'Garuda Raksasa' Peninggalan Soeharto di Cileungsi Kini Tinggal Kenangan Tampak Garuda Raksasa dari google earth★
Tahun 2008 lalu, netizen dikejutkan dengan penampakan lewat google earth tentang bangunan raksasa berbentuk Garuda Pancasila yang belakangan diketahui bernama Graha Garuda Tiara Indonesia (GGTI) di Cileungsi, Bogor, Jabar. Tujuh tahun kemudian, netizen kembali dikejutkan dengan citra satelit yang menunjukkan telah ratanya si Garuda raksasa.
GGTI dibangun saat Presiden Soeharto berkuasa dan mangkrak begitu dia lengser. Setelah sempat terbengkalai, bangunan megah itu kini tinggal kenangan.(Baca juga: Garuda Raksasa Nan Memukau di Cileungsi).
Pada September 2008 lalu, detikcom mengunjungi bangunan yang kala itu menjadi buah bibir di kalangan blogger. Saat itu kondisi bangunan itu sudah tak terurus, namun struktur bangunan ini masih terlihat. Sebelum sempat diresmikan, gedung megah yang semula hendak digunakan sebagai wisma atlet, apartemen, gedung konvensi dan hotel ini keburu ditutup pada akhir 1998.
"Belum sempat diresmikan, karena pembangunannya baru 80 persen," ujar seorang penjaga GTTI di Jl Narogong KM 23, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, pada 27 November 2008.
Karyawan dirumahkan berawal dari diputuskannya sambungan listrik dan air pada Agustus 1998. "Padahal waktu itu ada warga Amerika yang mau tinggal di wisma selama 1 bulan, tapi terpaksa ditolak," kenangnya. Dahulu ada 400-an karyawan yang diambil dari NHI Bandung termasuk tenaga keamanan yang bekerja di areal seluas 44 hektar itu. (Baca juga: Sayap Jadi Wisma, Kepala Ruang Konvensi, Ekor Jadi Hotel).
Kaca-kaca bangunan ini juga banyak yang pecah. Selain itu cat yang menempel pada dinding-dinding bangunan ini sudah mengelupas. Beberapa tiang-tiang bangunan ini sudah retak dan bagian lantainya ada bolong-bolong. Namun dari citra google earth pada 2008 lalu bentuk bangunan ini dari atas masih terlihat berbentuk garuda.
Namun dari pemantauan google earth pada tahun 2015 bangunan megah ini sudah tak terlihat lagi. Bangunan-bangunan yang membentuk sayap-sayap Garuda sudah menghilang. Yang tersisa di lokasi ini hanya tinggal tanah merah. Pepohonan hijau bahkan telah lenyap.(nal/nrl)Pada 2013, Garuda Raksasa di Cileungsi Dibakar dan Dijarah Habis-habisan Foto: Maket Garuda Raksasa di Cileungsi (Rezand Production)★
Sebelum rata dengan tanah, Garuda raksasa peninggalan Soeharto mengalami masa-masa sendu. Bangunan megah di kawasan Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, ini sempat dibakar dan dijarah habis-habisan.
"Dulu sempat dijarah habis-habisan dan juga dibakar," kata Bambang Wicaksono, mantan pengurus Graha Garuda Tiara Indonesia (GGTI) kepada detikcom, Jumat (17/4/205).
Bambang mengatakan, peristiwa itu terjadi pada tahun 2013. Tahun itu merupakan hari-hari terakhir dia bekerja menjadi pengurus bangunan itu.
"Memang ada orang yang tak suka. Dibakar sehingga kebakaran satu area bangunan. Habis barang-barangnya. Selain itu juga ada satu bangunan yang sempat roboh," katanya.
Saat ditanya siapa penjarah bangunan tersebut, Bambang mengaku tak mengetahuinya secara pasti. "Kalau orangnya saya tak tahu pasi, tapi bukan warga sekitar situ," katanya.
Bambang mengaku tak mengetahui pasti kapan persisnya bangunan ini dibongkar. Karena dia sudah tak bekerja lagi di kawasan itu sejak tahun 2013. "Kalau kapan dibongkarnya saya tak tahu," katanya.
Mengenai soal status tanah di lokasi Garuda raksasa itu yang merupakan tanah negara, Bambang tak bisa memastikannya. "Kalau itu harus dicek lagi ke dokumen-dokumen yang ada," katanya.
Proyek pembangunan Graha Garuda Tiara Indonesia memakan ongkos fantastis, disebut-sebut senilai Rp 75 miliar, dengan kurs kala itu Rp 2.194 per dolar AS. Proyek yang terletak di Jl Narogong Km 23, Cileungsi, ini dibangun mulai Februari 1995. Ratusan pekerja dikerahkan. Kualitas bangunannya pun kelas 1. Ketika bangunan terbengkalai pada akhir 1998, pengelola hanya mempekerjakan 40 satpam. Mereka bertugas menjaga dari orang yang hendak menjarah baja-baja bangunan. Kompleks Graha Garuda Tiara di atas lahan 44,6 hektar itu dibuat untuk menangguk rezeki pada pelaksanaan Sea Games XIX, yang digelar di Jakarta Oktober 1997. GGTI awalnya digunakan sebagai tempat penampungan atlet dan asrama Kirab Remaja Nasional. Kegiatan terakhir kala itu digalakkan oleh Mbak Tutut.(nal/nrl)Perabotan Garuda Raksasa Dikeluarkan 2013, Bangunan Dibongkar 2014 Setelah diratakan/Edo-detikcom★
Gedung Garuda raksasa di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, mulai dibongkar pada tahun 2014. Perabotan di dalam bangunan ini mulai dikeluarkan pada tahun 2013.
"Perabotannya banyak dan mulai dikeluarkan pada 2013," kata seorang penjual makanan yang tak mau menyebutkan namanya yang membuka lapaknya di depan bangunan Graha Garuda Tiara Indonesia (GGTI) di Jl Narogong Km 23, Cileungsi, Bogor, Jabar, kepada detikcom, Jumat (17/4/2015).
Sang penual makanan itu mengatakan, perabotan yang dikeluarkan itu berupa lemari, tempat tidur dan beberapa furnitur lainnya. Setelah perabotan dikeluarkan pada 2013, lalu proses pembongkaran mulai dilakukan pada 2014.
"Waktu 2012 juga pernah ada palang bangunan disegel, katanya bangunan ini tak seusai peruntukannya," ungkapnya.
Lelaki paruh baya itu mengaku tak mengetahui siapa yang membongkar bangunan ini. Namun saat pembongkaran ada petugas Muspida dan juga polisi. "Dengar-dengar sih sempat ada pelelangan juga sebelum pembongkaran," katanya.
Lelaki yang sudah lama berjualan di dekat gedung Garuda itu mengatakan, sempat terjadi penjarahan barang bangunan yang ada di bangunan ini. Menurutnya polisi sempat mengamankan beberapa orang terkait penjarahan ini.
"Kejadiannya setelah furnitur di bangunan ini kelar dikeluarkan, waktu itu sempat terjadi penjarahan," katanya.
Saat ini bangunan berbentuk Garuda ini sudah rata dengan tanah. Sedangkan bagian depan bangunan ini dipenuhi oleh lapak-lapak penjual. Para pedagang ini memenuhi bagian depan bangunan tersebut.
Ketika masih berdiri, Graha Garuda Tiara Indonesia (GGTI) tampak memukau jika dilihat dari angkasa. Gedung itu diperuntukkan untuk wisma atlet, ruang konvensi, hotel, bahkan direncanakan ada juga 2 tower apartemen. Tapi kini bangunan megah yang dibangun pada 1995 ini telah musnah setelah diratakan pada 2014. (nal/nrl)Garuda Raksasa Punya Swasta, Bukan Milik Negara Menteri Agraria★
Garuda raksasa di Cileungsi yang sempat mengundang decak kagum kini telah rata dengan tanah. Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan memastikan bangunan ini punya swasta dan bukan milik negara sehingga dia tidak tahu menahu soal pembongkarannya.
"Itu punya swasta, bukan punya negara. Saya belum dengar kalau itu punya negara. Karena tak mungkinlah karena menggusur orang saja heboh, apalagi ini membongkar gedung sebesar ini. Kalau tanah ini milik negara terus bangunannya dibongkar pasti heboh," kata Ferry ditemui detikcom di kantornya, Jl Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, Selasa (21/4/2015).
Ferry menduga, gedung itu sengaja dirobohkan pemiliknya karena sudah tak terpakai lagi. Saat pembongkaran tidak ada laporan dari kantor walikota atau bupati setempat ke kantornya.
"Waktu pembongkaran kantor walikota tidak ngomong apa-apa, bupati juga tak ngomong apa-apa. Jadi nggak ada izin (pembongkaran). Ini kayak orang merobohkan gedungnya sendiri jadi tak heboh pas awal-awalnya, pasti kalau seperti itu milik swasta," kata Ferry yang memperkirakan bangunan itu dibongkar sebelum dia menjadi menteri pada 27 Oktober 2014.
Saat ditanya kepemilikan lahan untuk bangunan itu, Ferry menyatakan akan mengecek terlebih dulu. "Saya lagi tunggu data dari BPN Bogor, nanti saya cari tahu dari tanah ini milik siapa, mau dibikin apa dan kenapa dibongkar," katanya.
Setelah bangunan dibongkar pada periode 2013-2014, lahan bekas Garuda raksasa di Cileungsi itu seperti terlantar. Tanah di lokasi bangunan ini dikeruk sehingga menimbulkan lubang-lubang seperti kubangan kecil. Bagian depan lahan juga banyak berdiri lapak-lapak pedagang ilegal.
Informasi yang dikumpulkan detikcom, gedung Garuda itu semula di bawah kelolaan Yayasan Purbhakti Pertiwi pimpinan Mbak Tutut. Gedung yang dibangun tahun 1995 itu semula dimaksudkan untuk wisma atlet guna menyukseskan Sea Games 1997.Garuda Raksasa Bagian Persiapan Ibukota Pindah ke Jonggol Foto: Drone detikTV/Jujum★
Wacana pemindahan ibukota dari Jakarta ke Jonggol, Bogor, sempat berhembus pada era pemerintahan Presiden Soeharto. Bangunan Garuda raksasa yang terletak di kawasan Cileungsi, Bogor, disebut-sebut adalah bagian dari persiapan pemindahan ibukota tersebut.
"Seingat saya itu bagian dari persiapan pindahnya ibukota ke Jonggol. Pernah kan ada wacana pindahnya ibukota ke Jonggol, nah itu gedung ada messnya. Selain itu ada tempat pelatihan buat Paskibra dan terus disiapkan juga untuk kirab (kirab remaja-red), dulu sih gitu," kata Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Musyidan Baldan saat ditemui detikcom di kantornya, Jl Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, Selasa (21/4/2015).
Isu relokasi ibukota ke Jonggol menghebat pada tahun 1984-1987. Tak urung banyak pengusaha yang kemudian mengembangkan lahan-lahan di dekat Jonggol seperti Cibubur, Cileungsi dan sekitarnya. Kawasan tersebut saat ini memang telah berkembang pesat, namun ibukota masih tetap di Jakarta.
Ferry memastikan, Garuda raksasa merupakan milik swasta, bukan milik negara. Dia juga tidak tahu menahu soal pembongkarannya.
"Waktu pembongkaran, kantor walikota tidak ngomong apa-apa, bupati juga tak ngomong apa-apa. Jadi nggak ada izin (pembongkaran). Ini kayak orang merobohkan gedungnya sendiri, jadi tak heboh pas awal-awalnya. Pasti kalau seperti itu, itu milik swasta," kata politisi Nasdem ini.
Ferry menduga pembongkaran dilakukan sebelum dia menjabat sebagai menteri pada 27 Oktober 2014. "(Pembongkarannya) bertahap, nggak mungkin langsung. Kemungkinan sebelum saya," ujar Ferry yang juga mendengar bahwa gedung itu milik Mbak Tutut.
Menurut kesaksian warga setempat, bangunan Garuda raksasa mulai dibongkar pada 2013-2014.
Jika di lahan bekas Garuda raksasa itu nantinya dibangun bangunan baru, apakah perlu izin lagi? "Yang penting gini, kalau mereka mau pakai disesuaikan dengan tata ruangnya. Contohnya kalau kamu punya rumah, kamu robohin rumah kamu, terus kamu bangun rumah lagi. Jangan kamu punya rumah, kamu robohin, terus kamu bangun SPBU," jawab Ferry.
Tahun 2008 lalu, netizen dikejutkan dengan penampakan lewat google earth tentang bangunan raksasa berbentuk Garuda Pancasila yang belakangan diketahui bernama Graha Garuda Tiara Indonesia (GGTI) di Cileungsi, Bogor, Jabar. Tujuh tahun kemudian, netizen kembali dikejutkan dengan citra satelit yang menunjukkan telah ratanya si Garuda raksasa.
GGTI dibangun saat Presiden Soeharto berkuasa dan mangkrak begitu dia lengser. Setelah sempat terbengkalai, bangunan megah itu kini tinggal kenangan.(Baca juga: Garuda Raksasa Nan Memukau di Cileungsi).
Pada September 2008 lalu, detikcom mengunjungi bangunan yang kala itu menjadi buah bibir di kalangan blogger. Saat itu kondisi bangunan itu sudah tak terurus, namun struktur bangunan ini masih terlihat. Sebelum sempat diresmikan, gedung megah yang semula hendak digunakan sebagai wisma atlet, apartemen, gedung konvensi dan hotel ini keburu ditutup pada akhir 1998.
"Belum sempat diresmikan, karena pembangunannya baru 80 persen," ujar seorang penjaga GTTI di Jl Narogong KM 23, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, pada 27 November 2008.
Karyawan dirumahkan berawal dari diputuskannya sambungan listrik dan air pada Agustus 1998. "Padahal waktu itu ada warga Amerika yang mau tinggal di wisma selama 1 bulan, tapi terpaksa ditolak," kenangnya. Dahulu ada 400-an karyawan yang diambil dari NHI Bandung termasuk tenaga keamanan yang bekerja di areal seluas 44 hektar itu. (Baca juga: Sayap Jadi Wisma, Kepala Ruang Konvensi, Ekor Jadi Hotel).
Kaca-kaca bangunan ini juga banyak yang pecah. Selain itu cat yang menempel pada dinding-dinding bangunan ini sudah mengelupas. Beberapa tiang-tiang bangunan ini sudah retak dan bagian lantainya ada bolong-bolong. Namun dari citra google earth pada 2008 lalu bentuk bangunan ini dari atas masih terlihat berbentuk garuda.
Namun dari pemantauan google earth pada tahun 2015 bangunan megah ini sudah tak terlihat lagi. Bangunan-bangunan yang membentuk sayap-sayap Garuda sudah menghilang. Yang tersisa di lokasi ini hanya tinggal tanah merah. Pepohonan hijau bahkan telah lenyap.(nal/nrl)Pada 2013, Garuda Raksasa di Cileungsi Dibakar dan Dijarah Habis-habisan Foto: Maket Garuda Raksasa di Cileungsi (Rezand Production)★
Sebelum rata dengan tanah, Garuda raksasa peninggalan Soeharto mengalami masa-masa sendu. Bangunan megah di kawasan Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, ini sempat dibakar dan dijarah habis-habisan.
"Dulu sempat dijarah habis-habisan dan juga dibakar," kata Bambang Wicaksono, mantan pengurus Graha Garuda Tiara Indonesia (GGTI) kepada detikcom, Jumat (17/4/205).
Bambang mengatakan, peristiwa itu terjadi pada tahun 2013. Tahun itu merupakan hari-hari terakhir dia bekerja menjadi pengurus bangunan itu.
"Memang ada orang yang tak suka. Dibakar sehingga kebakaran satu area bangunan. Habis barang-barangnya. Selain itu juga ada satu bangunan yang sempat roboh," katanya.
Saat ditanya siapa penjarah bangunan tersebut, Bambang mengaku tak mengetahuinya secara pasti. "Kalau orangnya saya tak tahu pasi, tapi bukan warga sekitar situ," katanya.
Bambang mengaku tak mengetahui pasti kapan persisnya bangunan ini dibongkar. Karena dia sudah tak bekerja lagi di kawasan itu sejak tahun 2013. "Kalau kapan dibongkarnya saya tak tahu," katanya.
Mengenai soal status tanah di lokasi Garuda raksasa itu yang merupakan tanah negara, Bambang tak bisa memastikannya. "Kalau itu harus dicek lagi ke dokumen-dokumen yang ada," katanya.
Proyek pembangunan Graha Garuda Tiara Indonesia memakan ongkos fantastis, disebut-sebut senilai Rp 75 miliar, dengan kurs kala itu Rp 2.194 per dolar AS. Proyek yang terletak di Jl Narogong Km 23, Cileungsi, ini dibangun mulai Februari 1995. Ratusan pekerja dikerahkan. Kualitas bangunannya pun kelas 1. Ketika bangunan terbengkalai pada akhir 1998, pengelola hanya mempekerjakan 40 satpam. Mereka bertugas menjaga dari orang yang hendak menjarah baja-baja bangunan. Kompleks Graha Garuda Tiara di atas lahan 44,6 hektar itu dibuat untuk menangguk rezeki pada pelaksanaan Sea Games XIX, yang digelar di Jakarta Oktober 1997. GGTI awalnya digunakan sebagai tempat penampungan atlet dan asrama Kirab Remaja Nasional. Kegiatan terakhir kala itu digalakkan oleh Mbak Tutut.(nal/nrl)Perabotan Garuda Raksasa Dikeluarkan 2013, Bangunan Dibongkar 2014 Setelah diratakan/Edo-detikcom★
Gedung Garuda raksasa di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, mulai dibongkar pada tahun 2014. Perabotan di dalam bangunan ini mulai dikeluarkan pada tahun 2013.
"Perabotannya banyak dan mulai dikeluarkan pada 2013," kata seorang penjual makanan yang tak mau menyebutkan namanya yang membuka lapaknya di depan bangunan Graha Garuda Tiara Indonesia (GGTI) di Jl Narogong Km 23, Cileungsi, Bogor, Jabar, kepada detikcom, Jumat (17/4/2015).
Sang penual makanan itu mengatakan, perabotan yang dikeluarkan itu berupa lemari, tempat tidur dan beberapa furnitur lainnya. Setelah perabotan dikeluarkan pada 2013, lalu proses pembongkaran mulai dilakukan pada 2014.
"Waktu 2012 juga pernah ada palang bangunan disegel, katanya bangunan ini tak seusai peruntukannya," ungkapnya.
Lelaki paruh baya itu mengaku tak mengetahui siapa yang membongkar bangunan ini. Namun saat pembongkaran ada petugas Muspida dan juga polisi. "Dengar-dengar sih sempat ada pelelangan juga sebelum pembongkaran," katanya.
Lelaki yang sudah lama berjualan di dekat gedung Garuda itu mengatakan, sempat terjadi penjarahan barang bangunan yang ada di bangunan ini. Menurutnya polisi sempat mengamankan beberapa orang terkait penjarahan ini.
"Kejadiannya setelah furnitur di bangunan ini kelar dikeluarkan, waktu itu sempat terjadi penjarahan," katanya.
Saat ini bangunan berbentuk Garuda ini sudah rata dengan tanah. Sedangkan bagian depan bangunan ini dipenuhi oleh lapak-lapak penjual. Para pedagang ini memenuhi bagian depan bangunan tersebut.
Ketika masih berdiri, Graha Garuda Tiara Indonesia (GGTI) tampak memukau jika dilihat dari angkasa. Gedung itu diperuntukkan untuk wisma atlet, ruang konvensi, hotel, bahkan direncanakan ada juga 2 tower apartemen. Tapi kini bangunan megah yang dibangun pada 1995 ini telah musnah setelah diratakan pada 2014. (nal/nrl)Garuda Raksasa Punya Swasta, Bukan Milik Negara Menteri Agraria★
Garuda raksasa di Cileungsi yang sempat mengundang decak kagum kini telah rata dengan tanah. Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan memastikan bangunan ini punya swasta dan bukan milik negara sehingga dia tidak tahu menahu soal pembongkarannya.
"Itu punya swasta, bukan punya negara. Saya belum dengar kalau itu punya negara. Karena tak mungkinlah karena menggusur orang saja heboh, apalagi ini membongkar gedung sebesar ini. Kalau tanah ini milik negara terus bangunannya dibongkar pasti heboh," kata Ferry ditemui detikcom di kantornya, Jl Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, Selasa (21/4/2015).
Ferry menduga, gedung itu sengaja dirobohkan pemiliknya karena sudah tak terpakai lagi. Saat pembongkaran tidak ada laporan dari kantor walikota atau bupati setempat ke kantornya.
"Waktu pembongkaran kantor walikota tidak ngomong apa-apa, bupati juga tak ngomong apa-apa. Jadi nggak ada izin (pembongkaran). Ini kayak orang merobohkan gedungnya sendiri jadi tak heboh pas awal-awalnya, pasti kalau seperti itu milik swasta," kata Ferry yang memperkirakan bangunan itu dibongkar sebelum dia menjadi menteri pada 27 Oktober 2014.
Saat ditanya kepemilikan lahan untuk bangunan itu, Ferry menyatakan akan mengecek terlebih dulu. "Saya lagi tunggu data dari BPN Bogor, nanti saya cari tahu dari tanah ini milik siapa, mau dibikin apa dan kenapa dibongkar," katanya.
Setelah bangunan dibongkar pada periode 2013-2014, lahan bekas Garuda raksasa di Cileungsi itu seperti terlantar. Tanah di lokasi bangunan ini dikeruk sehingga menimbulkan lubang-lubang seperti kubangan kecil. Bagian depan lahan juga banyak berdiri lapak-lapak pedagang ilegal.
Informasi yang dikumpulkan detikcom, gedung Garuda itu semula di bawah kelolaan Yayasan Purbhakti Pertiwi pimpinan Mbak Tutut. Gedung yang dibangun tahun 1995 itu semula dimaksudkan untuk wisma atlet guna menyukseskan Sea Games 1997.Garuda Raksasa Bagian Persiapan Ibukota Pindah ke Jonggol Foto: Drone detikTV/Jujum★
Wacana pemindahan ibukota dari Jakarta ke Jonggol, Bogor, sempat berhembus pada era pemerintahan Presiden Soeharto. Bangunan Garuda raksasa yang terletak di kawasan Cileungsi, Bogor, disebut-sebut adalah bagian dari persiapan pemindahan ibukota tersebut.
"Seingat saya itu bagian dari persiapan pindahnya ibukota ke Jonggol. Pernah kan ada wacana pindahnya ibukota ke Jonggol, nah itu gedung ada messnya. Selain itu ada tempat pelatihan buat Paskibra dan terus disiapkan juga untuk kirab (kirab remaja-red), dulu sih gitu," kata Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Musyidan Baldan saat ditemui detikcom di kantornya, Jl Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, Selasa (21/4/2015).
Isu relokasi ibukota ke Jonggol menghebat pada tahun 1984-1987. Tak urung banyak pengusaha yang kemudian mengembangkan lahan-lahan di dekat Jonggol seperti Cibubur, Cileungsi dan sekitarnya. Kawasan tersebut saat ini memang telah berkembang pesat, namun ibukota masih tetap di Jakarta.
Ferry memastikan, Garuda raksasa merupakan milik swasta, bukan milik negara. Dia juga tidak tahu menahu soal pembongkarannya.
"Waktu pembongkaran, kantor walikota tidak ngomong apa-apa, bupati juga tak ngomong apa-apa. Jadi nggak ada izin (pembongkaran). Ini kayak orang merobohkan gedungnya sendiri, jadi tak heboh pas awal-awalnya. Pasti kalau seperti itu, itu milik swasta," kata politisi Nasdem ini.
Ferry menduga pembongkaran dilakukan sebelum dia menjabat sebagai menteri pada 27 Oktober 2014. "(Pembongkarannya) bertahap, nggak mungkin langsung. Kemungkinan sebelum saya," ujar Ferry yang juga mendengar bahwa gedung itu milik Mbak Tutut.
Menurut kesaksian warga setempat, bangunan Garuda raksasa mulai dibongkar pada 2013-2014.
Jika di lahan bekas Garuda raksasa itu nantinya dibangun bangunan baru, apakah perlu izin lagi? "Yang penting gini, kalau mereka mau pakai disesuaikan dengan tata ruangnya. Contohnya kalau kamu punya rumah, kamu robohin rumah kamu, terus kamu bangun rumah lagi. Jangan kamu punya rumah, kamu robohin, terus kamu bangun SPBU," jawab Ferry.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.