JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Irak mengundang PT Pertamina (Persero), untuk berinvestasi di salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia itu.
Perseroan tersebut dipersilakan untuk turut mengembangkan lapangan migas di negara itu, sebagai operator maupun pemilik hak partisipasi salah satu blok migas.
Demikian disampaikan Wakil Perdana Menteri Irak Urusan Energi, Hussain Al-Shahristani, saat memberikan kuliah umum, Selasa (26/6/2012), di Kantor Pusat PT Pertamina, Jakarta.
Menurut Hussain, Irak merupakan salah satu negara prdusen minyak tertua di dunia, dengan lapangan-lapangan raksasa yang memproduksi minyak sejakt ahun 1920-an.
Irak saat ini memiliki cadangan terbukti 143 miliar barrel atau 11 persen dari total cadangan minyak dunia. Negara itu juga diperkirakan memiliki cadangan gas 3,5 triliun kubik meter.
Dari 78 lapangan minyak di Irak, 9 lapangan di antaranya digolongkan sebagai super raksasa, dengan cadangan minyak 5 miliar barrel per lapangan, dan 23 lapangan di antaranya termasuk lapangan raksasa dengan cadangan lebih dari 1 miliar barrel per lapangan.
Kluster lapangan-lapangan super raksasa di Irak bagian tenggara, merupakan salah satu kluster lapangan migas terbesar di dunia.
Namun, produksi minyak di negara itu juga dipengaruhi turbulensi situasi geopolitik selama lebih dari tiga dekade terakhir ini. Perang, embargo, dan minimnya investasi, serta eksodus personel teknis dan manajemen dan infrastruktur yang telah tua, telah menghambat pengembangan sektor perminyakan.
Saat ini proyek terbesar dalam industri perminyakan adalah pengembangan lapangan Kashegan di kawasan Kazakhstan. Kashegan memiliki volume 39 miliar barrel, dan diproyeksikan puncak produksi mencapai 1,5 juta barrel per hari.
Ini bisa dibandingkan dengan lapangan Majnoon di Irak, yang juga memiliki volume 39 miliar barrel dan diproyeksikan bisa memproduksi minyak 1,8 juta barrel per hari.
Dalam lelang blok migas di Irak putaran pertama dan kedua, yaitu Blok Rumaila, Zubair dan West Qurna 1, serta West Qurna 2, memiliki skala hampir sama.
Irak juga telah meluncurkan lima proyek migas dengan skala hampir sama, atau lebih besar dari proyek terbesar dalam sejarah industri.
Irak menandatangani kontrak-kontrak dengan perusahaan-perusahaan migas, untuk mengembangan 12 lapangan minyak dengan kapasitas produksi lebih dari 11 juta barrel per hari dalam 6 tahun, dan diperkirakan menelan biaya investasi 170 miliar dollar AS.
Kegiatan produksi di lapangan ini telah dimulai, dan produksi telah meningkat dari 2,3 juta barrel per hari pada tahun 2010 menjadi 3 juta barrel per hari saat ini.
"Kami berharap ada tambahan jumlah sama pada tahun ini. Meski ada banyak tantangan yang dihadapi, tetapi kami berkeyakinan bahwa sektor perminyakan di Irak dapat mencapai target dengan dukungan dana dan teknis dari perusahaan-perusahaan terbaik dalam industri ini," kata Hussain menambahkan.
Sementara itu terkait sumber daya gas bumi dalam bauran energi nasional di Irak, khususnya minyak untuk pembangkit listrik yang ramah lingkungan, Pemerintah Irak menawarkan tiga lapangan gas dalam tender putaran ketiga yaitu lapangan Akkas, Mansuriyah dan Siba. Total cadangan di tiga lapangan itu, sekitar 700 miliar meter kubik, dan mampu mengoperasikan pembangkit listrik serta industri petrokimia.
Lelang putaran ketiga telah dilaksanakan bulan lalu, dan ini difokuskan pada blok eksplorasi. Tiga blok telah diberikan kepada pemenang tender dan diharapkan bahwa mereka akan menambah cadangan terbukti minyak dan gas bumi.
Pertamina Berminat Akuisisi Blok Migas di Irak
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) berminat untuk mengakuisisi blok minyak dan gas bumi yang telah berproduksi di Irak. Untuk itu, perseroan tersebut meminta dukungan pemerintah untuk memberi kemudahan dalam berinvestasi di negara tersebut demi meningkatkan cadangan minyak dan gas bumi agar dapat memperkuat ketahanan energi nasional.
Jadi kami menginginkan investasi di Irak karena cadangan dan produksinya besar. -- Husen.
Hal ini disampaikan Direktur Hulu PT Pertamina Muhamada Husen, usai menghadiri acara kuliah umum yang disampaikan Wakil Perdana Menteri Urusan Energi Irak, Hussain Al-Shahristani, di Kantor Pusat PT Pertamina, Selasa (26/6/2012), di Jakarta.
Menurut Dirut Pertamina Karen Agustiawan, sebagai perusahaan energi nasional yang terintegrasi milik Indonesia, Pertamina menjadi tulang punggung negara dalam mengamankan sumber energi untuk kepentingan nasional. Pertamina terlibat dalam produksi minyak dan gas bumi nasional dan membangun kapasitas dalam pengembangan sumber energi baru terbarukan.
Menghadapi berbagai tantangan energi, Pertamina berpandangan pentingnya kerja sama internasional dan regional untuk memenuhi harapan para pemangku kepentingan Pertamina. Irak dan Indonesia memiliki relasi yang panjang. Lebih lanjut, pada tahun 2002, Pertamina sebagai perusahaan migas berbendera Indonesia memperoleh hak partisipasi untuk mengoperasikan Blok 3-Western Dessert.
"Pemerintah Indonesia bersama dengan Pertamina terus melanjutkan kerjasama dengan Irak sebagai mitra strategis untuk menghadapi tantangan energi ke depan. Saat ini, kami tengah mencari peluang kerja sama dengan Pemerintah Irak, khususnya untuk mengoperasikan Lapangan Tuba dan mengaktifkan kembali Blok 3 Western Dessert," ujarnya.
Pada kesempatan sama, Muhamad Husen menyatakan, Pertamina saat ini memfokuskan pada penerapan strategi akuisisi blok-blok migas yang berproduksi di luar negeri. Hal ini diharapkan dapat memperbesar volume produksi migas Pertamina dan hasil produksinya bisa dibawa ke dalam negeri untuk mengamankan energi nasional. "Ini masih bagian dari perundingan," paparnya.
"Strategi kami adalah, kami berangkat ke lapangan migas yang telah berproduksi, hanya mengambil porsi atau sebagian hak partisipasi, di mana operatornya juga bukan kami. Misalnya di sini ada beberapa blok, maka disesuaikan dengan dana yang kami punya," ujar Husen.
Sejauh ini Pertamina belum mempersiapkan dana khusus untuk mengakuisisi blok migas di Irak tersebut. Jadi, nantinya rencana investasi migas di Irak tersebut akan mengambil bagian dari alokasi dana investasi yang dianggarkan perseroan itu untuk satu tahun ini.
Proses akuisisi itu akan menggunakan skema business to business. Pihaknya juga meminta pemerintah mendukung perseroan tersebut agar lebih kuat lagi. "Seperti perusahaan minyak milik negara lainnya di dunia, ada dukungan kuat dari pemerintahnya. Jadi pendekatan kami ke semua lapangan di luar negeri yang akan diakuisisi, kami minta di belakang pemerintah," kata dia. Perundingan dengan pihak Irak diperkirakan baru tuntas pada tahun depan. Menurut Husen, setelah kedatangan delegasi dari Pemerintah Irak, Pertamina akan membentuk tim yang akan intens membahas rencana kerja sama ini dengan pihak Irak, dan ada orang-orang yang didedikasikan untuk bekerja di Irak. "Jadi kami menginginkan investasi di Irak karena cadangan dan produksinya besar," kata Husen.
♣ KOMPAS.com
Jadi kami menginginkan investasi di Irak karena cadangan dan produksinya besar. -- Husen.
Hal ini disampaikan Direktur Hulu PT Pertamina Muhamada Husen, usai menghadiri acara kuliah umum yang disampaikan Wakil Perdana Menteri Urusan Energi Irak, Hussain Al-Shahristani, di Kantor Pusat PT Pertamina, Selasa (26/6/2012), di Jakarta.
Menurut Dirut Pertamina Karen Agustiawan, sebagai perusahaan energi nasional yang terintegrasi milik Indonesia, Pertamina menjadi tulang punggung negara dalam mengamankan sumber energi untuk kepentingan nasional. Pertamina terlibat dalam produksi minyak dan gas bumi nasional dan membangun kapasitas dalam pengembangan sumber energi baru terbarukan.
Menghadapi berbagai tantangan energi, Pertamina berpandangan pentingnya kerja sama internasional dan regional untuk memenuhi harapan para pemangku kepentingan Pertamina. Irak dan Indonesia memiliki relasi yang panjang. Lebih lanjut, pada tahun 2002, Pertamina sebagai perusahaan migas berbendera Indonesia memperoleh hak partisipasi untuk mengoperasikan Blok 3-Western Dessert.
"Pemerintah Indonesia bersama dengan Pertamina terus melanjutkan kerjasama dengan Irak sebagai mitra strategis untuk menghadapi tantangan energi ke depan. Saat ini, kami tengah mencari peluang kerja sama dengan Pemerintah Irak, khususnya untuk mengoperasikan Lapangan Tuba dan mengaktifkan kembali Blok 3 Western Dessert," ujarnya.
Pada kesempatan sama, Muhamad Husen menyatakan, Pertamina saat ini memfokuskan pada penerapan strategi akuisisi blok-blok migas yang berproduksi di luar negeri. Hal ini diharapkan dapat memperbesar volume produksi migas Pertamina dan hasil produksinya bisa dibawa ke dalam negeri untuk mengamankan energi nasional. "Ini masih bagian dari perundingan," paparnya.
"Strategi kami adalah, kami berangkat ke lapangan migas yang telah berproduksi, hanya mengambil porsi atau sebagian hak partisipasi, di mana operatornya juga bukan kami. Misalnya di sini ada beberapa blok, maka disesuaikan dengan dana yang kami punya," ujar Husen.
Sejauh ini Pertamina belum mempersiapkan dana khusus untuk mengakuisisi blok migas di Irak tersebut. Jadi, nantinya rencana investasi migas di Irak tersebut akan mengambil bagian dari alokasi dana investasi yang dianggarkan perseroan itu untuk satu tahun ini.
Proses akuisisi itu akan menggunakan skema business to business. Pihaknya juga meminta pemerintah mendukung perseroan tersebut agar lebih kuat lagi. "Seperti perusahaan minyak milik negara lainnya di dunia, ada dukungan kuat dari pemerintahnya. Jadi pendekatan kami ke semua lapangan di luar negeri yang akan diakuisisi, kami minta di belakang pemerintah," kata dia. Perundingan dengan pihak Irak diperkirakan baru tuntas pada tahun depan. Menurut Husen, setelah kedatangan delegasi dari Pemerintah Irak, Pertamina akan membentuk tim yang akan intens membahas rencana kerja sama ini dengan pihak Irak, dan ada orang-orang yang didedikasikan untuk bekerja di Irak. "Jadi kami menginginkan investasi di Irak karena cadangan dan produksinya besar," kata Husen.
♣ KOMPAS.com
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.