Pangkal Pinang, Kompas - Pulau Bangka dan Pulau Belitung di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk wilayah yang cocok untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir. Namun, proyek itu harus memikirkan benar dampaknya pada lingkungan.
Peneliti Badan Koordinator Survei dan Pemetaan Nasional Fahmi Amhar di Pangkal Pinang, Sabtu (19/2), mengatakan, Kepulauan Babel tercatat tidak pernah dilanda gempa. Kondisi alam yang stabil itu salah satu syarat utama pembangunan reaktor nuklir. ”Gempa bisa mengakibatkan kebocoran pada reaktor. Dampak kebocoran itu sangat dahsyat,” ujarnya.
Selain Babel, wilayah lain yang juga cocok untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) adalah Kalimantan. Baik Babel maupun Kalimantan, berdasarkan penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), diketahui punya cadangan bahan bakar reaktor nuklir cukup besar. Kalimantan diperkirakan mempunyai cadangan 29.000 ton uranium. Sementara Babel punya cadangan 24.000 ton torium, salah satu alternatif bahan bakar reaktor nuklir.
Pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Babel, Johan Murod, menuturkan, cadangan torium Babel diprediksi cukup untuk 120 tahun. Hal itu berdasarkan asumsi PLTN 1.000 megawatt perlu bahan bakar 200 ton per tahun. ”Kendala utama investasi baru di Babel adalah tidak ada listrik. Jangankan untuk industri, untuk kebutuhan rumah tangga saja sudah sulit terpenuhi. Pembangkit konvensional sudah tidak bisa diharapkan lagi. Kalau mau investasi maju, segera bangun PLTN untuk memastikan pasokan listrik di Babel,” ujarnya.
Lebih mandiri
PLTN memungkinkan Babel lebih mandiri untuk penyediaan listrik. Pembangkit listrik tenaga uap yang tengah dibangun di Air Anyir, Kabupaten Bangka, juga membutuhkan pasokan batu bara. ”Kalau cuaca buruk, kapal batu bara tidak bisa sandar. PLTD (pembangkit listrik tenaga diesel) butuh pasokan solar yang pasokannya juga bergantung pada cuaca,” tuturnya.
Fahmi menuturkan, potensi torium di Babel masih harus diteliti lagi. Selain itu, proses pendirian PLTN juga harus melalui sejumlah penelitian ketat. Harus dirancang juga rencana operasi yang sama sekali tidak menoleransi kecerobohan.
Pengoperasian PLTN juga dikhawatirkan memengaruhi ekosistem di sekitar reaktor. Air pendingin reaktor yang dibuang ke laut membuat perairan sekitarnya lebih hangat. ”Kenaikan suhu akan mengubah ekosistem perairan itu,” katanya. (raz)
• KOMPAS
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.