Foto: agung pambudhy ♙
Sang Saka Merah Putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bendera itu dijahit oleh istri Sukarno, Fatmawati menggunakan tangannya.
Meski sudah merdeka, Indonesia setelah tahun 1945 masih belum bisa bernafas lega. Pasukan Belanda kembali ke Indonesia atau yang dikenal dengan istilah Agresi Militer ke 2 Belanda yang membuat Presiden Soekarno dan Wapres Hatta di asingkan ke luar pulau Jawa.
Serangan Belanda ini membuat Jakarta dan kota-kota lain tidak kondusif. Sang Saka Merah Putih juga tak bebas dikibarkan. Untuk menyelamatkan bendera pusaka, banyak hal dilakukan mulai dari bendera itu dipotong menjadi dua dan disembunyikan agar tidak disita Belanda.
Syaiful Azram (55) Paskibraka tahun 1978 ini mengisahkan kembali bagaimana Sang Saka Merah Putih dipertahankan dengan taruhan nyawa. Kisah ini didengar langsung Syaiful dari Husein Mutahar. Mutahar merupakan ajudan Sukarno yang ditugaskan untuk menyelamatkan Merah Putih hingga akhirnya Sang Saka bisa kembali dikibarkan 6 Juli 1949 saat upacara di Gedung Agung, Yogyakarta. Sang Saka akhirnya kembali ke pangku poklamator. Merah putih kembali berkibar setelah ada kesepakatan Meja Bundar. "Bendera pun berkibar di Jogja di Gedung Agung, waktu pemerintahan Indonesia berada di Yogja pada tanggal 6 Juli 1949. Kemudian pada 28 Desember 1949 Bendera itu dibawa lagi ke Jakarta untuk dikibarkan di Istana merdeka mulai tahun 50 sampai 66, pengibaran bendera dilakukan oleh Rumah Tangga Istana," kata Syaiful.
Bendera Pusaka Merah Putih dijahit tangan oleh istri Sukarno, Fatmawati. Informasi yang dihimpun, bendera ini dibuat dari bahan katun Jepang berukuran 276 cm x 200 cm. Bendera itu terus dikibarkan di setiap peringatan HUT kemerdekaan RI hingga tahun 1968.
Seorang sumber detikcom mengatakan setelah tahun 1968 yang dikibarkan di Istana saat HUT RI adalah bendera duplikat yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka yang asli diikutsertakan di acara itu namun hanya diletakan di dalam kotak penyimpanan.
Ide pembuatan duplikat ini karena bendera pusaka saat itu telah lapuk. Soeharto yang kala itu menjabar Presiden RI menyadari jika bendera itu dikibarkan akan robek dan bisa membuat citra negatif di hadapan rakyat.
"Sebagai prajurit jika bendera robek dikibarkan itu artinya penghinaan. Sehingga timbul rencana untuk menduplikasi. Sang Pusaka, akan tetapi Pak Mutahar mengusulkan jalan tengah, kalau pembuatan replikasi direncanakan tahun depan yakni 1968, dengan alasan Soeharto yang terpilih sebagai presiden harus melanjutkan estafet kepemimpinan," kata sumber tersebut.
Soeharto menyetujui usulan Husein Mutahar yang kala itu menjabat Dirjen Udaka di bawah Kemendikbud. Rencana pembuatan replika bendera pun dilaksanakan di tahun 1969, waktu itu Mutahar meminta beberapa syarat kepada pemerintahan Soeharto.
"Benangnya harus sutra dari alam Indonesia, kedua zat perwarna dan alat tenunnya harus traditional, akan tetapi hal itu tidak dapat terpenuhi karena warna traditional tidak memiliki warna semerah bendera Merah Putih. Duplikasi pertama bendera merah putih dibuat dari benang Woll Inggris oleh karena itu jika kita lihat terdapat 6 baris, karena terdiri 3 warna merah dan 3 warna putih yang dirajut menjadi satu," ujar pria yang masih merasakan pengibaran duplikasi bendera pertama itu.
Duplikasi pertama dikibarkan pada tahun 1969. Pada tahun 1984 Husein Mutahar melihat bendera duplikasi pertama telah kusam. Ia kembali menyurati Soeharto untuk membuat duplikasi kedua bendera pusaka.
"Beliau meminta bendera duplikasi pertama dipensiunkan, dan ternyata Presiden Soeharto mengabulkan, hingga akhirnya tahun 1985 bendera duplikasi ke dua dikibarkan hingga tahun 2014, setidaknya sudah 30 tahun bendera itu berkibar," paparnya.
Duplikasi bendera Merah Putih ke tiga sudah dibuat tahun 1995. Namun saat itu tidak langsung dikibarkan dan hanya disimpan. Akhirnya setelah 30 tahun duplikasi kedua diganti oleh duplikasi ke tiga. Bendera duplikasi ke-3 itu berkibar di acara upacara peringatan Detik-detik Proklamasi tanggal 17 Agustus 2015 lalu. Hal ini terlihat dari perbedaan warna bendera pusaka antara tahun lalu dan tahun ini. (slh/mad)
Sang Saka Merah Putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bendera itu dijahit oleh istri Sukarno, Fatmawati menggunakan tangannya.
Meski sudah merdeka, Indonesia setelah tahun 1945 masih belum bisa bernafas lega. Pasukan Belanda kembali ke Indonesia atau yang dikenal dengan istilah Agresi Militer ke 2 Belanda yang membuat Presiden Soekarno dan Wapres Hatta di asingkan ke luar pulau Jawa.
Serangan Belanda ini membuat Jakarta dan kota-kota lain tidak kondusif. Sang Saka Merah Putih juga tak bebas dikibarkan. Untuk menyelamatkan bendera pusaka, banyak hal dilakukan mulai dari bendera itu dipotong menjadi dua dan disembunyikan agar tidak disita Belanda.
Syaiful Azram (55) Paskibraka tahun 1978 ini mengisahkan kembali bagaimana Sang Saka Merah Putih dipertahankan dengan taruhan nyawa. Kisah ini didengar langsung Syaiful dari Husein Mutahar. Mutahar merupakan ajudan Sukarno yang ditugaskan untuk menyelamatkan Merah Putih hingga akhirnya Sang Saka bisa kembali dikibarkan 6 Juli 1949 saat upacara di Gedung Agung, Yogyakarta. Sang Saka akhirnya kembali ke pangku poklamator. Merah putih kembali berkibar setelah ada kesepakatan Meja Bundar. "Bendera pun berkibar di Jogja di Gedung Agung, waktu pemerintahan Indonesia berada di Yogja pada tanggal 6 Juli 1949. Kemudian pada 28 Desember 1949 Bendera itu dibawa lagi ke Jakarta untuk dikibarkan di Istana merdeka mulai tahun 50 sampai 66, pengibaran bendera dilakukan oleh Rumah Tangga Istana," kata Syaiful.
Bendera Pusaka Merah Putih dijahit tangan oleh istri Sukarno, Fatmawati. Informasi yang dihimpun, bendera ini dibuat dari bahan katun Jepang berukuran 276 cm x 200 cm. Bendera itu terus dikibarkan di setiap peringatan HUT kemerdekaan RI hingga tahun 1968.
Seorang sumber detikcom mengatakan setelah tahun 1968 yang dikibarkan di Istana saat HUT RI adalah bendera duplikat yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka yang asli diikutsertakan di acara itu namun hanya diletakan di dalam kotak penyimpanan.
Ide pembuatan duplikat ini karena bendera pusaka saat itu telah lapuk. Soeharto yang kala itu menjabar Presiden RI menyadari jika bendera itu dikibarkan akan robek dan bisa membuat citra negatif di hadapan rakyat.
"Sebagai prajurit jika bendera robek dikibarkan itu artinya penghinaan. Sehingga timbul rencana untuk menduplikasi. Sang Pusaka, akan tetapi Pak Mutahar mengusulkan jalan tengah, kalau pembuatan replikasi direncanakan tahun depan yakni 1968, dengan alasan Soeharto yang terpilih sebagai presiden harus melanjutkan estafet kepemimpinan," kata sumber tersebut.
Soeharto menyetujui usulan Husein Mutahar yang kala itu menjabat Dirjen Udaka di bawah Kemendikbud. Rencana pembuatan replika bendera pun dilaksanakan di tahun 1969, waktu itu Mutahar meminta beberapa syarat kepada pemerintahan Soeharto.
"Benangnya harus sutra dari alam Indonesia, kedua zat perwarna dan alat tenunnya harus traditional, akan tetapi hal itu tidak dapat terpenuhi karena warna traditional tidak memiliki warna semerah bendera Merah Putih. Duplikasi pertama bendera merah putih dibuat dari benang Woll Inggris oleh karena itu jika kita lihat terdapat 6 baris, karena terdiri 3 warna merah dan 3 warna putih yang dirajut menjadi satu," ujar pria yang masih merasakan pengibaran duplikasi bendera pertama itu.
Duplikasi pertama dikibarkan pada tahun 1969. Pada tahun 1984 Husein Mutahar melihat bendera duplikasi pertama telah kusam. Ia kembali menyurati Soeharto untuk membuat duplikasi kedua bendera pusaka.
"Beliau meminta bendera duplikasi pertama dipensiunkan, dan ternyata Presiden Soeharto mengabulkan, hingga akhirnya tahun 1985 bendera duplikasi ke dua dikibarkan hingga tahun 2014, setidaknya sudah 30 tahun bendera itu berkibar," paparnya.
Duplikasi bendera Merah Putih ke tiga sudah dibuat tahun 1995. Namun saat itu tidak langsung dikibarkan dan hanya disimpan. Akhirnya setelah 30 tahun duplikasi kedua diganti oleh duplikasi ke tiga. Bendera duplikasi ke-3 itu berkibar di acara upacara peringatan Detik-detik Proklamasi tanggal 17 Agustus 2015 lalu. Hal ini terlihat dari perbedaan warna bendera pusaka antara tahun lalu dan tahun ini. (slh/mad)
♙ detik
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.