula SAE yang diikuti oleh mahasiswa dari beberapa negara Asia seperti Jepang, China, India, Korea Selatan, Singapura, Thailand, dan Malaysia itu baru pertama kali diikuti oleh ITB yang mengirim satu tim bernama Mushika.
Ketua Tim Mushika Tri Aghna Satriya memasang target menjadi pemenang dalam kategori pendatang terbaik atau "best rookie" pada keikutsertaan yang pertama mereka.
"Pesaing terbesar kami dalam kategori itu adalah Thailand karena di negara itu sudah ada lomba sejenis yang didukung oleh pemerintah setempat," ujarnya.
Tri Aghna menjelaskan mobil balap dengan kapasitas mesin 600 cc itu diproduksi oleh tim selama hampir setahun dengan biaya sekitar Rp230 juta.
"Untuk mesin, ban, dan velg masih beli. Tetapi totalnya hampir 70 persen mobil balap ini kami buat sendiri termasuk shock breaker yang dirancang khusus," ujarnya.
Mobil balap berbahan bakar Pertamax racing itu berkecepatan maksimal 120 kilometer per jam dengan kemampuan akselerasi pertama sejauh 75 meter dalam waktu lima detik.
Kompetisi Formula SAE terdiri atas dua kategori yang wajib diikuti oleh semua peserta yaitu kategori statis dan dinamis.
Penilaian kategori statis di antaranya meliputi desain, biaya dan manufaktur, presentasi laik ekonomis untuk skala produksi, serta pemeriksaan teknis. Sedang penilaian kategori dinamis mencakup akselerasi, kemampuan belok, ketahanan, serta efisiensi bahan bakar.
Dosen pembimbing dari Fakultas Teknik Mesin ITB, Indra Nurhadi, mengatakan memproduksi mobil balap ringan namun kuat, aman dan lincah bukanlah perkara mudah.
"Selain harus memenuhi standar spesifikasi tertentu yang ditentukan panitia, mobil balap ini juga harus memenuhi standar keselamatan," ujarnya.
Tim Mushika tidak hanya harus menghadapi kendala teknis selama memproduksi mobil balap tersebut, tetapi juga masalah dana yang harus dikumpulkan dari para sponsor dan juga sumbangan alumni.
Meski biaya produksi mobil balap sudah terpenuhi, Tri Aghna menjelaskan, tim Mushika yang memberangkatkan 14 personil ke Jepang pada 3-7 September masih harus merogoh kocek sendiri untuk membayar biaya tiket pesawat dan akomodasi selama mengikuti perlombaan.
Namun pada acara pelepasan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan langsung menyampaikan komitmennya untuk menutupi semua kekurangan biaya.
Heryawan berjanji memberikan bantuan dana Rp100 juta untuk mendukung tim Mushika berlaga di Jepang.(D013)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.