Perusahaan telekomunikasi berbasis satelit LEO sudah hadir di Indonesia
Ilustrasi satelit LEO (Istimewa) 🛰
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi membuka opsi tak perlu lagi membangun menara selular alias BTS saat satelit orbit rendah beroperasi penuh.
Hal itu disampaikan Budi kala ia disinggung soal target pembangunan BTS di tahun ini.
"Kalau berapa banyak jumlah BTS, teknologi satelit ini akan mengubah lanskap tekonolgi telekomunikasi, jangan-jangan kita nanti udah gak perlu BTS, (tapi) pakai staelit LEO (Satelit Orbit Bumi Rendah)," kata dia di acara Forum Merdeka Barat, Jumat (3/11).
Perusahaan telekomunikasi berbasis satelit LEO sudah hadir di Indonesia, salah satunya Starlink yang bekerjasama dengan Telkomsat untuk layanan korporasi. Teranyar, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) juga akan menggaet perusahaan asal Inggris, OneWeb.
Budi menilai teknologi LEO menjadi sebagai salah satu opsi karena perusahaan telekomunikasi tak perlu lagi menggelar kabel fiber optik bawah laut dan menara BTS untuk memberi layanan di wilayah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T).
Kendati membuka peluang internet satelit, Budi tetap menargetkan pembangunan BTS yang dilakukan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) di tahun ini. Setidaknya bakal ada 5.000-5.600 BTS untuk melayani masyarakat.
"Daerah kita banyak tersebar sehingga kalau narik kabel fiber optic kan sangat memakan waktu dan biaya sehingga satelit ini pilihan tepat di Indonesia," tuturnya.
Dengan adanya opsi internet satelit, kata Budi, hal ini bisa menunjang percepatan pembangunan infrastruktur digital, sehingga sesuai dengan program prioritas Kominfo 2024.
Program prioritas itu, kata dia, merupakan prasyarat menjadi negara maju. Setidaknya ada tiga langkah strategis yang harus digenjot.
Ketiga langkah itu yakni penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan telekomunikasi, program frekuensi spektrum dan layanan publik, serta program pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
"Kita negara yang sangat besar dan luas, karena itu pilihan teknologi program digitalisasi ini harus sangat smart," tuturnya.
Sebelumnya, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sempat mengungkapkan perizinan Starlink untuk publik seharusnya berjalan mulus dan tidak ada masalah.
"Ya sedang kita proses semua mestinya tidak ada masalah," kata dia usai meresmikan EdgeConnex Indonesia di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (13/9).
Jika negosiasi Starlink dan pemerintah lancar, Luhut menyebut Oktober 2023 nota kesepakatan bisa diteken sehingga Elon Musk bakal datang ke Indonesia.
Lalu kapan kepastian izin Starlink? "Belum, belum tahu. Saya belum teleponan sama beliau (Musk)," seloroh Budi Arie, Kamis (2/11). (can/arh)
Ilustrasi satelit LEO (Istimewa) 🛰
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi membuka opsi tak perlu lagi membangun menara selular alias BTS saat satelit orbit rendah beroperasi penuh.
Hal itu disampaikan Budi kala ia disinggung soal target pembangunan BTS di tahun ini.
"Kalau berapa banyak jumlah BTS, teknologi satelit ini akan mengubah lanskap tekonolgi telekomunikasi, jangan-jangan kita nanti udah gak perlu BTS, (tapi) pakai staelit LEO (Satelit Orbit Bumi Rendah)," kata dia di acara Forum Merdeka Barat, Jumat (3/11).
Perusahaan telekomunikasi berbasis satelit LEO sudah hadir di Indonesia, salah satunya Starlink yang bekerjasama dengan Telkomsat untuk layanan korporasi. Teranyar, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) juga akan menggaet perusahaan asal Inggris, OneWeb.
Budi menilai teknologi LEO menjadi sebagai salah satu opsi karena perusahaan telekomunikasi tak perlu lagi menggelar kabel fiber optik bawah laut dan menara BTS untuk memberi layanan di wilayah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T).
Kendati membuka peluang internet satelit, Budi tetap menargetkan pembangunan BTS yang dilakukan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) di tahun ini. Setidaknya bakal ada 5.000-5.600 BTS untuk melayani masyarakat.
"Daerah kita banyak tersebar sehingga kalau narik kabel fiber optic kan sangat memakan waktu dan biaya sehingga satelit ini pilihan tepat di Indonesia," tuturnya.
Dengan adanya opsi internet satelit, kata Budi, hal ini bisa menunjang percepatan pembangunan infrastruktur digital, sehingga sesuai dengan program prioritas Kominfo 2024.
Program prioritas itu, kata dia, merupakan prasyarat menjadi negara maju. Setidaknya ada tiga langkah strategis yang harus digenjot.
Ketiga langkah itu yakni penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan telekomunikasi, program frekuensi spektrum dan layanan publik, serta program pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
"Kita negara yang sangat besar dan luas, karena itu pilihan teknologi program digitalisasi ini harus sangat smart," tuturnya.
Sebelumnya, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sempat mengungkapkan perizinan Starlink untuk publik seharusnya berjalan mulus dan tidak ada masalah.
"Ya sedang kita proses semua mestinya tidak ada masalah," kata dia usai meresmikan EdgeConnex Indonesia di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (13/9).
Jika negosiasi Starlink dan pemerintah lancar, Luhut menyebut Oktober 2023 nota kesepakatan bisa diteken sehingga Elon Musk bakal datang ke Indonesia.
Lalu kapan kepastian izin Starlink? "Belum, belum tahu. Saya belum teleponan sama beliau (Musk)," seloroh Budi Arie, Kamis (2/11). (can/arh)
📡 CNN
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.