Jurnas.com | NEGARA-negara maju di dunia telah membuktikan, di tengah persaingan global, pembangunan ekonomi harus berbasis pada pengetahuan, terutama kekuatan dari inovasi anak bangsanya sendiri, bukan semata mengandalkan sumber daya alam. "Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) akan meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa, yang pada akhirnya meningkatkan daya saing dalam menghadapi dinamika global yang semakin cepat berubah," kata Kepala Sub Bagian Pers dan Media, Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT), Munawi Razak, kepada wartawan, dalam acara Launching and Fun Drive Mobil Listrik, di Jakarta, Selasa (26/6).
Atas dasar itu, Munawi menjelaskan, peran sentral Iptek sebagai alat yang strategis dalam pembangunan aspek dan kehidupan manusia dewasa ini menjadi tumpuan yang sangat diandalkan dalam daya saing bangsa dan peningkatan kesejahteraan. "Hal ini sejalan dengan tema yang diangkat oleh Kementerian Riset dan Teknologi pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) yang ke-17 dengan mengusung tema 'Inovasi untuk Kemandirian Bangsa," ujar Munawir.
Mobil Listrik yang diluncurkan BPPT tersebut Berbentuk bus dan akan membawa rombongan Menristek dan rombongan wartawan dari gedung BPPT menuju Monas dan kembali finis di BPPT.
Munawir menjelaskan, Bus Listrik yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika LIPI tersebut mampu membawa 15 orang penumpang dengan kecepatan maksimal 100 km/jam. "Bus Listrik ini mampu berjalan sejauh 150 KM dengan sekali pengisian 500 ampere. Bus Listrik yang menggunakan baterai Lithium (LifeP04) diklaim mampu menurunkan biaya operasional lebih dari 50 persen dan menurunkan biaya perawatan hingga 70 persen," ujar Munawir menjelaskan.
Atas dasar itu, Munawi menjelaskan, peran sentral Iptek sebagai alat yang strategis dalam pembangunan aspek dan kehidupan manusia dewasa ini menjadi tumpuan yang sangat diandalkan dalam daya saing bangsa dan peningkatan kesejahteraan. "Hal ini sejalan dengan tema yang diangkat oleh Kementerian Riset dan Teknologi pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) yang ke-17 dengan mengusung tema 'Inovasi untuk Kemandirian Bangsa," ujar Munawir.
Mobil Listrik yang diluncurkan BPPT tersebut Berbentuk bus dan akan membawa rombongan Menristek dan rombongan wartawan dari gedung BPPT menuju Monas dan kembali finis di BPPT.
Munawir menjelaskan, Bus Listrik yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika LIPI tersebut mampu membawa 15 orang penumpang dengan kecepatan maksimal 100 km/jam. "Bus Listrik ini mampu berjalan sejauh 150 KM dengan sekali pengisian 500 ampere. Bus Listrik yang menggunakan baterai Lithium (LifeP04) diklaim mampu menurunkan biaya operasional lebih dari 50 persen dan menurunkan biaya perawatan hingga 70 persen," ujar Munawir menjelaskan.
Kemenristek & LIPI Kembangkan Bus Listrik
Bus Listrik |
INILAH.COM, Jakarta - Kebutuhan untuk mencari bahan
bakar pengganti minyak semakin mendesak. Pemerintah pun mencoba menjawab
masalah tersebut dengan mengembangkan kendaraan bertenaga listrik.
Setelah melakukan riset sejak 1997 hingga 2012, Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akhirnya berhasil menciptakan bus listrik asli buatan lokal.
"Pembuatan bus listrik ini dilakukan selama enam bulan dan menelan biaya Rp1,5 miliar," ungkap Abdul Hapid dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI di Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-17 di Jakarta, Selasa (26/6).
Menristek Gusti Muhammad Hatta menambahkan, pembuatan satu unit bus listrik ini memang mahal, namun jika sudah diproduksi masal, harga akan makin murah.
Setelah melakukan riset sejak 1997 hingga 2012, Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akhirnya berhasil menciptakan bus listrik asli buatan lokal.
"Pembuatan bus listrik ini dilakukan selama enam bulan dan menelan biaya Rp1,5 miliar," ungkap Abdul Hapid dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI di Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-17 di Jakarta, Selasa (26/6).
Menristek Gusti Muhammad Hatta menambahkan, pembuatan satu unit bus listrik ini memang mahal, namun jika sudah diproduksi masal, harga akan makin murah.
"Pada 2014, diharapkan kendaraan listrik ini sudah siap untuk produksi massal," katanya.
Sementara itu, Kepala Humas Kemenristek, Wawan Bayu mengungkap bahwa pengembangan bus listrik ini akan paralel dengan persiapan infrastruktur untuk 'SPBU' kendaraan listrik.
Sementara itu, Kepala Humas Kemenristek, Wawan Bayu mengungkap bahwa pengembangan bus listrik ini akan paralel dengan persiapan infrastruktur untuk 'SPBU' kendaraan listrik.
"Infrastruktur baru bisa dibangun
setelah mobil siap diproduksi massal. Saat itu, mobil akan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pemerintah terlebih dahulu. Setelahnya pihak
swasta pasti mulai terpancing mengeluarkan mobil listrik juga," katanya.
Menurut Wawan, pada Agustus mendatang, Kemenristek bersama LIPI juga berencana akan memperkenalkan sedan listrik.
Menurut Wawan, pada Agustus mendatang, Kemenristek bersama LIPI juga berencana akan memperkenalkan sedan listrik.
"Untuk tahun depan, kami telah mencadangkan Rp 300 miliar untuk pengembangan," lanjutnya.
Bus
listrik yang diberi nama Hevina ini menggunakan baterai lithium
(lifePo4) yang memiliki masa pemakaian hingga 10 tahun. Untuk mengisi
baterai dengan penuh, dibutuhkan 6-7 jam. Bus yang mampu membawa 15
penumpang ini memiliki kecepatan maksimal 100 km/jam serta mampu melaju
sejauh 150 kilometer dengan sekali pengisian 500 ampere.
"Baterai yang digunakan ini mampu menurunkan biaya operasional lebih dari 50% dan menurunkan biaya perawatan hingga 70%," papar Abdul.[ikh]
"Baterai yang digunakan ini mampu menurunkan biaya operasional lebih dari 50% dan menurunkan biaya perawatan hingga 70%," papar Abdul.[ikh]
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.