Jakarta, Kompas - Pasokan gas hanya mampu memenuhi sepertiga dari total kebutuhan gas untuk industri karena keterbatasan infrastruktur. Akibatnya, biaya produksi tinggi karena harus memakai gas alam terkompresi yang harganya lebih mahal. Untuk menjamin pasokan, konsorsium industri pengguna gas akan membangun terminal penampung gas alam cair.
Menurut Sekretaris Jenderal Forum Industri Pengguna Gas Bumi Achmad Widjaja, dalam seminar yang diprakarsai majalah Geo Energi, Kamis (17/2) di Jakarta, industri siap membeli gas dengan harga keekonomian asalkan ada kepastian pasokan.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Ekonomi Pertambangan dan Energi Pri Agung Rakhmanto menjelaskan, penyebab kekurangan gas nasional adalah keterbatasan infrastruktur, baik pipa transmisi, distribusi, maupun terminal penampung gas alam cair atau LNG. Penyebab lain adalah penurunan kemampuan produksi dari lapangan gas yang ada. Cadangan terbukti yang ada sudah dialokasikan untuk ekspor.
Achmad menjelaskan, saat ini kebutuhan gas untuk industri hilir 1.500 MMSCFD (juta standar kaki kubik), tetapi komitmen pasokan gas hanya sepertiga dari total kebutuhan itu. Padahal, setiap tahun pertumbuhan pemakaian gas untuk industri mencapai 20 persen. Ada lima industri pengguna utama gas, yakni industri baja, keramik, kaca lembaran, makanan, dan minuman.
Atas dasar itu, kalangan industri pengguna gas bumi membentuk konsorsium untuk membangun terminal penampung LNG (floating storage regasification unit/FSRU) dengan kapasitas sekitar 500 MMSCFD di dekat sentra industri di Jawa Barat. ”Kami meminta pemerintah agar mempermudah perizinan untuk membangun FSRU,” ujarnya. (EVY)
• KOMPAS
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.