Jakarta - Indonesia meraih penghargaan aksara King Sejong dari Unesco
untuk keberhasilan program pendidikan keaksaraan yang diintegrasikan
dengan pengenalan kewirausahaan dan pembinaan taman bacaan masyarakat di
ruang publik, seperti tempat ibadah dan pasar.
"Penghargaan Unesco ini menjadi prestasi tersendiri bagi Indonesia dalam upaya serius melaksanakan percepatan peningkatan keaksaraan bagi seluruh warga negara di seluruh pelosok Tanah Air," kata Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kemdikbud Ella Yulaelawati di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan upaya memperjuangkan program-program peningkatan keaksaraan yang telah dilakukan Indonesia ke Unesco sudah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya dan pada usulan ketiga kalinya, yakni keaksaraan membangun perdamaian dan karakter bangsa dengan subyek peningkatan keaksaraan Masyarakat Badui, Provinsi Banten, maka penghargaan King Sejong dapat diraih.
Pemberian penghargaan King Sejong akan dilaksanakan di Paris, Prancis pada tanggal 6 September 2012 dan pada saat yang sama juga dilaksanakan pertemuan "High official meeting" dengan tema "Reaching the 2015 Literacy Target : Delivering on the Promise!".
"Untuk keberhasilan Indonesia dalam percepatan peningkatan keaksaraan, Unesco meminta kepada Indonesia untuk menyajikan rencana aksi dan mampu membuktikan menjadi negara bebas tuna aksara pada tahun 2015", kata Ella.
Ia mengatakan penghargaan tersebut merupakan apresiasi dari badan dunia terhadap program-program yang telah dilakukan Kemdikbud dalam pendidikan masyarakat, khususnya peningkatan keaksaraan.
"Kemdikbud berupaya meningkatkan lingkungan masyarakat beraksara terutama perempuan dewasa, melalui langkah-langkah terpadu termasuk keaksaraan fungsional berbasis bahasa ibu, integrasi kecakapan hidup dan keaksaraan dasar dan pengarusutamaan gender di bidang pendidikan di tingkat propinsi, kabupaten dan kota," katanya.
Direktorat Pengembangan Pendidikan Masyarakat di Indonesia akan menerima salah satu dari dua penghargaan King Sejong Literacy Prizes UNESCO dan bersama Gereja Pentecostal, Rwanda.
Selain penghargaan King Sejong Literacy Prize, UNESCO juga menyerahkan dua penghargaan Confucius Prize for Literacy, masing-masing kepada Bhutan dan Kolombia.
King Sejong Literacy Prize mulai diadakan pada tahun 1989 oleh Pemerintah Republik Korea. Sedangkan Konfusius Literacy Prize diciptakan pada tahun 2005 oleh Pemerintah Republik Rakyat China. Keempat pemenang masing-masing akan menerima 20.000 Dolar AS, piagam, dan medali.(Z003)
"Penghargaan Unesco ini menjadi prestasi tersendiri bagi Indonesia dalam upaya serius melaksanakan percepatan peningkatan keaksaraan bagi seluruh warga negara di seluruh pelosok Tanah Air," kata Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kemdikbud Ella Yulaelawati di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan upaya memperjuangkan program-program peningkatan keaksaraan yang telah dilakukan Indonesia ke Unesco sudah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya dan pada usulan ketiga kalinya, yakni keaksaraan membangun perdamaian dan karakter bangsa dengan subyek peningkatan keaksaraan Masyarakat Badui, Provinsi Banten, maka penghargaan King Sejong dapat diraih.
Pemberian penghargaan King Sejong akan dilaksanakan di Paris, Prancis pada tanggal 6 September 2012 dan pada saat yang sama juga dilaksanakan pertemuan "High official meeting" dengan tema "Reaching the 2015 Literacy Target : Delivering on the Promise!".
"Untuk keberhasilan Indonesia dalam percepatan peningkatan keaksaraan, Unesco meminta kepada Indonesia untuk menyajikan rencana aksi dan mampu membuktikan menjadi negara bebas tuna aksara pada tahun 2015", kata Ella.
Ia mengatakan penghargaan tersebut merupakan apresiasi dari badan dunia terhadap program-program yang telah dilakukan Kemdikbud dalam pendidikan masyarakat, khususnya peningkatan keaksaraan.
"Kemdikbud berupaya meningkatkan lingkungan masyarakat beraksara terutama perempuan dewasa, melalui langkah-langkah terpadu termasuk keaksaraan fungsional berbasis bahasa ibu, integrasi kecakapan hidup dan keaksaraan dasar dan pengarusutamaan gender di bidang pendidikan di tingkat propinsi, kabupaten dan kota," katanya.
Direktorat Pengembangan Pendidikan Masyarakat di Indonesia akan menerima salah satu dari dua penghargaan King Sejong Literacy Prizes UNESCO dan bersama Gereja Pentecostal, Rwanda.
Selain penghargaan King Sejong Literacy Prize, UNESCO juga menyerahkan dua penghargaan Confucius Prize for Literacy, masing-masing kepada Bhutan dan Kolombia.
King Sejong Literacy Prize mulai diadakan pada tahun 1989 oleh Pemerintah Republik Korea. Sedangkan Konfusius Literacy Prize diciptakan pada tahun 2005 oleh Pemerintah Republik Rakyat China. Keempat pemenang masing-masing akan menerima 20.000 Dolar AS, piagam, dan medali.(Z003)
(Antara)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.