Wapres JK dan Presiden Erdogan bicarakan soal industri pertahanan.Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat salat Jumat di Masjid Istiqlal, Jumat (31/7/2015). (Antara) ○
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Pemerintah Indonesia membuka hubungan ekonomi perdagangan di tingkat lebih tinggi dengan Turki.
Hal itu disampaikan Wapres saat menemui Presiden Turki Racep Tayyip Erdogan di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (1/8/2015).
"Ya tentu kami berbicara panjang lebar tentang mempererat kembali hubungan ekonomi, bagaimana kita membuka hubungan perdagangan yang lebih tingi lagi," kata Jusuf Kalla.
Kesepakatan untuk meningkatkan hubungan ekonomi perdagangan tersebut akan ditindaklanjuti dengan pembicaraan mengenai komitmen investasi di antara kedua negara.
"Soal industri pertahanan juga, kemarin sudah dibicarakan dengan (Presiden) Joko Widodo tentang hal itu, tentu bagaimana komisi perdagangan itu kita sudah bicarakan, nanti akan ada realisasi 'joint industry'," jelasnya.
Turki merupakan mitra strategis Indonesia, di mana kedua negara mempunyai hubungan kerja sama ekonomi yang sangat baik. Perdagangan bilateral antara kedua negara bernilai hampir 2,5 miliar dolar AS pada 2014.
Produk-produk ekspor dari Indonesia ke Turki antara lain karet alam, serat sintetis, kelapa sawit, sandal, dan sepatu. Sedangkan produk impor ke Indonesia dari Turki berupa tepung terigu dan produk listrik.
Nilai perdagangan bilateral kedua negara tersebut mengalami surplus hingga mencapai 415 juta dolar AS.
Selain hubungan kerja sama ekonomi, Indonesia dan Turki juga telah menjalin hubungan diplomatik yang berlangsung selama 65 tahun sejak 1950.
Presiden Erdogan melawat Indonesia sejak Jumat (30/7/2015), dan telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo serta pimpinan DPR RI.
Agenda kunjungan kenegaraan Erdogan itu antara lain membicarakan hubungan bilateral kedua negara di bidang ekonomi perdagangan, persenjataan dan penjagaan perdamaian. (*)Presiden Turki Belajar Menangani Konflik dari IndonesiaWakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, dalam kunjungannya ke Indonesia Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan antara lain belajar penanganan konflik di Aceh untuk menyelesaikan seteru di negaranya.
"Kita juga bicara tentang bagaimana perdamaian masing-masing, seperti contoh bagaimana (penyelesaian konflik) Aceh. Dia (Erdogan) mempelajari bagaimana menyelesaikan konflik Aceh, sebagai bahan untuk penyelesaian konflik mereka di sana (Turki)," kata Wapres Kalla usai bertemu Presiden Erdogan di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (1/8/2015) siang.
Ancaman penyebaran paham Islam radikal untuk membentuk Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) salah satunya masuk melalui Turki. Presiden Erdogan pun mengeluhkan banyaknya warga bersenjata yang hendak bergabung dengan kelompok ISIS melalui negaranya.
Turki adalah negara yang berbatasan langsung dengan Suriah, sehingga banyak warga negara asing yang gagal masuk ke Suriah tertahan di Turki.
"Kita (Indonesia dan Turki) masing-masing menghadapi suatu gejala yang sama, yaitu ISIS. Tetapi memang lebih berat (kondisinya) di Turki daripada di sini (Indonesia)," kata Wapres.
Presiden Erdogan melawat Indonesia sejak Jumat (30/7/2015) dan telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo serta pimpinan DPR RI. Agenda kunjungan kenegaraan Erdogan itu antara lain membicarakan hubungan bilateral kedua negara di bidang ekonomi perdagangan, persenjataan dan perdamaian.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Pemerintah Indonesia membuka hubungan ekonomi perdagangan di tingkat lebih tinggi dengan Turki.
Hal itu disampaikan Wapres saat menemui Presiden Turki Racep Tayyip Erdogan di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (1/8/2015).
"Ya tentu kami berbicara panjang lebar tentang mempererat kembali hubungan ekonomi, bagaimana kita membuka hubungan perdagangan yang lebih tingi lagi," kata Jusuf Kalla.
Kesepakatan untuk meningkatkan hubungan ekonomi perdagangan tersebut akan ditindaklanjuti dengan pembicaraan mengenai komitmen investasi di antara kedua negara.
"Soal industri pertahanan juga, kemarin sudah dibicarakan dengan (Presiden) Joko Widodo tentang hal itu, tentu bagaimana komisi perdagangan itu kita sudah bicarakan, nanti akan ada realisasi 'joint industry'," jelasnya.
Turki merupakan mitra strategis Indonesia, di mana kedua negara mempunyai hubungan kerja sama ekonomi yang sangat baik. Perdagangan bilateral antara kedua negara bernilai hampir 2,5 miliar dolar AS pada 2014.
Produk-produk ekspor dari Indonesia ke Turki antara lain karet alam, serat sintetis, kelapa sawit, sandal, dan sepatu. Sedangkan produk impor ke Indonesia dari Turki berupa tepung terigu dan produk listrik.
Nilai perdagangan bilateral kedua negara tersebut mengalami surplus hingga mencapai 415 juta dolar AS.
Selain hubungan kerja sama ekonomi, Indonesia dan Turki juga telah menjalin hubungan diplomatik yang berlangsung selama 65 tahun sejak 1950.
Presiden Erdogan melawat Indonesia sejak Jumat (30/7/2015), dan telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo serta pimpinan DPR RI.
Agenda kunjungan kenegaraan Erdogan itu antara lain membicarakan hubungan bilateral kedua negara di bidang ekonomi perdagangan, persenjataan dan penjagaan perdamaian. (*)Presiden Turki Belajar Menangani Konflik dari IndonesiaWakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, dalam kunjungannya ke Indonesia Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan antara lain belajar penanganan konflik di Aceh untuk menyelesaikan seteru di negaranya.
"Kita juga bicara tentang bagaimana perdamaian masing-masing, seperti contoh bagaimana (penyelesaian konflik) Aceh. Dia (Erdogan) mempelajari bagaimana menyelesaikan konflik Aceh, sebagai bahan untuk penyelesaian konflik mereka di sana (Turki)," kata Wapres Kalla usai bertemu Presiden Erdogan di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (1/8/2015) siang.
Ancaman penyebaran paham Islam radikal untuk membentuk Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) salah satunya masuk melalui Turki. Presiden Erdogan pun mengeluhkan banyaknya warga bersenjata yang hendak bergabung dengan kelompok ISIS melalui negaranya.
Turki adalah negara yang berbatasan langsung dengan Suriah, sehingga banyak warga negara asing yang gagal masuk ke Suriah tertahan di Turki.
"Kita (Indonesia dan Turki) masing-masing menghadapi suatu gejala yang sama, yaitu ISIS. Tetapi memang lebih berat (kondisinya) di Turki daripada di sini (Indonesia)," kata Wapres.
Presiden Erdogan melawat Indonesia sejak Jumat (30/7/2015) dan telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo serta pimpinan DPR RI. Agenda kunjungan kenegaraan Erdogan itu antara lain membicarakan hubungan bilateral kedua negara di bidang ekonomi perdagangan, persenjataan dan perdamaian.
★ antara
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.