Alat untuk Mencari AirAsia di Laut Dalam Submersible jenis ALVIN (webapp1.dlib.indiana.edu)
Indonesia, melalui Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas), menyatakan butuh suatu alat bernama submersible vehicle untuk mengevakuasi pesawat AirAsia bernomor penerbangan QZ 8501. Tapi Indonesia tak punya alat itu dan harus meminjamnya dari mancanegara. Apa sebenarnya submersible vehicle itu.
Submersible vehicle, bila diterjemahkan tentu saja berarti kendaraan selam. Namun bukan berarti ini sama dengan kapal selam. Bila diperhatikan, submersible vehicle terlihat lebih ringkas secara ukuran.
Dikutip dari berbagai sumber, Selasa (29/12/2014), submersible vehicle merupakan kendaraan kecil yang didesain untuk menjangkau kedalaman lautan, bahkan hingga kedalaman bertekanan tinggi yang tak mungkin manusia bisa berada pada titik kedalaman itu.
Submersible vehicle tak bisa beroperasi sendiri layaknya kapal selam, melainkan butuh 'kapal induk' yang berada di atas permukaan air. Kendaraan yang tidak sepenuhnya otonom ini masih membutuhkan dukungan dari kapal di permukaan laut, mereka dihubungkan oleh semacam tali atau saluran.
Submersible hanya memuat sedikit awak dengan ruang yang sempit. Kendaraan ini dirancang sedemikian rupa untuk tahan terhadap tekanan air yang tinggi di kedalaman laut. Ada pula sejenis submersible yang dinamakan marine remotely operated vehicles (MROV) yang tak menggunakan awak.
Sebagaimana dikutip dari pemberitaan Straitstime 13 Maret 2014, pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 juga menggunakan ROV. Submersible tak berawak ini dinamakan DSAR 6 SRV yang merupakan bagian dari MV Swift Rescue Submarine. DSAR 6 SRV bisa mencapai kedalaman 500 meter. Namun hasilnya juga belum kelihatan, karena MH370 juga belum diketahui rimbanya hingga saat ini.
Penggunaan submersible yang termasuk paling dikenal adalah ketika penelitian kapal Titanic. Sebagaimana dikutip dari berita CNN tanggal 3 April 2014, Dr Robert Ballard pada 13 Juli 1986 dan krunya menggunakan submersible bernama Alvin (DSV-2) untuk mengeksplorasi bangkai Titanic, sebuah kapal mewah yang karam pada 1912. Ballard juga menerjunkan kompatriot Alvin, yakni sebuah ROV bernama Jason Jr untuk mensurvei secara fotografis.
Namun demikian, submersible jenis apa yang bakal digunakan untuk mengevakuasi AirAsia? Pihak Basarnas belum jelas betul menjelaskannya. Hanya saja, submersible itu bukan ROV yang tak berawak.
"Kita masih belum bisa bicara lebih jauh, karena ini masih minta bantuan. Sekarang masih fokus untuk pencarian. Kalau submersible vehicle itu untuk evakuasi. Kalau nanti sudah ketemu lokasinya dan ketemu kedalamannya, baru submersible dibutuhkan. Submersible ini biasanya ada awaknya, dan awaknya mengoperasikan," kata Kepala Humas Basarnas Dianta Bangun di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta, Senin (29/12) kemarin.
Sebelumnya, kepala Basarnas Marsdya TNI F Henry Bambang Sulistyo mengatakan ada dugaan Pesawat AirAsia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura jatuh di dasar laut. Sulistyo menyebut jika pun benar, pesawat itu tidak serta merta bisa diangkat karena perlu teknologi canggih yang belum dimiliki Indonesia.
"Kalaupun sudah ditemukan, kendala berikutnya adalah mengevakuasi pesawat ke atas permukaan. Kita belum punya alat itu," kata Sulistyo dalam konferensi pers di Posko Bandara Soekarno-Hatta, Senin (29/12) kemarin.
Untuk mengevakuasi pesawat dari dasar laut, Indonesia akan berkoordinasi dengan negara maju lain yang sudah punya. "Kami koordinasi dengan Ibu Menlu, kita akan pinjam ke negara lain Inggris, Perancis, Amerika," ujarnya.
♞ detik
Indonesia, melalui Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas), menyatakan butuh suatu alat bernama submersible vehicle untuk mengevakuasi pesawat AirAsia bernomor penerbangan QZ 8501. Tapi Indonesia tak punya alat itu dan harus meminjamnya dari mancanegara. Apa sebenarnya submersible vehicle itu.
Submersible vehicle, bila diterjemahkan tentu saja berarti kendaraan selam. Namun bukan berarti ini sama dengan kapal selam. Bila diperhatikan, submersible vehicle terlihat lebih ringkas secara ukuran.
Dikutip dari berbagai sumber, Selasa (29/12/2014), submersible vehicle merupakan kendaraan kecil yang didesain untuk menjangkau kedalaman lautan, bahkan hingga kedalaman bertekanan tinggi yang tak mungkin manusia bisa berada pada titik kedalaman itu.
Submersible vehicle tak bisa beroperasi sendiri layaknya kapal selam, melainkan butuh 'kapal induk' yang berada di atas permukaan air. Kendaraan yang tidak sepenuhnya otonom ini masih membutuhkan dukungan dari kapal di permukaan laut, mereka dihubungkan oleh semacam tali atau saluran.
Submersible hanya memuat sedikit awak dengan ruang yang sempit. Kendaraan ini dirancang sedemikian rupa untuk tahan terhadap tekanan air yang tinggi di kedalaman laut. Ada pula sejenis submersible yang dinamakan marine remotely operated vehicles (MROV) yang tak menggunakan awak.
Sebagaimana dikutip dari pemberitaan Straitstime 13 Maret 2014, pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 juga menggunakan ROV. Submersible tak berawak ini dinamakan DSAR 6 SRV yang merupakan bagian dari MV Swift Rescue Submarine. DSAR 6 SRV bisa mencapai kedalaman 500 meter. Namun hasilnya juga belum kelihatan, karena MH370 juga belum diketahui rimbanya hingga saat ini.
Penggunaan submersible yang termasuk paling dikenal adalah ketika penelitian kapal Titanic. Sebagaimana dikutip dari berita CNN tanggal 3 April 2014, Dr Robert Ballard pada 13 Juli 1986 dan krunya menggunakan submersible bernama Alvin (DSV-2) untuk mengeksplorasi bangkai Titanic, sebuah kapal mewah yang karam pada 1912. Ballard juga menerjunkan kompatriot Alvin, yakni sebuah ROV bernama Jason Jr untuk mensurvei secara fotografis.
Namun demikian, submersible jenis apa yang bakal digunakan untuk mengevakuasi AirAsia? Pihak Basarnas belum jelas betul menjelaskannya. Hanya saja, submersible itu bukan ROV yang tak berawak.
"Kita masih belum bisa bicara lebih jauh, karena ini masih minta bantuan. Sekarang masih fokus untuk pencarian. Kalau submersible vehicle itu untuk evakuasi. Kalau nanti sudah ketemu lokasinya dan ketemu kedalamannya, baru submersible dibutuhkan. Submersible ini biasanya ada awaknya, dan awaknya mengoperasikan," kata Kepala Humas Basarnas Dianta Bangun di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta, Senin (29/12) kemarin.
Sebelumnya, kepala Basarnas Marsdya TNI F Henry Bambang Sulistyo mengatakan ada dugaan Pesawat AirAsia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura jatuh di dasar laut. Sulistyo menyebut jika pun benar, pesawat itu tidak serta merta bisa diangkat karena perlu teknologi canggih yang belum dimiliki Indonesia.
"Kalaupun sudah ditemukan, kendala berikutnya adalah mengevakuasi pesawat ke atas permukaan. Kita belum punya alat itu," kata Sulistyo dalam konferensi pers di Posko Bandara Soekarno-Hatta, Senin (29/12) kemarin.
Untuk mengevakuasi pesawat dari dasar laut, Indonesia akan berkoordinasi dengan negara maju lain yang sudah punya. "Kami koordinasi dengan Ibu Menlu, kita akan pinjam ke negara lain Inggris, Perancis, Amerika," ujarnya.
♞ detik
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.